• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar dan

Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament (TGT)

1. Motivasi Belajar

Peneliti membagikan kuesioner motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT. Kuesioner ini diisi oleh semua siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi:

Tabel 5.21

Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II

No. Nama Siswa Sebelum (%) Siklus I (%) Siklus II (%) Target (%) Keterangan 1. Aulia Permata Sari 61 72 77 75 Meningkat, tercapai 2. Andrianus Reno 49 - - 75 - 3. Emanuel Magai 60 80 89 75 Meningkat,

tercapai 4. Fania Dewi Titisari 65 73 78 75 Meningkat,

tercapai 5. Florentina Yuni Dwi U. 81 83 86 75 Meningkat,

tercapai 6. Iin Karunia Natalia 57 71 72 75 Meningkat,

tidak tercapai 7. M. Th. Sekarlangit K.P 65 72 76 75 Meningkat, tercapai 8. Meidyana Purnama N 61 64 69 75 Meningkat, tidak tercapai

9. Melina Fransisca 74 75 79 75 Meningkat, tercapai 10. Mila Mahabaruni T. 64 76 80 75 Meningkat,

tercapai 11. Muhklisin 63 74 79 75 Meningkat,

tercapai 12. Nurhayati 70 76 89 75 Meningkat,

tercapai 13. Odilia Friska Dora 73 76 77 75 Meningkat,

tercapai 14. Siti Mulyani 53 77 83 75 Meningkat,

tercapai 15. Wirawati Dewi 65 86 - 75 Meningkat,

tercapai 16. Laurensia Wiwid P 69 72 80 75 Meningkat,

tercapai 17. Yustina Yuni Winarti 75 89 95 75 Meningkat,

tercapai 18. Dyah Ayu Lestari 60 - - 75 - 19. Wikan Nurul Aini 64 71 86 75 Meningkat,

tercapai Jumlah 1229 1285 1295

Rata-rata 64,68 75,59 80,94 Meningkat, tercapai

Berdasarkan tabel 5.21 tingkat motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata motivasi belajar saat belum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 64,68%, kemudian siklus I adalah 75,59%, dan siklus kedua adalah 80,94%. Dapat disimpulkan bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat motivasi belajar siswa sudah mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 75%.

Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat bahwa ada 2 siswa (10,53%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 17 siswa (89,47%) belum memenuhi target. Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 9 siswa (52,94%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 8 siswa (47,06%) belum memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 14 siswa (87,50%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 2 siswa (12,50%) belum memenuhi target.

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.22

Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 1 5,26% Sangat baik

2. 66% - 80% 5 26,32% Baik

3. 56% - 65% 11 57,89% Cukup

4. 46% - 55% 2 10,53% Kurang baik

5. <46% 0 0% Sangat kurang baik

Jumlah 19 100%

Dari tabel 5.22 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 1 siswa (5,26%), motivasi belajar dengan kategori baik ada 5 siswa (26,32%), motivasi belajar dengan kategori cukup 11 siswa (57,89%), motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 2 siswa (10,53%), dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa (0%). Dapat

disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori cukup yaitu 57,89%.

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.23

Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 3 17,65% Sangat baik

2. 66% - 80% 13 76,47% Baik

3. 56% - 65% 1 5,88% Cukup

4. 46% - 55% 0 0% Kurang baik

5. <46% 0 0% Sangat kurang baik

Jumlah 17 100%

Dari tabel 5.23 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 3 siswa (17,65%), motivasi belajar dengan kategoti baik ada 13 siswa (76,47%), motivasi belajar dengan kategori cukup 1 siswa (5,88%), motivasi belajar dengan kategoti kurang baik ada 0 siswa (0%), dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa (0%). Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 76,47%.

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus II berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.24

Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 6 37,50% Sangat baik

2. 66% - 80% 10 62,50% Baik

3. 56% - 65% 0 0% Cukup

4. 46% - 55% 0 0% Kurang baik

5. <46% 0 0% Sangat kurang baik

Jumlah 16 100%

Dari tabel 5.24 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat baik ada 6 siswa (37,50%), motivasi belajar dengan kategori baik ada 10 siswa (62,50%), motivasi belajar dengan kategori cukup 0 siswa (0%), motivasi belajar dengan kategori kurang baik ada 0 siswa (0%), dan yang memiliki motivasi belajar dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa (0%). Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki motivasi belajar dengan kategori baik yaitu 62,50%.

2. Keterampilan Sosial

Peneliti membagikan kuesioner keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajraan kooperatif tipe TGT. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaraan TGT.

Kuesioner ini diisi oleh siswa. Berikut ini adalah tabel data tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas X Akuntansi:

Tabel 5.25

Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I, dan Siklus II

No. Nama Siswa Sebelum (%) Siklus I (%) Siklus II (%) Target (%) Keterangan 1. Aulia Permata Sari 64 80 86 75 Meningkat, tercapai 2. Andrianus Reno 57 - - 75 - 3. Emanuel Magai 63 81 90 75 Meningkat,

tercapai 4. Fania Dewi Titisari 64 84 90 75 Meningkat,

tercapai 5. Florentina Yuni Dwi U. 88 90 93 75 Meningkat,

tercapai 6. Iin Karunia Natalia 59 70 74 75

Meningkat, tidak tercapai 7. M. Th. Sekarlangit K.P 59 79 82 75 Meningkat,

tercapai 8. Meidyana Purnama N 57 65 75 75 Meningkat,

tercapai 9. Melina Fransisca 80 86 88 75 Meningkat,

tercapai 10. Mila Mahabaruni T. 65 81 87 75 Meningkat,

tercapai 11. Muhklisin 65 72 77 75 Meningkat,

tercapai 12. Nurhayati 83 90 94 75 Meningkat,

tercapai 13. Odilia Friska Dora 70 79 83 75 Meningkat,

tercapai 14. Siti Mulyani 37 69 83 75 Meningkat,

tercapai 15. Wirawati Dewi 58 94 - 75 - 16. Laurensia Wiwid P 78 88 92 75 Meningkat,

tercapai 17. Yustina Yuni Winarti 83 87 95 75 Meningkat,

tercapai 18. Dyah Ayu Lestari 64 - - 75 - 19. Wikan Nurul Aini 56 67 78 75 Meningkat,

tercapai Jumlah 1250 1362 1367

Rata-rata 65,79 80,12 85,44 Meningkat, tercapai

Berdasarkan tabel 5.25 tingkat keterampilan siswa kelas X Akuntansi sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT baik siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata keterampilan sosial sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 65,79%, pada siklus I adalah 80,12%, dan siklus kedua adalah 85,44%. Dapat disimpulkan bahwa sebelum penelitian belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan penelitian pada siklus I dan siklus II pencapaian tingkat keterampilan sosial siswa sudah mencapai target yang diharapkan.

Pada saat sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat bahwa ada 5 siswa (26,32%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 14 siswa (73,68%) belum memenuhi target. Pada siklus I dapat dilihat bahwa hanya ada 12 siswa (70,59%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 5 siswa (29,41%) belum memenuhi target. Pada siklus II dapat dilihat bahwa ada 15 siswa (93,75%) yang mampu memenuhi target sedangkan sebanyak 1 siswa (6,25%) belum memenuhi target.

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial sebelum penelitian berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.26

Analisis Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penelitian

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 3 15,79% Sangat baik

2. 66% - 80% 3 15,79% Baik

3. 56% - 65% 12 63,16% Cukup

4. 46% - 55% 0 0% Kurang baik

5. <46% 1 5,26% Sangat kurang baik

Jumlah 19 100%

Dari tabel 5.26 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 3 siswa (15,79%), keterampilan sosial dengan kategori baik ada 3 siswa (15,79%), keterampilan sosial dengan kategori cukup 12 siswa (63,16%), keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa (0%), dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 1 siswa (5,26%). Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori cukup baik yaitu 63,16%.

Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.27

Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 9 52,94% Sangat baik

2. 66% - 80% 7 41,18% Baik

3. 56% - 65% 1 5,88% Cukup

4. 46% - 55% 0 0% Kurang baik

5. <46% 0 0% Sangat kurang baik

Jumlah 17 100%

Dari tabel 5.27 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 9 siswa (52,74%), keterampilan sosial dengan kategori baik ada 7 siswa (41,18%), keterampilan sosial dengan kategori cukup 1 siswa (55,88%), keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa (0%), dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa (0%). Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus pertama, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 52,94%. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus I berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut:

Tabel 5.28

Analisis Keterampilam Sosial Siswa Siklus II

No. Interval Skor Frekuensi Presentase Kategori

1. 81% - 100% 12 75,00% Sangat baik

2. 66% - 80% 4 25,00% Baik

3. 56% - 65% 0 0% Cukup

4. 46% - 55% 0 0% Kurang baik

5. <46% 0 0% Sangat kurang baik

Dari tabel 5.28 tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik ada 12 siswa (75,00%), keterampilan sosial dengan kategori baik ada 4 siswa (25,00%), keterampilan sosial dengan kategori cukup 0 siswa (0%), keterampilan sosial dengan kategori kurang baik ada 0 siswa (0%), dan yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat kurang baik ada 0 siswa (0%). Dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 75,00%.

Dokumen terkait