• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam disertasi ini deskriptor akustik kawanan ikan pelagis dengan tipe 2, 4 dan 5 yang akan diukur sebagai data penelitian. Hal ini didasarkan pada studi literatur yang

METODE STATISTIK

4) Korelasi antara seluruh deskriptor

4.3.2 Analisis komponen utama

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya kawanan ikan yang berjumlah 56 buah akan dikelompokkan berdasarkan nilai deskriptornya. Metode AKU digunakan untuk melihat deskriptor-deskriptor yang mencirikan kelompok-kelompok kawanan ikan. Dengan AKU dapat diketahui deskriptor-deskriptor yang dapat secara umum menjelaskan karakteristik sekelompok kawanan ikan.

Pada Gambar 19 dapat dilihat deskriptor-deskriptor yang membedakan kelompok data kawanan ikan. Deskriptor yang berada pada sisi positif (sisi kanan) dan dekat dengan sumbu 1 (sumbu mendatar) yaitu deskriptor kurtosis (K), skewness (S), elongasi (E), panjang (L), tinggi (H), jumlah item (Ji), keliling (P), ketinggian minimum (Tmin), ketinggian relatif (Trel), sedangkan yang berada disisi negatifnya yaitu deskriptor rataan target strength (TSr), dimensi fraktal (Df), dan standar deviasi energi (Esd). Disisi lain, deskriptor yang berada pada sisi positif (sisi atas) dan dekat dengan sumbu 2 (sumbu vertikal) yaitu deskriptor rataan kedalaman (Dr), kedalaman minimum (Dmin), sedangkan yang berada disisi negatifnya yaitu deskriptor rataan energi (Er) dan densitas (Dv).

Gambar 19 juga memperlihatkan karakteristik setiap kawanan ikan berdasarkan nilai deskriptornya. Dari hasil AKU didapatkan bahwa ke-17 deskriptor dari 56 kawanan ikan menunjukkan sebagian besar (77,81%) ragam terjelaskan pada dua sumbu utama yaitu; sumbu Fungsi 1 (57,38%) dan sumbu Fungsi 2 (20,43%) dengan nilai akar ciri sumbu utama masing-masing 786,18 dan 279,85. Menurut Supranto (2004), dengan kemampuan menjelaskan ragam lebih dari 70% maka persyaratan untuk mereduksi data asli menjadi komponen utama sudah terpenuhi.

Dari hasil AKU dapat ditentukan deskriptor yang mencirikan observasi dengan melihat panjang garis yang menghubungkan deskriptor dengan titik nol sistem salib sumbu, besarnya sudut proyeksi titik tersebut ke salah satu sumbu (sumbu 1 = sumbu tegak, sumbu 2 = sumbu mendatar), dan jumlah titik observasi yang berada di sekitar titik deskriptor. Semakin panjang jarak antara deskriptor dengan titik tengahnya, semakin kecil sudut proyeksi deskriptor, dan semakin banyak titik observasi disekitar deskriptor maka semakin besar peluang deskriptor tersebut berperan dalam membedakan kawanan ikan.

Gambar 19 Hasil plot AKU deskriptor hidroakustik. Dv TSr K S Esd Er Trel Tmin Dmin Dr Df E P Ji A H L D9 D8 D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 C9 C8 C7 C6 C5 C4 C3 C2 C1 B32 B31 B30 B29 B28 B27 B26 B25 B24 B23 B22 B21 B20 B19 B18 B17 B16 B15 B14 B13 B12 B11 B10 B9 B8 B7B6 B5 B4 B3 B2 B1 A6 A5 A4 A3 A2 A1 -0.60000 -0.40000 -0.20000 0.00000 0.20000 0.40000 0.60000 -0.30000 -0.20000 -0.10000 0.00000 0.10000 0.20000 0.30000 0.40000 0.50000 0.60000

Bagaimana deskriptor-deskriptor ini membedakan antara satu kawanan dengan kawanan lainnya dapat dilihat pada hasil hitungan metode analisis deskriminan

stepwise pada Bab 5.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 L H A Ji P E Tmin Trel Er Dv Deskriptor N ila i r a ta a n ( lo g ) Malam Siang

Gambar 20 Karakteristik deskriptor hasil AKU pada malam dan siang hari.

Gambar 20 memperlihatkan karakteristik dari kesepuluh deskriptor hasil AKU yang secara dominan mencirikan kawanan lemuru dan non-lemuru pada waktu siang dan malam hari. Pada Gambar 20 diperlihatkan bahwa pada malam hari deskriptor-deskriptor morfometrik dan batimetrik hasil AKU tampak terukur lebih besar dibandingkan deskriptor yang sama yang terukur pada siang hari. Sebaliknya pada siang hari, deskriptor energetik tampak terukur lebih besar dibandingkan dengan deskriptor yang sama yang terukur pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada malam hari dimensi horisontal dan vertikal kawanan ikan cenderung lebih panjang, tinggi, dan luas dibandingkan dengan siang hari, tetapi dengan intensitas hamburan balik Er dan densitas yang lebih kecil Dv.

4.4 Pembahasan

Dari nilai rataan deskriptor, koefisien keragaman deskriptor, dan hasil analisis korelasi deskriptor morfometrik seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 maka dapat diduga bahwa tingginya nilai deskriptor H, A dan P akan disertai dengan banyaknya jumlah individu ikan (Ji) yang terukur. Dugaan ini didasarkan pada korelasi positif signifikan yang terjadi pada keempat deskriptor tersebut. Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran luas, tinggi dan keliling kawanan ikan maka semakin besar peluang banyaknya jumlah ikan dalam kawanan tersebut. Korelasi seperti ini terjadi

pada malam hari pada selang pengukuran jam (24-06). Sementara itu, korelasi yang sama juga terjadi antara deskriptor panjang (L) dengan elongasi (E) sedangkan yang negatif signifikan terjadi dengan dimensi fraktal (Df). Dengan demikian semakin panjang ukuran kawanan ikan (L besar) maka geometri kawanan akan semakin besar (E besar) dan beraturan (Df kecil). Korelasi seperti ini terjadi pada malam hari tetapi pada selang pengukuran jam (18-24).

Dengan demikian, pada malam hari jika panjang kawanan ikan bertambah besar maka tinggi kawanan dapat saja bertambah kecil dilihat dari koefisien korelasi antar L dan H yang bernilai negatif. Pada saat itu, bentuk kawanan ikan bertambah pipih dengan jumlah individu ikan yang lebih sedikit.

Nilai rataan deskriptor, koefisien keragaman deskriptor, dan hasil analisis korelasi deskriptor energetik dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai maksimum Er terukur pada selang waktu pengukuran jam (12-18), sedangkan nilai minimumnya terukur pada selang pengukuran jam (18-24). Dilihat dari korelasinya yang positif dan signifikan dengan Dv maka dapat diduga bahwa semakin besar nilai Er semakin besar Dv terukur dan semakin kecil nilai Er semakin kecil Dv. Hal ini dibuktikan dengan didapatkannya nilai tertinggi Dv pada selang pengukuran jam (12-18) dengan densitas 0,12685gr/m3, sedangkan nilai terendahnya terukur pada selang pengukuran jam (18-24) dengan densitas 0,01800gr/m3. Dari korelasi Er dengan Esd dan korelasi Esd dengan TSr yang positif dan signifikan, dapat diduga bahwa ukuran individu ikan yang terukur pada saat Er maksimum akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran ikan pada saat Er minimum. Dengan demikian, semakin besar nilai Er maka Dv dan ukuran individu ikan cenderung semakin besar.

Dari Tabel 9 dan seluruh penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa deskriptor batimetrik Tmin berkorelasi positif signifikan dengan hampir seluruh deskriptor morfometrik tetapi berkorelasi negatif siginifikan dengan deskriptor Df. Hal ini berarti bahwa semakin dekat kepermukaan (Tmin besar) semakin besar dimensi horisontal dan vertikal kawanan, sehingga geometri kawanan ikan cenderung bertambah besar (E besar) dan beraturan (Df kecil) dan sebalikanya semakin dekat ke dasar perairan maka dimensi horisontal dan vertikal semakin kecil, geometri kawanan cenderung semakin kecil (E kecil) dan tidak beraturan (Df besar).

Berdasarkan tabel yang sama dapat dilihat bahwa Trel berkorelasi positif signifikan dengan Er tetapi berkorelasi negatif dengan TSr, sementara itu Er berkorelasi positif dan signifikan dengan Dv. Karenanya, semakin besar nilai Trel semakin besar nilai Er dan D tetapi nilai TSr semakin kecil. Hal ini berarti bahwa intensitas hamburan balik kawanan ikan yang dekat ke permukaan (Trel besar) menjadi lebih besar sehingga densitas dan ukuran individu ikan juga membesar, kondisi ini cenderung terjadi pada malam hari.

Perbedaan posisi deskriptor seperti tampak pada Gambar 19 mengindikasikan bahwa pertambahan nilai deskriptor dari kawanan ikan yang berada disisi positif dari sumbu 1 akan diikuti dengan pengurangan nilai-nilai deskriptor disisi lainnya, demikian juga halnya dengan deskriptor-deskriptor yang berada disisi positif dan negatif sumbu 2. Sementara itu, semakin kecil jarak antara kawanan ikan dengan deskriptor maka semakin kuat pengaruh deskriptor tersebut terhadap kawanan tersebut. Sebagai contoh, pertambahan nilai deskriptor L, H, Ji, A yang berada disisi positif akan diikuti pengurangan nilai deskriptor TSr dan Df yang berada disisi negatif sumbu 1. Kondisi yang berlawanan ini dapat dilihat pada kawanan ikan dengan nomor index A1, A2, B2, dan B5. Pada keempat kawanan tersebut didapatkan nilai-nilai deskriptor yang saling berlawanan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Hal yang sama juga dapat dilihat pada deskriptor Dr dan Dmin dari kawanan ikan dengan no index B6, B7, dan C1 yang berlawanan dengan nilai deskriptor Er dan Dv. Sementara itu, dilihat dari kedekatan posisinya dengan deskriptor maka karakteristik kawanan ikan A2 akan sangat dipengaruhi oleh deskriptor Tmin, Ji, P dan A.

Secara grafis kekuatan pengaruh deskriptor terhadap pengelompokan kawanan ikan dapat dilihat dari panjang garis yang terbentuk dan kedekatannya ke masing-masing sumbu. Semakin panjang garis yang terbentuk dan semakin dekat posisi deskriptor ke sumbunya maka semakin kuat pengaruh deskriptor tersebut dalam pengelompokan kawanan ikan. Dengan demikian dari Gambar 19 dapat diduga bahwa deskriptor yang berpengaruh secara signifikan dalam pengelompokkan kawanan ikan pada sumbu 1 adalah deskriptor E, L, P, Tmin, Ji, H, A, Trel dan pada sumbu 2 adalah deskriptor Er dan Dv.

4.5 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa;

(1) Deskriptor akustik morfometrik, batimetrik, dan energetik saling berkorelasi baik secara positif maupun negatif. Pada saat berkorelasi positif maka penambahan nilai deskriptor yang satu akan diikuti oleh penambahan nilai deskriptor lainnya, demikian juga sebaliknya. Pada saat berkorelasi negatif penambahan nilai deskriptor yang satu akan diikuti pengurangan nilai deskriptor lainnya, demikian juga sebaliknya.

(2) Pada malam hari kawanan ikan cenderung berada lebih dekat ke permukaan, sedangkan pada siang hari cenderung berada lebih dekat ke dasar perairan. (3) Kawanan ikan yang berada lebih dekat ke permukaan cenderung memiliki

dimensi horisontal dan vertikal yang lebih besar dibandingkan dengan kawanan ikan dekat dasar perairan. Pada saat dekat ke permukaan, geometri kawanan ikan menjadi lebih pipih dan beraturan. Pada saat yang sama densitas dan ukuran individu ikan lebih besar dibandingkan densitas dan ukuran ikan dekat dasar perairan.

(4) Dari hasil AKU didapatkan 10 deskriptor yang secara umum mencirikan kawanan ikan lemuru dan non-lemuru yaitu deskriptor morfometrik (panjang, L; tinggi, H; luas, A; jumlah item, Ji; keliling, P; elongasi, E), batimetrik (ketinggian minimum, Tmin; ketinggian relatif, Trel), dan deskriptor energetik (rataan intensitas hamburan balik, Er; densitas volume, Dv).

5.1 Pendahuluan

Dalam bidang perikaan, metode statistik adalah metode analisis yang paling

Dokumen terkait