• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dari

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dari Perspektif Sosiologi

1. Analisis Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dari

107

pengalaman-pengalamannya sendiri berdasarkan pengalaman hidup nomaden (berpindah-pindah). Hal ini berdasarkan fakta sejarah yang terangkum dalam autobiografinya, yang termaktub di dalam karyanya, yaitu Muqaddimah. Pertama kali, Ibnu Khaldun memulai hidupnya di tanah kelahirannya, yaitu Tunisia kemudian berpindah ke Aljazair, lalu pindah ke Granada, Spanyol, kemudian kembali lagi ke Aljazair dan terakhir pindah ke Kairo, Mesir hingga beliau tutup usia.

1. Analisis konsep pendidikan Ibnu Khaldun dari perspektif tokoh sosiologi

Pendapat Talcott Parson memandang pendidikan memiliki empat fungsi (adaptasi, tujuan, integrasi dan laten). Fungsi pertama memandang bahwa pendidikan berperan membekali peserta didik dengan kompetensi, baik yang bersifat afektif, kognitif maupun psikomotor agar dapat bersaing ketika menjadi anggota masyarakat. Fungsi kedua memandang bahwa pendidikan berperan mengantarkan peserta didik meraih peran yang dibutuhkan oleh masyarakat, tentunya dengan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya. Fungsi ketiga memandang pendidikan berperan membina peserta didik agar selalu menaati peraturan-peraturan yang berlaku dimasyarakat sehingga tercipta kehidupan yang aman, nyaman dan tentram. Fungsi keempat memandang pendidikan berperan meningkatkan motivasi peserta didik agar menjadi anggota yang dibutuhkan oleh

108

masyarakat, karena masyarakat sendiri membutuhkan regenerasi dalam memelihara eksistensinya.21

Pandangan Merton mengemukakan pendidikan memiliki dua fungsi (manifes dan laten). Fungsi pertama mengemukakan bahwa pendidikan sejatinya mengantarkan individu untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan sehingga mampu menjadi anggota masyarakat sesuai peran yang telah dipilihnya. Fungsi laten mengemukakan bahwa pendidikan tidak hanya mengantarkan individu sebagai anggota masyarakat, tetapi juga menentukan jumlah pendapatan ketika seorang individu bekerja sesuai peran yang telah ditekuni. Fungsi laten yang disebutkan dalam adalah salah satu contoh karena sesungguhnya fungsi laten dari pendidikan berjumlah sangat banyak bergantung dari mana kita memandang.

Pendidikan dapat juga menyebabkan disfungsional terhadap kehidupan bermasyarakat sebagaimana pendapat Merton. Banyak individu yang telah berhasil mengambil peran tertinggi di masyarakat, namun juga merugikan peran lainnya, bahkan merusak kehidupan bermasyarakat sehingga menimbulkan anomie (penyimpangan).22 Contoh, banyak pejabat yang melakukan tindakan korupsi, petugas penegak hukum membela yang salah dan lain sebagainya.

Dalam teori fungsionalisme struktural, konsep pendidikan Ibnu Khaldun memiliki benang merah dengan teori ideologisasi Althusser.

21

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Terj. Alimandan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), 121.

22

109

Altusser memandang bahwa pendidikan adalah alat “penguasa” untuk menyebarkan sekaligus menanamkan ideologinya sehingga tujuan negara dalam pendidikan dapat tercapai. Penguasa mendesain sekaligus menentukan arah kebijakan pendidikan agar dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang bisa menjalankan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejahtera, aman dan makmur.23

Asumsi Ibnu Khaldun tentang pendidikan dalam pandangan teori interaksionisme simbolik sejalan pandangan Freire, yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berelasi dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Berkaitan relasi dengan alam, manusia tidak hanya berada di dunia tetapi juga bersama dengan dunia. Kesadaran akan kebersamaan dengan dunia menyebabkan manusia berhubungan secara kritis dengan dunia. Manusia tidak hanya bereaksi secara refleks seperti binatang, tetapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya lagi sebelum melakukan tindakan. Tuhan memberikan kemampuan bagi manusia untuk memilih secara reflektif dan bebas. Dalam pandangan seperti itu, manusia berkembang menjadi suatu pribadi yang lahir dari dirinya sendiri.24

Rumusan metode pembelajaran dalam konsep pendidikan Ibnu Khaldun sejalan dengan Freire tentang pendidikan hadap masalah. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan secara

23

Louis Althusser, Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara (Catatan-catatan Investigasi), Terj. M. Zaki Hussein (Jakarta: Indo Progres, 2015), 50.

24

110

angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit dengan mengajarkan masalah-masalah yang mendasar dalam setiap bab dari ilmu pengetahuan.25 Yang lebih penting lagi, dalam hal mengajar, seorang guru harus menguasai ilmu jiwa anak. Dengan demikian, apabila tahapan tersebut ditempuh, maka naluri belajar peserta didik akan terasah menjadi baik.

Gagasan Ibnu Khaldun yang menyatakan Ibnu Khaldun memandangan bahwa pendidikan merupakan salah satu dari kerangka tamadun (peradaban) sejalan dengan pendapat Berger dan Lukcmann tentang proses eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Dalam pandangan eksternalisasi, jangan hanya menjadikan masyarakat di dalam institusi pendidikan sebagai unsur internal subyektivitas kita, tetapi juga tempatkan sebagai unsur eksternal subyektivitas kita. Bukan hanya masyarakat ada dan menekan serta menjadi constrain dalam diri kita, namun diri kita juga harus ada dan membentuk masyarakat melalui proses obyektivasi.

Dalam proses internalisasi hendaknya memfokuskan hubungan intersubyektif masing-masing individu dengan dunia sekolah ketika mengikuti proses pembelajaran. Individu memang harus menjadikan apa yang diberikan sekolah untuk diinternalisasikan oleh siapa saja yang terlibat di dalamnya. Namun, individu tersebut selalu saja membawa

25

111

persepsi, konsep pribadi dan konstruk subyektivitasnya tentang apa saja yang ditemukan di sekolah.26

Jadi, sekolah sebagai salah satu tempat pendidikan adalah sarana belajar untuk membentuk peradaban. Sekolah adalah lingkungan sosialisasi individu sebelum masuk ke dunia masyarakat. Sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tamadun, karena tamadun itu sendiri adalah isi pendidikan, yaitu membentuk suatu kehidupan yang maju (dinamis), sejahtera dan makmur.

B. Implikasi Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun Terhadap Implementasi Pendidikan di Indonesia

Suatu konsep akan memberikan implikasi (konsekuensi logis) terhadap implementasi pendidikan. Begitu juga halnya konsep pendidikan Ibnu Khaldun memberikan implikasi terhadap implementasi pendidikan di Indonesia. Implikasi terhadap implementasi pendidikan di Indonesia yang dimaksud dapat diidentifikasi secara jelas dalam tujuan pendidikan, kurikulum yang diterapkan, profil guru dan peserta didik serta interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.