• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kontekstual surat an-Nur

Dalam dokumen PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM SURAT AN-NUUR. (Halaman 76-87)

ANALISIS SOLUSI PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM KEHIDUPAN MODERN

B. Analisis Kontekstual surat an-Nur

Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang mencoba memahami makna dan kandungan ayat-ayat Alqur’an dengan cara memahami konteks mengapa dan dalam kondisi apa ayat tersebut diturunkan.7 Terdapat hukum pencemaran nama baik dalam surat an-Nur.

Kandungan surat an-Nu>r ayat 11-20 adalah kisah ‘Aisyah yang dituduhh zina dengan Shafwan, pada ayat sebelas dijelaskan bahwa tuduhan itu bersumber dari kaum Munafik yakni Ubay bin Salul.

Kemudian ayat selanjutnya yakni ayat 12 sampai 20 Allah memberikan peringatan untuk orang yang menyebar bohong ayat itu juga telah membersihkann

nama ‘Aisyah

Ketika ‘Aisyah dituduh zina ia menghadapi persoalan dengan menahan

emosinya, ia juga dapat mengontrol dirinya ketika mendengar isu tentang dirinya

5Ibid., 292. 6Ibid., 293.

7 M.F.Zenrif, Sintesis paradigma Studi Alqur’an,( Malang: UIN Malang Press, 2008),

yang sesungguhnya bisa membuat dirinya tertekan, karena ‘Aisyah selaluu mengingat firman Allah:

َِ جَررْ ب ص فَاًرْم أَْمُكُسُفْ ن أَْمُك لَ ْت لَو سَْل بَ لا قَ ٍبِذ كٍَم دِبَِهِصٌِم قَى ل عَاوُءا ج و

ََُّا وَرلٌ

(َ نوُفِص تَا مَى ل عَُنا ع تْسُمْلا

٨٨

)

َ

Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku) dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.

Sisi keimanan harus tetap dijaga pada setiap fase penyelesaian masalah, selalu memohon perlindungan Allah melalu zikir, shalat, dan selalu berbaik sangka terhadap Allah SWT dan ummat muslim yang terkait tuduh menuduh.

Langkah aisyah ketika menghadapi persoalan tersebut adalah a. Membela diri

b. Menyerahkan semuanya akepada Rasulullah, sementara ia tetap berada

di rumahnya. Dan ketika ‘Aisyah hawatir Rasulullah terpengaruh isu tersebut ikarenakan isu yang tersebar luas

c. ‘Aisyah meminta izin pulang ke rumah bapak dan Ibunya agar bisa berpikir tenang dan berkepala dingin dan menyerahkan pada semua Allah samapai wahyu turun

Kisah ‘Aisyah dalam asba>b nuzul ayat sebelas mempunyai keterikatan dengan ayat sebelumnya yakni ayat empat sampai sepuluh. Pada ayat empat dan lima mengingatkan tentang keburukan serta sanksi hukum terhadap mereka yang menuduh dan mencemarkan nama baik seorang wanita terhormat.

1. Hukuman untuk orang yang menuduh zina

Ketika seseorang menuduh zina ia akan dituntut untuk membuktikan tuduhannya dengan empat orang saksi. Jika tidak, maka ia dihukum dera sebanyak 80 (delapan puluh) kali, kesaksiannya tidak diterima untuk selama-lamanya, dan ia digolongkan ke dalam orang-orang yang fasik.

Para ulama berselisih tentang aplikasi taubat bagi orang yang menuduh zina dalam ayat itu. Menurut Umar bin Khotob, as-Sya’biy, Dohhak dan ulama di Madinah, yang dimaksud bertaubat dari menuduh zina adalah bertaubat dengan mengakui bahwa tuduhannya adalah dusta serta menjalani had sebagai konsekuensi hukum menuduh zina.

Sedangkan Imam Malik dan lainnya berpendapat bahwa ia bertaubat dengan cara memperbaiki perilakunya dan menyesali perbuatannya, memohon ampunan dari Allah swt. serta bertekat untuk tidak melakuka\n perbuatan itu untuk keduakalinya

Berdasarkan obyek tuduhan zina, ketentuan hukumnya dibagi menjadi dua:

a. tuduhan zina yang ditujukan kepada seseorang bukan isteri atau suami dari penuduh. Jika tertuduh termasuk muhshonat, maka penuduh dikenakan had (hukuman dera), namun jika sebaliknya maka hanya dikenakan takzir. Tentu saja had atau takzir akan gugur apabila:

1) penuduh dapat mendatangkan empat saksi 2) tertuduh mengakui perbuatannya.

b. Tuduhan zina yang ditujukan kepada isteri atau suami. Penuduh akan dibebaskan dari had apabila memenuhi dua syarat di atas ditambah apabila me-li’an

2. Proses suami yang menuduh isterinya Zina

li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh

istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya itu

3. Pembelaan seorang Isteri yang dituduh suami berzina

Ketika seorang isteri dituduh suaminya berzina dan dia diam tidak membantah tuduhan suami maka ia dijatuhi sanksi zina. Tetapi ketika ia membela dirinya maka isteri tersebut harus bersumpah dengan empat kesaksian dengan menyebut nama Allah dalam sumpahnya itu bahwa ia yakin suaminya termasuk kelompok orang-orang pembohong, dan sumpah yang kelima ia siap mendapat Murka Allah SWT jika suaminya benar.

4. Akibat hukum Li’an

Jika suami isteri telah saling bersumpah Li’an, maka ada tiga akibat

hukum yang ditimbulkannya

a. Hubungan perkawinan antara keduanya putus

b. Anak yang dilahirkan hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya c. Si anak hanya memiliki hubungan saling mewarisi dengan ibunya

Perceraian dengan Li’a>n adalah perceraian yang tidak dapat dicabut untuk selamanya. Artinya, antara keduanya tidak boleh kawin lagi untuk selamanya. Perceraian karena Li’a>n ini hukumnya fasakh, bukan talak.

Disamping karena menuuh isteri berbuat zina, Li’a>n bisa terjdi apabila suami tidak mengakui kehamilan isteri atau kelahiran anaknya sebagai hasil dari benihnya. Sebab, menginginkan kehamilan seorang isteri sama halnya dengan menuduh isteri berbuat zina.

BAB V

PENUTUP A.Kesimpulan

Dari kesekian pemaparan yang dipaparkan dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Para mufasir khususnya Sayyid Qutb, Hamka, dan Quraish Shihab menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n tentang pencemaran Nama Baik. Kisah

‘Aisyah dalam surat an-Nur aiat sebelas memberikan pelajaran untuk masa modern ini agar berhati-hati dan tidak mudah menyebarkan berita bohong karena merugikan banyak orang.

Pada ayat selnjutnya yakni ayat 12-20 Allah membersihkan Nama ‘Aisyah

dari tuduhan tersebut. Ada keterkaitan pula dengan ayat-ayat sebelumnya mulai dari ayat 4 sampai ayat 10, disana Allah mencantumkan hukum dan konsep dalam pencemaran Nama Baik kaus tuduhan zina.

2. Untuk meminimalisir pencemaran Nama Baik Ayat-ayat tersebut jika di kontekstualisasikan dalam kehidupan modern ini membentuk poin konsep sebagai berikut.

a. Mengambil pelajaran dari kisah ‘Aisyah dan Cara ‘Aisyah menyelesaikan

masalah

b. Mengetahui hukuman untuk oranng yang menuduh zina yakni Ketika seseorang menuduh zina ia akan dituntut untuk membuktikan tuduhannya dengan empat orang saksi. Jika tidak, maka ia dihukum dera sebanyak 80

(delapan puluh) kali, kesaksiannya tidak diterima untuk selama-lamanya, dan ia digolongkan ke dalam orang-orang yang fasik.

c. li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh

istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya itu

d. Ketika seorang isteri dituduh suaminya berzina dan dia diam tidak membantah tuduhan suami maka ia dijatuhi sanksi zina. Tetapi ketika ia membela dirinya maka isteri tersebut harus bersumpah dengan empat kesaksian dengan menyebut nama Allah dalam sumpahnya itu bahwa ia yakin suaminya termasuk kelompok orang-orang pembohong, dan sumpah yang kelima ia siap mendapat Murka Allah SWT jika suaminya benar.

e. Jika suami isteri telah saling bersumpah Li’an, maka ada tiga akibat hukum yang ditimbulkannya: Hubungan perkawinan antara keduanya putus, Anak yang dilahirkan hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya, dan Si anak hanya memiliki hubungan saling mewarisi dengan ibunya.

Perceraian dengan Li’a>n adalah perceraian yang tidak dapat dicabut untuk selamanya. Artinya, antara keduanya tidak boleh kawin lagi untuk selamanya. Perceraian karena Li’a>n ini hukumnya fasakh, bukan talak.

B.Saran

Penulis berharap kajian berkenaan dengan tema yang diangkat ini dapat dikaji lebih lanjut, dengan tema yang memunyai subtansinya lebih dalam dan kekinian.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: sinar grafika, 2007.

Anwar, Abu. Ulumul quran ‚sebuah pengantar‛. Pekan baru: Amzah, 2009. al-Baghdadi, Ala’ al-Din Ali bin Muhammad bin Ibrohim. Tafsir al-Khozin:

Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil vol. 4. Beirut Libanon: Dar al- Kotob al-Ilmiyah, 1995.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: ichtiar baru van houve, 1996.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2012.

Departemen Agama, Alquran dan Tafsir. Jakarta: Lentera Abadi, 2010.

ad-Dimasyqi, Abul Fida’ Isma’il Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Kasir, terj. Bahrun Abu Bakar . vol. 18. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.

al-Ghazali, Abdul Hamid, Ihya> Ulumuddin. ciputat: lentera Hati, 2003.

al Farmawi, Abd. Al Hayy Bidayah Fiy al-Tafsir al-Maudhu’i (kairo: Hadrat al-

Gharbiyyah. 1977.

Ghazaly, Abd. Rahman. fiqh munakahat. Bogor: kencana, 2003. Hamka, Tafsir al-Azhar Juzu’ XVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

Hariandi, Pencemaran Nama Baik menurut KUHP, Kamis, 27 Februari 2014 dalam http://m.gresnews.com, diakses pada tanggal 20 Desember 2015

Ibrahim, Musa. Buhuts manhajiyyah fi ulum al-Qur’an karim. Oman: Dar Ammar, 1996.

Jalaluddin, Imam. Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010. Kadar, M. Yusuf. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2009.

Kementerian Agama RI, Mukadimah al-Qur’a>n dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi, 2010.

Kementerian Agama RI, al-Qur’a>n dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya, 2011

Ma’arif,Ahmad Syafi’i. Islam dan Amsalah Kenegaraan: Studi Tentang Peraturan dalam Konstituante. Jakarta: LPES, 1985.

al-Maliki, Abdul Rahman. sistem sanksi dan Islam, Terj Samsuddin. Semarang: CV Toha Putra, 1989.

al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghiy, juz XVIII, terj. Hery Noer Aly. et al. vol. 18. Semarang: Toha Putra Semarang, 1989.

Mustaqim, Abdul. MetodePenelitian al-Qur’a>n dan Tafsir. Yogyakarta: Tim Idea Press, 2014.

an-Naisaburiy, Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairiy. Shohih Muslim,

http://www.islamic-council.com, al-Maktabah asy-Syamilah. vol. 4 an-Naisaburiy, Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairiy. Shohih Muslim,

http://www.islamic-council.com, al-Maktabah asy-Syamilah. vol. 4, an-Naisaburi, Nidzomuddin al-Hasan bin Muhammad. Tafsir Ghoro’ib al-Qur’an

vol. 5, Beirut Libanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1996.

al-Rumi, Fahd Bin Abdur Rahman. ‘Ulumul Qur’an: Studi kompleksitas Al-

Qur’an, terj. Amirul Hasan dan Muhamad Halabi. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

ar-Rozi, Muhammad bin Umar bin al-Hasan bin al-Husain at-Taimy. Tafsir ar- Rozi: Mafatihu al-Ghoib, http://www.altafsir.com, al-Maktabah as- Syamilah, vol. 11.

al-S}a>bu>ni>, Rawa>i’u al-Baya>n. Damaskus: maktabah al Dakwah Islamiyah, 1980. Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah Juz VII. Bandung: al maarif, 1980.

Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an>, terj Nur Rakhim dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, Pesan dan Keserasian al-Qur’a>n, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

As-Suyuti, Imam jalaluddin. Studi al-Qur’a>n Komperhensif. Surakarta: indiva pustaka, 2008.

al-Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rahma>n. Asra>r Tarti>b al-Qur’a>n, ed. ‘Abd al-

Qadir Ahmad At}a>’, T.t: Da>r al-I’tisha>m, 1978.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Shafwatut tafassir. Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011.

As Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’a>n. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

as-Syaukaniy, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Fath al-Qodir vol. 4. Beirut Libanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1994.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Alqur’an dan al-Sunnah : Referensi Tertinggi Umat Islam. Jakarta: Robbani Press, 1997.

Al-Qaradhawi,Yusuf. Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

al-Qattan, Manna Khalil. Mabahis fi ‘Ulum Al-Qur’an. Riyad: Mansyurat al-

‘Asr al- Hadis, t. t.

al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’a>n. Jakarta: litera antar Nusa, 1992.

al-Qat}t}an, Manna>’ Khalil. Maba>his fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera antarnusa, 2011.

Quthb,Sayyid. Tafsir Fi zilalil Qur’a>n. jilid. 8. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. Alwahidi, Asbabu Nuzulil Qur’an, http://www.alwarraq.com, al-Maktabah as-

Syamilah.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung, T.H. Az Zamakhsyari, al kasya>f jilid III , Beirut: Dar El Fikr, T.th.

al-Zarkazsyi, Badruddin Muhammad bin ‘Abdullah. Al-Burhan fi ‘Ulum al-

Qur’a>n, juz 2. Beirut: daarul kutub Ilmiyah, 2006.

Zenrif, M.F. Sintesis Paradigma Studi Alqur’an. Malang: UIN –Malang Press, 2008), 51.

Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an, edisi revisi. Surabaya: Karya Abdi Tama, 1997.

Zuhaily, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuh. Damsyik: Dar al-Fikr,1984.

http://news.liputan6.com/read/145296/zaenal-maarif-menyerahkan-bukti- pernikahan-sby.diakses tanggal 29/12/2015.

Dalam dokumen PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM SURAT AN-NUUR. (Halaman 76-87)

Dokumen terkait