Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu tersusun dalam bentuk kalimat
yang teratur, sistematis, sehingga mudah dipahami dan diberi makna yang jelas.
Secara kualitatif artinya mendeskripsikan secara rinci, lengkap, jelas dan
komprehensif data dan informasi hasil penelitian dan pembahasan. Berdasarkan
pada hasil analisis data tersebut, kemudian diambil kesimpulan dari hal yang
V. PENUTUP
A. Simpulan
1. Kriminalisasi merupakan masalah yang kompleks karena adanya perbedaan
jenis perbuatan yang dapat dikriminalisasi, perbedaan nilai dan norma dalam
masyarakat, beragamnya pilihan instrumen pengaturan kehidupan
masyarakat, dan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Permasalahan perbuatan gratifikasi seks ini untuk mengkriminalisasikan perlu
kehati-hatian, karena ini menyangkut kehidupan pribadi manusia, yang mana
dia sendiri yang akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan dia kepada
yang menciptakannya. Jadi bukan hanya sekedar berdasarkan beberapa
pendapat yang muncul yang menimbulkan pro dan kontra tapi berdasarkan
sebuah obyektifitas hasil pemikiran yang didasarkan data-data yang akurat
pula. Karena pendapat yang pro dan kontra tidak dapat mewakili perasaan
yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang terdiri bermacam-macam suku
dan budaya dan agama. Berbagai pendapat kontra yang beralasan negara tidak
dibenarkan terlalu memasuki hal yang bersifat pribadi, ini juga perlu
dipertimbangkan karena ini adalah sebuah reaksi dari mayarakat yang tidak
setuju kehidupan pribadinnya dicampuri. Tapi pertimbangan alasan yang pro
114
Melihat kenyataan yang sudah terjadi yang berkembang dimasyarakat dengan
didasarkan dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengkriminalisasikan perbuatan, maka gratifikasi seks sudah saatnya
dikriminalisasikan, karena sejalan dengan tujuan hukum pidana adalah untuk
menanggulangi kejahatan dan juga pengguguran terhadap tindakan
penanggulangan itu sendiri, ini semua demi kesejahteraan masyarakat baik
materiil maupun spirituil serta melindungi masyarakat. selain itu demi
kemaslahatan umat manusia dan kebaikan umat manusia.
2. Pembalikan Beban Pembuktian Gratifikasi Seksual tentunya akan
menggunakan Pembalikan Beban Pembuktian menurut Pasal 12 B UU No. 20
Tahun 2001. Bahwa yang nilainya Rp 10.000.000,- atau lebih dibuktikan oleh
penerima gratifikasi dan yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,- dilakukan
oleh penuntut umum.
B. Saran
1. Kepada Pemerintah dan DPR hendaknya segera merevisi penjelasan dan
Pasal 12B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 untuk
memberikan kejelasan atau kepastian hukum tentang gratifikasi seks,
sehingga pelaku gratifikasi seksual dapat dijerat.
2. Disarankan kepada aparat penegak hukum untuk saling bekerja sama dalam
pembuktian gratifikasi seks dan fokus pada pembuktian dengan bisa
mengesampingkan pelaporan. Pembuktian gratifikasi seksual bisa melalui
kesaksian atau alat bukti lainnya, misalnya, SMS ajakan, tawaran, atau
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Andrea, Fockema, 1983. Kamus Hukum terjemahan Bina Cipta, Bandung.
An-Naim, Abdullah Ahmed, 1990. Dekonstruksi Syari’ah, LkiS dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Atmosudirdjo, Prajudi, 1984. Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Barnhouse, Rutf Tiffany, 1988, Identitas Wanita: Bagaimana Mengenal dan Membentuk Citra Diri, Kanisius, Yogyakarta.
Bassioni, M. Cherif, 1973, Substantive Criminal Law, Charles C. Thomas Publiser, USA.
Bertens, K. 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi pencegahan & penegakan hukum tindak pidana korupsi, Refika Aditama, Bandung.
Chazawi, Adami, 2008. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, PT. Alumni Bandung, Bandung.
Edy Kristianto, Agustinus, 2009, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Effendy, Marwan, 2010, Pemberantasan Korupsi dan Good Governance, Timpani, Jakarta.
Farid, Zaini Abidin, 1995. Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta.
Gunakaya, Widiada dan Petrus Irianto, 2012. Kebijakan Kriminal
Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Hamdan, M. 2005. Tindak Pidana Suap & Money Politics, Pustaka Bangsa Press, Medan.
Hamzah, Andi, 1994. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
---, 2005. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardy, Gail, 1998. “Ketubuhan Perempuan dalam Interaksi sosial: Suatu
Masalah Perempuan dalam Heterogenitas kelompoknya,” dalam
Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis, Kanisius, Yogyakarta.
Hartanti, Evi, 2008. Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
Keraf, A. Sonny, 1998. Etika Bisnis: Tuntunan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta.
Kusumaatmadja, Mochtar, 1978. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang
Membangun, BPHN-Binacipta, Jakarta.
Lopa, Baharuddin, 2003. Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M Situmorang, Victor, 1990. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, Rineka Cipta, Jakarta.
Mertokusumo, Sudikno, 2002. “Mengenal Hukum: Suatu Pengantar” Liberty,
Yogyakarta.
Moeljatno, 2000. Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Alumni, Bandung.
---, 1992. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.
Mulyadi, Lilik, 2007. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Normatif, Teoritis,Praktik dan Masalahnya, PT. Alumni, Bandung.
Nawawi Arief, Barda, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
---, 1996. Kebijakan Legislative Dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1996.
---, 2005. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.
---, 2007. Kapita Selekta Hukum Pidana, Universitas Diponegoro, Semarang.
---, 2008. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana, Jakarta.
Nurdjana, IGM. 2005. Korupsi dan Illegal Loging Dalam Sistem Desentralisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Prasetyo, Teguh, 2010. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Bandung.
Prinst, Darwan, 2002. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Prodjohamidjojo, Martiman, 2000. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Rahardjo, Satjipto, 1983. Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung.
Reksodiputro, Mardjono, 1993. Sistem Peradilan Indonesia (Melihat Kepada
Kejahatan Dan Penegakan Hukum Dalam Batas-Batas Toleransi), Pidato
Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Sahetapy, J.E. 1996. Hukum Pidana, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Sakidjo, Aruan dan Bambang Poernomo, 1990. Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saleh, Roeslan, 1981. Asas Hukum Pidana Dalam Perspektif, Aksara Baru, Jakarta.
---, 1988. Hukum Pidana, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
Seno Adji, Indriyanto, 2006. Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, CV. Diadit Media, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali, Jakarta.
---, 1983. Penegakan Hukum, BPHN & Binacipta, Jakarta.
Sudarto, 1977. Hukum dan Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Semarang.
---, 1981. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.
---, 1983. Hukum Pidana dan perkembangan masyarakat. Sinar Baru, Bandung.
Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2010. Strategi & Teknik Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
Waluyo, Bambang, 2000. Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta.
Wiyono, R. 1986. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung.
---, 2005. Pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
B. Peraturan Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
C. Majalah, Surat Kabar dan Sumber Lainnya
detikNews, 6 Juni 2012.
Effendi, Rusli dkk, “Masalah Kriminalisasi dan Dekriminalisasi dalam Rangka
Pembaruan Hukum Nasional” dalam BPHN, Simposium Pembaruan
Hukum Pidana Nasional Indonesia, Binacipta, Jakarta, 1986.
Harkrisnowo, Harkristuti.“Konsep Pemidanaan: Suatu Gugatan Terhadap Proses Legislasi di Indonesia”, Pidato Pengukuhan Guru Besar, UI, Jakarta.
Kamariah, “Ajaran Sifat Melawan Hukum Material Dalam Hukum Pidana
Indonesia”, Pidato Pengukuhan Guru Besar, UNPAD, Bandung, Maret
1994.
Kompas, 19 Januari 2013.
Majalah Konstitusi Edisi No.75 - Mei 2013, Jakarta.
Saleh, Roeslan “Kebijakan Kriminalisasi Dan Dekriminalisasi: Apa Yang Dibicarakan Sosiologi Hukum Dalam Pembaruan Hukum Pidana
Dekriminalisasi dalam Pebaruan Hukum Pidana Indonesia, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 15 Juli 1993.
D. Website http://aceh.tribunnews.com/menyoal-gratifikasi-seks. http://kamus.sabda.org. http://kamusbahasaindonesia.org/sarana#ixzz2MeIT1N23. http://staff.unila.ac.id/eddyrifai http://www.antikorupsi.org/id/content/urgensi-pembuktian-terbalik http://www.kendarinews.com/content/view/9867/259/#sthash.fr6dXkqF.dpuf. http://www.republika.co.id. http://www.tempo.co/read/news. http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/opini/tubuh-perempuan-dan-moralitas-pejabat- publik/.