• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Analisis Hasil

1. Analisis kualitatif

Suatu sistem KCKT yang digunakan dapat untuk menganalisa sampel baik

secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengujian secara kualitatif akan menyediakan

informasi tentang keberadaaan suatu analit dalam sampel, dan kuantitatif menghasilkan

data seberapa banyak analit tersebut tersedia dalam sampel. Untuk mengukur analit

dalam sampel, detektor dalam KCKT mengubah konsentrasi atau massa analit yang

terelusi menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini yang kemudian diplot lawan waktu

menjadi data yang disebut kromatogram. Data dalam bentuk digital ini disajikan

dengan x merupakan waktu dan y merupakan intensitas, yang didapat dari waktu

retensi dan area puncak (Snyder, Kirkland, and Dolan, 2010).

Pada analisis data kualitatif, puncak analit ditentukan dengan waktu retensi (tR),

waktu retensi merupakan waktu analit dideteksi setelah terelusi pada fase diam. Waktu

retensi biasanya dinyatakan dalam menit, namun untuk pengukuran dalam waktu cepat

merupakan jumlah total analit yang dihitung dari awal puncak (peak-start point) hingga

titik akhir puncak (peak-end point) (Snyder, Kirkland, and Dolan, 2010). Untuk

pengukuran kualitatif diukur dengan membandingkan waktu retensi (tR) antara standar

dengan analit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada analisis data, cara yang paling umum untuk mengetahui jumlah analit

dalam sampel adalah dengan membuat plot kurva kalibrasi dengan menggunakan

standar eksternal. Larutan standar (kalibrator) dibuat dengan konsentrasi yang telah

diketahui dan dibuat plot antara konsentrasi dengan area puncak. Untuk menghitung

analit, dapat dipreparasi dengan cara yang sama. Konsentrasi analit kemudian dihitung

melalui area puncak yang terukur pada kromatogram dengan plot grafik kurva kalibrasi

standar eksternal (Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997).

Landasan Teori

Wadah atau pengemas merupakan suatu tempat dimana suatu sediaan

ditempatkan untuk disimpan sebelum digunakan. Pengemas berfungsi melindungi dan

sebagai media pembawa suatu sediaan untuk keperluan tertentu. Wadah terdiri dari

berbagai jenis seperti kaca, plastik, dan lain-lain. Wadah plastik merupakan wadah

yang paling luas penggunaannya. Wadah plastik memiliki beberapa keunggulan

sehingga digunakan untuk berbagai keperluan seperti kuat, jernih, fleksibel, mudah

dibentuk dan memenuhi aspek estetis.

Wadah plastik dapat dibentuk melalui proses polimerisasi dari berbagai

polimer plastik yang luas penggunaannya. Polikarbonat sering digunakan untuk

berbagai keperluan seperti wadah/botol minuman, peralatan otomotif, Compact Disc,

serta peralatan rumah tangga lainnya. Polikarbonat dikenal dengan kode “7” atau kode

“PC” pada lambang daur ulangnya. Polikarbonat dibuat dengan monomer berupa

bisfenol A dan difenil karbonat.

Sinar matahari merupakan beragam gelombang radiasi elektromagnetik yang

dipancarkan oleh matahari dan diterima bumi. Radiasi yang dipancarkan matahari

apabila sampai ke bumi akan melewati atmosfer dan beberapa akan dipantulkan dan

beberapa akan diserap oleh permukaan bumi. Sinar yang diserap oleh bumi akan diubah

menjadi energi panas. Sinar matahari yang diserap bumi akan bervariasi besarnya

bergantung pada tempat atau letak terhadap matahari.

Bisfenol A (2,2-(4,4’-dihidroksifenil) propana) merupakan monomer penyusun plastik jenis polikarbonat dengan kode daur ulang “7”. Seiring penggunaannya, bisfenol A dapat lepas dari polimernya dan terurai membentuk

monomernya kembali. Proses penguraian bisfenol A salah satunya dapat terjadi akibat

peningkatan temperatur, perubahan pH ekstrim, proses polimerasi yang tidak sempurna

serta intensitas sinar ultraviolet yang terdapat pada radiasi sinar matahari. Bisfenol A

yang lepas dari bentuk polimernya dapat terpejan ke manusia dan menimbulkan efek

buruk bagi manusia. Bisfenol A dikenal merupakan bahan berbahaya yang diketahui

tidak hanya mengganggu sistem endokrin tapi juga meningkatkan kerja hormon

esterogen karena strukturnya yang mirip dengan hormon esterogen. Bisfenol A juga

berpengaruh ke janin berupa malformasi, berkurangnya daya hidup dan sebagainya.

Ditinjau dari efek berbahayanya, banyak lembaga menetapakan TDI (Tolerable Daily

Intake) atau dosis harian yang diperbolehkan adalah 0,01 mg/kg/hari (SCF, 2012);

0,025 mg/kg/hari (Health Canada, 2008); 0,05 mg/kg/hari (EFSA, 2013; AIST, 2007).

Penetapan kadar dalam penelitian ini menggunakan instrumen KCKT yang

akan memisahkan suatu senyawa berdasarkan perbedaan kecepatan elusi melewati fase

diam yang dibantu tekanan. Kromatografi ini menggunakan fase diam ODS (C18)

dengan detektor spektroskopi UV. KCKT yang digunakan adalah KCKT fase terbalik

yang akan memisahkan analit dengan waktu tertentu (waktu retensi) kemudian diukur

dengan menggunakan area bawah puncak menggunakan kurva standar eksternal.

E. Hipotesis

1. Sinar matahari berpengaruh terhadap penurunan kadar BPA dalam botol.

2. Dengan semakin lama perlakuan paparan dengan menggunakan radiasi sinar

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian dengan rancangan penelitian eksperimental deskriptif karena

diberikan perlakuan pada subjek uji.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel utama

a. Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Lama paparan radiasi sinar matahari

b. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah:

2) Kadar BPA yang pada botol air minum

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Kode bertanda “PC” yang terdapat pada kemasan botol air minum 2) Pelarut

b. Variabel pengacau tak terkendali

1) Intensitas paparan radiasi sinar matahari

2) Medium air dalam botol

C. Definisi Operasional

1. Bisfenol A (BPA) merupakan suatu senyawa yang biasa dipergunakan sebagai

monomer untuk pembuatan plastik polikarbonat.

2. BPA yang ditetapkan adalah BPA yang terdapat pada botol air minum.

3. KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) fase terbalik yang digunakan adalah

seperangkat alat KCKT dengan fase diam berupa C18 (oktadesilsilan) dan fase

gerak berupa perbandingan asetonitril dan air (70:30)

4. Kadar BPA dalam wadah ditetapkan dalam satuan µg/g

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baku BPA 97% (E. Merck), metanol pro analysis (E. Merck), Asetonitril pro analysis (E. Merck), dan aquabides. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol minum.

E. Alat Penelitian

Seperangkat alat KCKT fase terbalik merek Shimadzu LC-2010C (pompa merek Shimadzu, detektor UV-Vis merek Shimadzu), kolom oktadesilsilan (C18) merek KNAUER C18 No. 25EE181KSJ (B115Y620) dengan dimensi 250 x 4,6 mm, packing KROMASIL 100-5 C18, seperangkat computer merek Dell B6RDZ1S Connexant Sistem RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S., printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, ultrasonikator merek Retsch tipe T460 No. V935922013 EY, syringe, neraca analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001 g, d =

0,01/0,1 mg/s), penyaring milipore, mikropipet Socorex, organik and anorganik solven membran filter Whatman polypropylene backed ukuran pori 0,5 µm dan diameter 47 mm, membran filter Whatman ukuran pori 0,45 µm dan diameter 47 mm, pompa vakum, seperangkat alat gelas (Pyrex)

F. Tata Cara Penelitian 1. Preparasi Sampel

a. Pemilihan sampel. Dipilih sejumlah 20 buah botol air minum yang dibeli dari

supermarket di daerah Maguwoharjo, Sleman, DIY dan dipilih menurut

kesamaan merek, tempat pembelian dan kode recycle (PC).

b. Pengelompokan sampel. Dari sejumlah botol sampel yang dipilih, masing

masing dibagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu dengan paparan langsung

radiasi sinar matahari dan sisanya sebagai kontrol (tanpa paparan radiasi sinar

matahari) dengan dua kali replikasi. Lamanya paparan radiasi sinar matahari

yaitu 0; 7; 14; 21; 28 hari dan botol diambil setelah waktu paparan tersebut.

Satu hari paparan diasumsikan sama dengan 7 jam paparan sehingga apabila

sinar matahari tidak mencukupi 7 jam, maka sisa waktunya akan dihitung pada

hari berikutnya, sementara untuk kontrol disimpan dalam tempat gelap dan

2. Pembuatan Larutan Baku BPA

a. Pembuatan latutan stok BPA. Pembuatan larutan stok BPA dilakukan dengan

menimbang 50 mg baku BPA lalu dilarutkan dengan metanol p.a. kedalam

labu takar 25 mL hingga tanda hingga diperoleh konsentrasi 2000 µg/mL.

b. Pembuatan larutan intermediet BPA. Pembuatan larutan intermediet BPA

dilakukan dengan mengambil 0,05 mL larutan stok BPA kemudian dilarutkan

dengan metanol p.a. dalam labu takar 10 mL hingga tanda sehingga diperoleh

konsentrasi 10 µg/mL.

c. Pembuatan seri larutan baku BPA. Larutan baku BPA dibuat dengan seri

larutan baku 1 µg/mL, 1,5 µg/mL, 2 µg/mL, 3 µg/mL, dan 5 µg/mL dibuat

dengan mengambil sebanyak 1 mL, 1,5 mL, 2 mL, 3 mL, dan 5 mL lalu

dilarutkan dengan metanol p.a. kedalam labu takar 10 mL hingga tanda.

3. Ekstraksi BPA dalam sampel

Kemasan air minum dipotong kecil-kecil lalu potongan tersebut diacak

dan diambil 0,250 g. Sampel lalu dilarutkan dalam diklorometan, kemudian aseton

ditambahkan perlahan. Jumlah penambahan diklormetan dan aseton didapatkan

dari hasil optimasi proses ekstraksi, yaitu (1:5) atau diklormetan sebanyak 10 mL

dan aseton 50 mL. Larutan didiamkan selama 10 menit. Supernatan lalu diambil

dengan cara disaring dan dikeringkan dengan menggunakan gas nitrogen lalu

4. Optimasi Proses Ekstraksi

Optimasi proses ekstraksi dilakukan dengan mengoptimasi perbandingan

diklorometan dan aseton dengan membuat tiga perbandingan diklorometan dan

aseton, yaitu diklorometan:aseton (10:50), (50:10), dan (50:50) ditambah standar

adisi sebesar 1 µg/mL sebelum ditambahkannya diklorometan. Ditentukan perbandingan yang paling optimum dengan melihat perolehan kembali (%

recovery) yang terbaik.

5. Efisiensi Ekstraksi Total

Efisiensi ekstraksi dihitung dengan cara membandingkan recovery dari

kadar terukur tiga waktu ekstraksi. Standar adisi ditambahkan pada tiap tahapan

ekstraksi tersebut. Pertama pada saat sebelum ditambah diklorometan, yang kedua

sebelum diuapkan, yang ketiga saat preparasi sesaat sebelum diinjek pada KCKT

lalu dibandingkan recovery-nya dengan 3 kali replikasi. % recovery kadar terukur

pada tiap replikasi kemudian dicari rata-ratanya. Efisiensi penguapan dihitung

dengan melihat perbedaan % recovery waktu kedua dan waktu ketiga, sementara

efisiensi ekstraksi dihitung dengan perbadaan % recovery waktu pertama dengan

yang kedua. Efisiensi ekstraksi total dihitung melalui perbedaan recovery waktu

6. Validasi Proses Ekstraksi dengan Metode Standar Adisi (Standard Addition Method)

Validasi proses ekstraksi dilakukan dengan menghitung akurasi, presisi,

linearitas dan pengaruh proses ekstraksi. Akurasi dinyatakan dengan % recovery

yang dihitung dengan membandingkan konsentrasi adisi dengan konsentrasi

standar sebenarnya. Sampel ditambahkan 5 tingkat konsentrasi adisi yaitu 1

µg/mL, 1,5 µg/mL, 2 µg/mL, 3 µg/mL, dan 5 µg/mL dari baku standar 10 µg/mL

sehingga konsentrasinya setelah diadisi menjadi 1 µg/mL, 1,5 µg/mL, 2 µg/mL, 3

µg/mL, dan 5 µg/mL sebelum diekstraksi (dilakukan 3 kali replikasi). % recovery

dihitung menggunakan rumus :

% recovery = (� −�

x 100%

Presisi dinyatakan dengan % CV yang menunjukkan persentase

penyimpangan data yang terjadi. Koefisien variasi (CV) dihitung pada setiap

replikasi dengan rumus

% CV = � �

x 100 %

Linearitas dihitung dengan memplotkan kadar vs AUC untuk

memperoleh persamaan dalam regresi linier y = bx + a, kemudian dihitung nilai r

(linearitas) dari persamaan tersebut.

Pengaruh prosedur ekstraksi diuji dengan menggunakan uji t untuk

membandingkan slope hubungan konsentrasi dan area kurva adisi dengan kurva

tidak. Apabila berbeda signifikan maka dinyatakan prosedur ekstraksi memberikan

pengaruh kepada hasil, sebaliknya apabila hasil menunjukkan tidak berbeda

signifikan maka prosedur ekstraksi tidak memberikan pengaruh terhadap hasil.

7. Injeksi ke dalam Sistem KCKT

Sebanyak 20 µL sampel hasil pemekatan yang telah disaring dengan

milipore serta dibebas-udarakan selama 15 menit diinjeksikan ke sistem KCKT

fase terbalik dengan detektor pada panjang gelombang 278 nm, flow rate 1

mL.menit-1, dan fase gerak asetonitril:air (70:30) LOD 0,0471 µg/mL, LOQ 8,4701 µg/g dan rentang 0,3-5 µg/mL (Natasia, 2013).

G. Analisis Hasil 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (tR)

pada kromatogram yang didapatkan dari sampel dengan waktu retensi (tR) dari

senyawa baku BPA dan membandingkan sejumlah sampel konsentrasi bertingkat

(adisi) dengan masing-masing puncaknya.

Dari hasil puncak yang dibandingkan, resolusi sampel dihitung untuk

melihat apakah sampel berhasil diekstraksi dengan baik dan terpisah dari puncak

pengotor lainnya. Resolusi dihitung menggunakan rumus :

Rs = 2(Δ (W−W2

Dokumen terkait