• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal

Dalam analisis kuantitatif kelarutan kalsium batu ginjal dengan spektrofotometer serapan atom menggunakan larutan baku CaCO3 yang dibuat pada seri kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm. Hasil pengukuran serapan seri larutan baku menghasilkan persamaan kurva baku yang digunakan untuk mengukur serapan kalsium yang terlarut dalam kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Adapun persamaan kurva baku yang diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku yaitu :

Tabel V. Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan baku pada spektrofotometer serapan atom

Replikasi Persamaan Kurva Baku Linieritas

I y = 0,009552 x – 0,00147 r = 0,99991

II y = 0,009705 x – 0,00301 r = 0,99954

III y = 0,008794 x – 0,00236 r = 0,99960

Ketiga replikasi persamaan kurva baku memiliki linieritas yang mendekati ± 1. Namun dari ketiga persamaan kurva baku tersebut, persamaan kurva baku

replikasi I memiliki nilai linieritas yang paling mendekati ± 1. Oleh karena itu, persamaan kurva baku replikasi I dipilih untuk menghitung kadar kalsium terlarut dalam kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v. -0,05 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0 5 10 15 20 25 30 35

Konsentrasi larutan baku kalsium (ppm)

Ab s o rb a n s i

Ga mba r 9. Kurva b a ku ka lsium hub ung a n a nta ra ko nse nta si la ruta n b a ku ka lsium ve rsus a b so rb a nsi d e ng a n p e rsa ma a n kurva b a ku y = 0,009552 x – 0,00147

Validasi suatu metode analisis merupakan suatu proses yang menunjukkan karakteristik suatu metode memenuhi persyaratan untuk diaplikasikan dalam kepentingan analisis (Mulja dan Hanwar, 2003). Suatu metode analisis yang baik harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya nilai perolehan kembali dan kesalahan acak.

Nilai perolehan kembali merupakan indikasi untuk menyatakan akurasi suatu metode analisis. Akurasi adalah kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Rentang nilai akurasi yang tinggi yaitu antara 98-102% (Mulja dan Hanwar, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan, seri

larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki nilai perolehan kembali yang berada dalam rentang 98-102%.

Tabel VI. Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku

Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata Perolehan kembali 1 98,17% 97,15% 100,77% 98,70% 2 100,33% 95,40% 98,33% 98,03% 3 99,06% 101,28% 98,02% 99,45% 4 99,63% 101,21% 99,08% 99,97% 5 100,60% 99,60% 101,54% 100,58% × 99,346% Keterangan : 1.Larutan baku Ca 6 ppm 2.Larutan baku Ca 12 ppm 3.Larutan baku Ca 18 ppm 4.Larutan baku Ca 24 ppm 5.Larutan baku Ca 30 ppm

Koefisien variasi (KV) merupakan nilai yang digunakan untuk menunjukkan presisi suatu metode analisis. Presisi menunjukkan reprodusibilitas pengukuran yang berarti kedekatan hasil yang diperoleh ketika prosedur yang sama digunakan berulang pada sampel yang homogen. Nilai KV < 2% dapat menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan memberikan presisi yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan, seri larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki nilai KV < 2%.

Tabel VII. Nilai koefisien variasi (%)

Simpangan baku Kadar rata-rata

(ppm) Koefisien variasi (KV) × 1 0,121 5,91 2,05% 2 0,327 11,75 2,78% 3 0,261 17,88 1,46% 4 0,207 23,96 0,86% 5 0,351 30,13 1,16% 1,66%

Keterangan : 1. Larutan baku Ca 6 ppm 2. Larutan baku Ca 12 ppm 3. Larutan baku Ca 18 ppm 4. Larutan baku Ca 24 ppm 5. Larutan baku Ca 30 ppm

Oleh karena nilai rata-rata perolehan kembali yang didapat adalah 99,346% yang berarti masuk dalam rentang nilai akurasi yang tinggi dan nilai rata-rata koefisien variasi yang didapat 1,66 % yang berarti kurang dari 2%, maka spketrofotometri serapan atom memenuhi persyaratan validitas metode untuk digunakan dalam analisis kadar kalsium terlarut pada kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v.

Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Perendaman dilakukan selama 6 jam pada suhu 37oC dan setiap 30 menit dilakukan penggojogan selama 1 menit. Filtrat hasil perendaman kemudian disaring, dipipet 1,0 ml dan diencerkan 10 kali menggunakan aquadest dan diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hal ini agar serapannya dapat terbaca pada spektrofotometer serapan atom dan berada dalam range kurva baku.

Penggunaan kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui kemungkinan larutnya kalsium dalam pelarut yang digunakan pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi. Kontrol negatif yang digunakan yaitu aquadest ditambah 1,0 ml tween 80 diencerkan hingga 100 ml.

Tabel VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom

Kel. Perlakuan Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) SD I Kontrol negatif 8,7170 0,6186

II Fraksi air daun pandan wangi 2,5%v/v 14,2052 1,4082

III Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v 15,8121 0,7061

IV Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v 20,0964 0,4839

V Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v 24,4357 1,6570

VI Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v 182,2565 2,1336 VII Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v 241,6899 3,4267 VIII Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v 281,7353 1,2343 IX Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v 282,5650 0,8114

0 50 100 150 200 250 300 R at a -r at a k ad ar kal si u m t er la ru t (ppm ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelom pok perlakuan

Ga mba r 10. Dia g ra m b a ta ng ra ta -ra ta ka d a r ka lsium te rla rut p a d a se tia p ke lo mp o k p e rla kua n se te la h p e ng ukura n d e ng a n sp e ktro fo to me te r se ra p a n a to m

Keterangan : 1. Kontrol negatif

2. Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v

3. Fraksi air daun pandan wangi5% v/v

4. Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v

5. Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v

6. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v

7. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v

8. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v

Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) pada fraksi air daun pandan wangi lebih rendah daripada fraksi etil asetat daun pandan wangi. Diagram batang (gambar 10) menunjukkan kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut tidak terlihat jelas pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi di setiap konsentrasi. Pada kelompok perlakuan fraksi etil asetat daun pandan wangi tampak adanya kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut. Namun pada kelompok perlakuan fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v dan 10% v/v kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut tidak terlihat jelas. Terhadap kontrol negatif, kedua fraksi daun pandan wangi memiliki rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) yang lebih tinggi (tabel VIII).

Data kadar kalsium terlarut hasil analisis spektrofotometer serapan atom (lampiran VI) diuji dengan metode analisis statistik deskriptif Explore untuk mengetahui ditribusi data tersebut. Dalam analisis Explore, kenormalan suatu data dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, harus diantara -2 dan 2 (Trihendradi, 2005). Hasil analisis Explore menunjukkan data kadar kalsium terlarut (ppm) memiliki distribusi yang normal karena nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis masing-masing kelompok perlakuan berada dalam rentang -2 sampai 2 (lampiran VII).

Analisis lanjutan dilakukan dengan metode statistik One Way Anova untuk menguji ada tidaknya perbedaan data dari tiap kelompok perlakuan. Hasil analisis menggunakan One Way Anova menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 (Sig. < 0,05) dan ini berarti bahwa terdapat perbedaan kadar kalsium terlarut dalam kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Analisis dilanjutkan menggunakan metode Least Significant Difference (LSD) untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada perbedaan yang bermakna atau tidak dari rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan.

Dalam analisis LSD adanya perbedaan bermakna rata-rata kalsium terlarut antar kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Nilai signifikansi yang diperoleh dari perbandingan rata-rata kelarutan kalsium tiap kelompok perlakuan dalam analisis LSD kurang dari 0,05. Namun hal ini tidak terjadi pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi 2,5%v/v dan 5%v/v ; kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi 5%v/v dan 7,5%v/v ; dan kelompok perlakuan fraksi etil asetat konsentrasi 7,5%v/v dan 10%v/v. Kelompok-kelompok perlakuan tersebut memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kelarutan kalsium batu ginjal yang tidak bermakna.

Tabel IX. Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi

Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm)

No. Konsentrasi Fraksi air

daun pandan wangi

Fraksi etil asetat daun pandan wangi

Nilai Sig. hasil uji LSD 1. 2,5% v/v 14,2052 182,2565 0,000 2. 5% v/v 15,8121 241,6899 0,000 3. 7,5% v/v 20,0964 281,7353 0,000 4. 10% v/v 24,4357 282,565 0,000

0 50 100 150 200 250 300 350 2,50% 5% 7,50% 10,00%

Konsentrasi fraksi daun pandan w angi

R a ta -r a ta k a ls iu m te rl a rut (pp m )

Fraksi etil asetat daun pandan w angi Fraksi air daun pandan w angi

Ga mba r 11. Gra fik ra ta -ra ta ka lsium te rla rut (p p m) fra ksi a ir d a n e til a se ta t d a un p a nd a n wa ng i se te la h p e ng ukura n p a d a sp e ktro fo to me te r se ra p a n a to m

Daun pandan wangi mengandung flavonoida, alkaloida, saponin, tanin, polifenol dan klorofil (Sugati dan Hutapea, 1991). Penelitian terdahulu oleh Rahardjo (2003) menyebutkan bahwa kemampuan infusa daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium batu ginjal disebabkan oleh adanya kandungan flavonoid. Oleh karena itu dilakukan ekstraksi flavonoid dari daun pandan wangi menggunakan etanol-air, dilanjutkan dengan pengekstraksian kembali ekstrak kental bebas etanol menggunakan etil asetat. Pada awal proses ekstraksi, klorofil daun pandan wangi dihilangkan terlebih dahulu menggunakan petroleum eter. Dengan demikian diperoleh senyawa flavonoid dari daun pandan wangi yang dapat melarutkan kalsium batu ginjal.

Berdasarkan grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom dapat dilihat bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi air daun pandan wangi. Kelarutan kalsium

batu ginjal yang lebih tinggi dalam fraksi etil asetat daripada fraksi air daun pandan wangi diduga karena kandungan flavonoid pada fraksi etil asetat daun pandan wangi lebih banyak daripada fraksi air daun pandan wangi.

Dalam penelitian tentang flavonoid daun Sonchus arvensis L. senyawa aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium (Pramono dkk, 1993) disebutkan kemungkinan mekanisme pelarutan batu ginjal adalah melalui pembentukan kompleks antara gugus hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Daun Sonchus arvensis L. mengandung flavonoid yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4. Gugus hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk kompleks khelat yang stabil dengan logam.

Fernandez et al (2002) menyebutkan bahwa adanya gugus karbonil pada posisi 4 dan gugus hidroksi pada posisi 3, 5, 3’, dan 4’ pada flavonoid menyebabkan flavonoid memiliki tiga sisi yang mungkin membentuk kompleks khelat dengan logam, yaitu: antara gugus hidroksi pada posisi 3 dan gugus karbonil pada posisi 4, antara gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4, dan antara gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’,4’.

Flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi diduga termasuk dalam golongan flavonol. Kedua fraksi daun pandan wangi mengandung flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 5. Namun pada fraksi etil asetat, flavonol yang terkandung di dalamnya selain memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 diduga juga memiliki gugus hidroksi pada posisi 3’ dan 4’. Adanya gugus hidroksi inilah yang

menyebabkan flavonoid dalam kedua fraksi dapat membentuk kompleks dengan kalsium dari batu ginjal (gambar 12).

O HO O O O O O Ca Ca O O O O HO gula Ca O O O O gula O O O HO O O Ca O gula gula (12.a) (12.b)

Ga mba r 12. Ko mp le ks fla vo no l fra ksi e til a se ta t d a un p a nd a n wa ng i (12.a ) d a n fra ksi a ir d a un p a nd a n wa ng i (12.b ) d e ng a n ka lsium b a tu g inja l

Kalsium yang terkandung dalam batu ginjal akan membentuk kompleks khelat dengan gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4 dari flavonol yang terkandung dalam kedua fraksi daun pandan wangi. Pada fraksi etil asetat daun pandan wangi, kalsium yang terkandung dalam batu ginjal juga membentuk kompleks khelat dengan gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’, 4’. Oleh karena flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga lebih banyak daripada dalam fraksi airnya, maka kemungkinan pembentukan kompleks Ca-flavonoid pada fraksi etil asetat lebih banyak daripada fraksi airnya. Hal inilah yang menyebabkan kelarutan kalsium batu ginjal pada fraksi etil asetat daun pandan wangi lebih besar daripada fraksi airnya.

BAB V

Dokumen terkait