• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELAAHAN PUSTAKA

C. Batu Ginjal

Batu ginjal adalah material kristalin dan mineral yang keras yang terbentuk di ginjal atau di sepanjang saluran kemih. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau kurangnya inhibitor pembentukan batu (Anonimb,2007). Penyebab lain terbentuknya batu ginjal yaitu kerusakan tubular pada ginjal, hiperkalsiuria, hiperoksaluria, penurunan volume urin, dan faktor keturunan (Dale, 2003).

Ga mba r 2. G inja l d a n b a tu g inja l (Ano nim c, 2007)

Menurut Dorland (2000) pembentukan batu di saluran kemih disebut urolithiasis sedangkan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal

disebut nephrolithiasis. Dale (2003) menyebutkan pasien penyakit batu ginjal mengalami beberapa gejala seperti nyeri hebat yang tiba-tiba di bagian panggul (flank pain) atau terkadang menyebar sampai ke bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain). Nyeri hebat ini dapat disertai dengan nausea dan vomiting. Letak penyumbatan oleh batu menentukan lokasi nyeri yang dialami pasien. Batu yang berada pada pelvis ginjal atau di ureter bagian atas dapat menyebabkan nyeri pada panggul (flank pain). Sedangkan batu yang berada di bagian tengah atau bawah dari ureter menyebabkan nyeri pada bagian bawah dekat alat kelamin (groinpain) dan alat kelamin itu sendiri. Adanya batu pada kantung kemih ditandai dengan nyeri pada bagian bawah perut, berkurangnya volume urin, disuria, dan nyeri saat mengeluarkan urin. Gejala lain dari penyakit batu ginjal adalah terjadi hematuria.

Smith dan Guay (1996) menyebutkan bahwa ada tiga teori tentang pembentukan batu ginjal, yaitu:

a) Teori matrix, menyebutkan bahwa semua batu ginjal mengandung 2-3%

material organik pada komposisi kristalnya. Material organik inilah yang menginisiasi mekanisme pembentukan batu ginjal. Namun setelah penelitian lebih lanjut, material organik tersebut hanya melindungi permukaan kristal batu ginjal sehingga melindungi kristal dari disolusi.

b) Teori defisiensi inhibitor. Urin merupakan cairan kompleks yang

mengandung sejumlah inhibitor kristalisasi, antara lain sitrat, sulfat, pirofosfat, magnesium, glikosaminoglikan. Penurunan aktivitas inhibitor pada urin menyebabkan terjadinya presipitasi yang memicu terbentuknya batu.

c) Teori presipitasi-kristalisasi. Teori ini berdasar pada pengenalan tingkat kejenuhan suatu larutan yang mengandung mineral. Tingkat kejenuhan suatu larutan didefinisikan dengan dua istilah yaitu solubility product dan formation product. Solubility product adalah tingkat kejenuhan di mana fase cair berada dalam kondisi ekual dengan fase padat. Formation product adalah tingkat kejenuhan di mana terjadi pembentukan kristal secara spontan. Tingkat kejenuhan larutan di bawah tingkat solubility product adalah larutan tidak jenuh (undersaturated). Tingkat kejenuhan larutan diantara solubility product dan formation product merupakan larutan jenuh (supersaturated). Sedangkan tingkat kejenuhan larutan diatas formation product merupakan larutan lewat jenuh dan terjadi pembentukan kristal. Pembentukan kristal inilah yang menginisiasi pembentukan batu ginjal jika kondisi urin lewat jenuh.

Jenis batu ginjal ,menurut Heptinstall (1983), bervariasi tergantung dari komponen-komponen penyusunnya. Berikut adalah jenis-jenis batu ginjal:

a) Batu Kalsium

Batu kalsium biasanya keras dan bentuknya tidak beraturan. Batu berwarna agak gelap pada permukaanya, karena kristal oksalat yang tajam menyebabkan abrasi pada mukosa pelvis sehingga terjadi hemoragi yang melapisi batu. Bentuknya yang tidak beraturan merupakan hasil kristalisasi dan biasanya ditemukan pada urin yang asam. Terkadang ratusan batu ini bergabung menjadi satu di dalam calyx, yang kemudian oleh sinar X terdeteksi sebagai batu tunggal. Jika batu ini bergabung dengan fosfat, batu akan menjadi lebih halus, lebih pucat, dan lebih lunak, dan disebut sebagai batu fosfat.

b) Batu Struvite

Batu struvite berwarna abu-abu atau agak keputihan dan memiliki konsistensi yang bervariasi. Beberapa ada yang keras namun beberapa juga ada yang rapuh dan lunak. Batu ini terbentuk pada urine basa dan juga terbentuk karena adanya infeksi bakteri sehingga sering disebut sebagai batu infeksi. Biasanya batu struvite mengandung campuran kalsium fosfat dan magnesium fosfat, tetapi dapat juga mengandung sedikit kalsium oksalat atau kalsium karbonat. c) Batu Asam Urat

Batu asam urat keras dan berwarna coklat kekuningan dengan permukaan yang halus dan bulat. Seringkali batu ini berada dalam bentuk ganda. Menurut Dale (2003), biasanya batu ini ditemukan pada kantung kemih dan terjadi pada kantung kemih yang tidak terinfeksi. Batu ini terbentuk pada urin yang asam dan dapat menjadi besar memenuhi kaliks ginjal.

d) Batu Sistin

Umumnya berwarna kekuningan dan agak berlemak, menjadi berwarna gelap setelah dioperasi atau otopsi. Batu ini berada dalam bentuk ganda, halus, bulat, dan biasanya kecil. Pembentukan batu ini terjadi pada pasien yang mengalami sistinuria.

Dari keempat jenis batu ginjal di atas, batu kalsium merupakan jenis batu yang paling sering ditemukan pada penderita batu ginjal. Jenis batu kedua yang paling sering ditemukan adalah batu fosfat. Batu asam urat berhubungan dengan penyakit gout. Batu sistin ditemukan pada penderita sistinuria. Faktor keturunan mempengaruhi terbentuknya batu sistin pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan

batu infeksi sebagian besar ditemukan pada wanita sebagai akibat dari infeksi saluran urin.

Beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat peluruh batu ginjal yaitu tempuyung (Sonchus arvensis L.), kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), keji beling (Strobilanthus crispus Bl.), meniran (Phyllantus niruri L.). Infusa daun tempuyung pada percobaan in vivo menunjukkan efek menghambat pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus. Selain itu secara in vitro infusa daun tempuyung mempunyai efek melarutkan kalsium oksalat batu ginjal.

Daun kumis kucing digunakan sebagai terapi untuk penyakit kadar urin rendah dan pembengkakkan pada penyakit batu ginjal. Dari hasil penelitian secara praklinis dan klinis, tanaman ini memiliki khasiat sebagai diuretik, menurunkan kadar asam urat, dan pelarut batu kalsium. Penelitian tentang ekstrak air dari herba meniran secara in vitro menunjukkan adanya efek penghambatan terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat sehingga herba ini dapat dijadikan obat alternatif dari penyembuhan kencing batu (Anonim, 2000).

Tanaman keji beling berbau lemah dan memiliki rasa yang pahit, berkhasiat melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal, dan kandung kemih. Untuk pengobatan batu ginjal daun keji beling dapat direbus dengan air dengan jumlah tertentu (Sulaksana, 2005).

D. Kelarutan

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif

didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen (Martin, 1990).

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1990).

Martin (1990) menyebutkan air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis, sedang minyak mineral dan benzena biasanya merupakan pelarut untuk zat yang hanya sedikit larut dalam air.

Kelarutan zat dalam pelarut ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya momen dipol pelarut. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Selain momen dipol, kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen, khususnya jika pelarutnya adalah air, merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang direfleksikan dalam dipol momen yang tinggi. Kelarutan zat juga bergantung pada gambaran struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus nonpolar dari molekul. Jika suatu molekul banyak memiliki gugus polar maka molekul tersebut akan mudah larut dalam pelarut polar. Sebaliknya, jika suatu molekul lebih banyak memiliki gugus non polar maka molekul tersebut akan larut dalam pelarut non polar (like disolve like).

Pelarut berdasarkan polaritasnya dibedakan atas pelarut polar, semipolar, dan nonpolar. Pelarut polar umumnya memiliki tetapan dielektrik yang tinggi, misalnya: air, memiliki tetapan dielektrik 80. Tetapan dielektrik yang tinggi ini

menyebabkan pelarut polar dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion dalam kristal yang bermuatan berlawanan (misal: natrium klorida). Sedangkan pelarut non polar memiliki tetapan dielektrik yang rendah sehingga tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah. Pelarut nonpolar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi dipol induksi. Pelarut semipolar, seperti keton dan alkohol, dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar. Pelarut semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar, misalnya: aseton menaikkan kelarutan eter dalam air.

Dokumen terkait