• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3. Metode Analisis

4.3.2. Analisis Kuantitatif

Untuk menjawab tujuan 3 dan 4 yaitu untuk menganalisis kondisi perekonomian daerah dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten

Pasuruan sebelum penerapan otonomi daerah serta dampak penerapan otonomi daerah terhadap kinerja industri gula digunakan analisis I nput-Output. Analisis I nput-Output terhadap kinerja in dustri gula di Kabupaten Pasuruan ini dilakukan dengan beberapa tahap:

1. Tahap Derivasi Tabel I nput-Output Kabupaten Pasuruan

Tahap ini dilakukan karena Kabupaten Pasuruan belum memiliki tabel I -O maka penyusunan tabel I-O dengan menggunakan metode semi survey perlu dilakukan. Metode semi survey yang digunakan adalah menggunakan metode RAS Modifikasi, tabel dasar yang digunakan untuk menurunkan tabel I -O Pasuruan adalah Tabel I -O Jawa Timur Tahun 2000. Metode ini dipilih karena lebih sederhana dan tidak membutuhkan data yang mendetail namun merupakan metode yang efektif dan tepat waktu dalam penyusunan tabel I-O (BPS, 2000a). Penggunaan metode RAS modifikasi ini adalah untuk mengatasi kelemahan yang biasanya terdapat pada penggunaan metode RAS Sederhana. Tabel I-O Pasuruan y ang dihasilkan dari metode RAS sederhana akan menunjukkan komposisi/ struktur input antara yang identik dengan komposisi/ struktur input antara pada Tabel I-O Jawa Timur. Metode RAS modifikasi adalah dengan memasukkan informasi baru ke dalam kuadran antara yang menunjukkan struktur input yang sesungguhnya dari suatu sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan sedangkan untuk sektor-sektor yang belum memiliki data, struktur input antaranya dicari menggunakan metode RAS.

Metode RAS pertama kali diperkenalkan oleh Stone dan Brown (1962) sebagai suatu metode yang digunakan untuk up dating tabel I-O. Metode RAS merupakan suatu metode untuk mencari satu set bilangan pengganda baris dan pengganda kolom untu k mendapatkan matriks kuadran I yang baru. Jika matriks

A adalah matriks koefisien input kuadran I dan aij adalah sel-sel matriks, maka aij

tersebut terbentuk dari dua macam pengaruh:

1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi.

2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari jumlah input yang tersedia.

Miller dan Blair (1985) mengemukakan bahwa penggunaan metode RAS untuk menyesuaikan matriks koefisien tidak hanya pada masalah lintas waktu (updating) tetapi juga lintas ruang (masalah regionalisasi). Bahkan karena keterbatasan data daerah (regional), metode RAS akhirnya menjadi lebih sering digunakan untuk menurunkan tabel I-O daerah dari tabel I-O nasional (antar daerah) dibandingkan untuk keperluan up dating.

Apabila pengganda substitusi diberi notasi r, pengganda fabrikasi diberi notasi s dan Aoadalah matriks koefisien input Jawa Timur maka koefisien input Pasuruan adalah:

At = r Ao s... (1) Untuk menurunkan Tabel I-O Pasuruan dengan metode RAS modifikasi dilakukan langkah -langkah sebagai berikut:

1 . Melakukan klasifikasi sektor-sektor ekonomi untuk Kabupaten Pasuruan . Pengklasifikasian sektor didasarkan pada tujuan penelitian, peranan penting suatu sektor dalam perekonomian (ditunjukkan oleh share masing-masing sektor terhadap PDRB) serta ketersediaan data di Kabupaten Pasuruan. Hasil pengklasifikasian ditentukan bahwa Tabel I-O Pasuruan dibagi menjadi 40 sektor (Lampiran 1).

2 . Mengisi nilai output Kabupaten Pasuruan menurut sektor berdasarkan data dinas dan dari publikasi BPS dalam Pasuruan Dalam Angka Tahun 2000. 3 . Memasukkan data komposisi input sektor- sektor Kabupaten Pasuruan tahun

2000. Sektor-sektor yang memiliki data komposisi input adalah sektor 16 -31, data yang digunakan berasal dari data I BS dan I KKR tahun 2000. Untuk sektor-sektor yang belum memiliki informasi tentang komposisi inputnya selanjutnya dicari dengan menggunakan metode RAS.

4 . Memasukkan data Kabupaten Pasuruan tahun 2000 untuk menyusun komponen-komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, ekspor (luar negeri maupun antar daerah), dan pembentukan stok. Selain permintaan akhir juga memasukkan jumlah permintaan antara, input antara, dan input primer (nilai tambah bruto) masing-masing sektor. Data konsumsi rumah tangga diambil dari SUSENAS, data untuk kolom pengeluaran pemerintah diperoleh dari Rincian Realisasi APBD Kabupaten Pasuruan sedangkan untuk pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok diperoleh dari data SKPM dan survey BPS.

5 . Menyusun klasifikasi (agregasi) sektor untuk Tabel I-O Jawa Timur Tahun 2000 sesuai dengan klasifikasi sektor Kabupaten Pasuruan dan kemudian menyusun matriks koefisien input dari Tabel I-O Jawa Timur sesuai dengan klasifikasi sektor Kabupaten Pasuruan tersebut.

6 . Proses penyusunan matriks dengan menggunakan pengganda baris ke-r dan pengganda kolom ke-s (metode RAS), dengan mengunci sel-sel input antara yang telah disesuaikan dengan struktur input Kabupaten Pasuruan , yakni sektor 16-31. Proses ini berlanjut terus sampai diperoleh suatu matriks,

dimana jumlah angka untuk masing-masing baris sama dengan jumlah permintaan antara masing-masing sektor dan jumlah angka masing-masing kolom sama dengan jumlah input antara masing-masing sektor.

7 . Setelah kolom-kolom dalam tabel I-O terisi, selanjutnya dilakukan rekonsiliasi dimana jumlah penawaran harus sama dengan jumlah permintaan. Penawaran terdiri dari output domestik (600) + impor (409) + margin perdagangan dan transportasi (509), sedangkan permintaan terdiri dari total permintaan antara (180) + total permintaan akhir (309). Rekonsiliasi ini dilakukan, khususnya untuk melakukan adjustment terhadap data yang sumbernya lemah seperti perubahan stok (304), ekspor (305) dan impor (409).

2. Tahap Analisis Struktur Perekonomian Daerah dan Peranan I ndustri Gula Sebelum Penerapan Otonomi Daerah

Tabel I -O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 yang diperoleh dari hasil derivasi kemudian dianalisis untuk melihat struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan sebelum diberlakukannya otonomi daerah termasuk posisi dan peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan . Analisis struktur perekonomian Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan mendeskripsikan struktur permintan dan penawaran, permintaan akhir, output sektoral, nilai tambah bruto, ekspor dan impor serta struktur ketenagakerjaan.

Analisis peranan industri gula dalam perekonomian Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan menggunakan an alisis keterkaitan dan analisis pengganda (multiplier) . Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat hubungan sektor industri gula dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian daerah. Analisis keterkaitan yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakan g serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke

belakang. Analasis keterkaitan industri gula dihitung dengan rumus sebagai berikut:

1 . Keterkaitan Langsung Ke Depan

= =

=

=

40 1 j ij i 40 1 j i i

a

X

X

F

... (2) dimana:

Fi = Keterkaitan langsung ke depan industri gula

Xij = Banyaknya output industri gula yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j

Xi = Total output industri gula aij = Unsur matriks koefisien teknis 2 . Keterkaitan Langsung Ke Belakang

= =

=

=

40 1 i ij j 40 1 i i j

a

X

X

B

... (3) dimana:

Bj = Keterkaitan langsung ke belakang industri gula

Xij = Banyaknya input antara yang digunakan oleh industri gula, yang berasal dari sektor i

Xj = Total input sektor industri gula aij = Unsur matriks koefisien teknis

3 . Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan

=

=

40 1 j ij i

C

FLTL

... (4) dimana:

FLTLi = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

Cij = Unsur matriks kebalikan leontief terbuka I ndustri gula (jumlah matriks kebalikan leontif terbuka pada baris industri gula) 4 . Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang

=

=

40 1 i ij j

C

BLTL

... (5) dimana:

BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

matriks kebalikan leontif terbuka pada kolom industri gula)

Analisis pengganda (multiplier) merupakan suatu koefisien yang digunakan untuk menilai dampak perubahan permintaan akhir industri gula terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja baik pada industri gula itu sendiri maupun dalam perekonomia n secara keseluruhan. Rumus perhitungan koefisien pengganda secara ringkas disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rumus Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja

Pengganda

No Nilai Out put

( Rp) Pendapatan ( Rp) Tenaga Kerj a ( Orang) 1. Efek Awal 1 hj ej

2. Efek Putaran Pertama Σiaij Σiaij . hj Σiaij . ej

3. Efek Dukungan I ndustri Σiαij–1-Σiaij Σiαij hj–hj-Σiaijhj Σiαij ej–ej-Σiaijej

4. Efek I nduksi Konsumsi Σiα*

ij–1-Σiaij Σiα*

ij hj–hj-Σiaijhj Σiα*

ij ej–ej-Σiaijej

5. Efek Total Σiα*

ij Σiα*

ij hj Σiα*

ij ej

6. Efek Lanjutan Σiα*

ij–1 Σiα*

ij hj–hj Σiα*

ij ej–ej

Sum ber : Daryanto dan Morison, 1992

Keterangan aij = Koefisien output

hj = Koefisien pendapat an rumah t angga

ej = Koefisien tenaga kerj a

αij = Matriks kebalikan leontief terbuka

α*

ij = Mat riks kebalikan leontief tertutup

Untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pada pengukuran output, pendapatan dan tenaga kerja maka dihitung dengan menggunakan rumus pengganda tipe I dan tipe I I , sebagai berikut:

Awal Efek I ndustri Dukungan E. Pertama Putaran E. Awal Efek I Tipe = + + Awal Efek Konsumsi I nduksi E. I ndustri Dukungan E. Pertama Putaran E. Awal Efek II Tipe = + + +

3. Tahap Analisis Dampak Otonomi Daerah

Konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah pemberian kewenan gan yang lebih besar bagi daerah (Kabupaten Pasuruan) dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. Penerapan otonomi daerah akan d icerminkan oleh adanya perubahan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD), baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Peningkatan dana yang ada di daerah, khususnya akibat adanya perubahan mekanisme dana transfer pemerintah pusat terhadap daerah akan mempengaruhi besaran dan alokasi belanja pemerintah daerah.

APBD merupakan instrumen bagi Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsinya dalam memproduksi barang dan jasa publik bagi kepentingan masyarakat. Melalui pengalokasian dana dalam APBD, Pemerintah Daerah dapat memberikan dampak pada perekonomian sehingga tercapai sasaran -sasaran pembangunan, yakni pertumbuhan ekonomi (Peningkatan output dan PDRB) dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Perubahan APBD dalam model I -O ini merupakan perubahan yang bersifat eksogen, artinya perubahan ini timbul dari luar sistem ekonomi namun pada akhirnya akan menciptakan permintaan baru dan menghendaki pemenuhan dari dalam sistem ekonomi yang telah ada. Dalam pemenuhan permintaan inilah perubahan APBD (otonomi daerah) menciptakan dampak terhadap sistem perekonomian.

Analisa dampak otonomi daerah dilakukan dengan menggunakan 3 skenario, yakni: (1) perubahan APBD Kabupaten Pasuruan yang dicerminkan oleh adanya perubahan pada pengeluaran pemerintah (kolom 302) dan perubahan pada total PMTB (kolom 303). Pengeluaran Pemerintah yang dimasukkan kedalam kolom 302 adalah pengeluaran yang bersifat rutin (non gaji) sedangkan pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin untuk barang-barang modal (barang-barang yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih) akan masuk kedalam kolom 303 . (2) perubahan APBD yang diikuti oleh perubahan pembentukan modal tetap bruto (investasi) oleh swasta. Hal ini dilakukan

berdasarkan asumsi bahwa penerapan otonomi daerah secara tidak langsung akan menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat (swasta) untuk melakukan investasi atau perluasan usaha yang kemudian dicerminkan oleh meningkatnya pembentukan modal bruto oleh sektor swasta. Namun demikian isian pada kolom PMTB tidak menunjukkan nilai pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi yang ada, karena isian pada kolom ini hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal. (3) perubahan konsumsi pemerintah, total PMTB dan perubahan ekspor. Asumsi yang mendasari skenario ini adalah bahwa selain menciptakan kondusifitas dalam berusaha, penerapan otonomi daerah akan mendorong kondusifitas perdagangan. Perhitungan dan keterangan asal-usul data yang digunakan untuk analisa dampak dijelaskan pada Lampiran 3.

Analisis dampak ini digunkan untuk menjawab tujuan ke-4, yakni untuk mengetahui efek perubahan neraca eksogen y aitu pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor terhadap variabel endogen seperti output, nilai tambah bruto dan kesempatan kerja. Analisis dampak yang digunakan adalah analisis pengganda (multiplier).

Analisis dampak dengan menggunakan pengganda (multiplier) adalah sebagai berikut:

1 . Dampak Output

Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir . Artinya jumlah output yang diproduksi tergantung tergantung dari permintaan akhirnya dan pada sisi yang lain output juga menentukan besarnya permintaan akhir. Dampak output dihitung dengan rumus berikut:

(

I-A

)

( )F

BO AO

-X

X

X =

... (2) dimana:

XAO = Output yang terbentuk setelah otonomi daerah FAO = Permintaan akhir setelah otonomi daerah

XBO = Output sebelum otonomi daerah (Output tahun 2000)

∆X = Perubahan output akibat adanya otonomi daerah 2 . Dampak Nilai Tambah Bruto

Sesuai dengan asumsi dasar penyusunan tabel I -O, maka hubungan antara nilai tambah bruto (NTB) dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan atau penurunan NTB. Hubungan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

AO AO

VX

V

=

... (3) BO A O

-V

V

V =

... (4) dimana:

VAO = NTB yang terbentuk setelah otonomi daerah

Vˆ

= Matriks diagonal koefisien NTB

VBO = NTB sebelum otonomi daerah (NTB tahun 2000)

∆V = Perubahan NTB akibat adanya otonomi daerah

Matriks diagonal koefisien NTB adalah matriks dimana isian sel-sel diagonalnya adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan outputnya, sedangkan sel- sel di luar diagonalnya adalah nol.

3 . Dampak Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa terhadapnya merupakan salah satu komponen input primer. Tenaga kerja juga memiliki hubungan linier dengan output. Artinya naik turunnya output di suatu sektor akan mempengaruhi naik turunnya jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor tersebut. Dampak kesempatan kerja dapat dihitung dengan persamaan berikut:

AO AO

LˆX

L =

... (5) BO A O

-L

L

L =

... (6) dimana:

LAO= kesempatan kerja yang terbentuk setelah otonomi daerah

Lˆ

= Matriks diagonal koefisien tenaga kerja

LBO= Kesempatan kerja sebelum otonomi daerah

∆L= Perubahan kesempatan kerja akibat adanya oto no mi daerah Matriks diagonal koefisien tenaga kerja adalah matriks dimana isian sel-sel diagonalnya adalah koefisien tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja suatu sektor dibagi dengan outputnya. I sian sel-sel di luar diagonal adalah nol.

Penurunan Tabel I-O Kabupaten Pasuruan Tahun 2000 maupun pengolahan data menggunakan program komputer GRI MP (Generation Regional I mpact) versi 7.02.

5.1. Geografis dan Administrasi Wilayah

Kabupaten Pasuruan merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur, yang secara geografis berada antara 112. 300 sampai dengan 113. 300 Bujur Timur dan 7. 300 sampai dengan 8. 300 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah: 1 . Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura 2 . Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo

3 . Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang 4 . Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto

Wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan , perbukitan dan dataran rendah, yang secara rinci terbagi menjadi tiga bagian:

1 . Bagian Selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian dari permukaan tanah antara 186 m sampai 2 700 m yang membentang mulai dari wilayah Kecamatan Tosari, Puspo sampai Barat yakni Kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen.

2 . Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan tanah antara 6 m sampai 91 m dan pada umumnya relatif subur.

3 . Bagian Utara terdiri dataran rendah dan pantai dengan ketinggian permukaan tanah 2 m sampai 8 m. Daerah ini membentang dari Timur yakni wilayah Kecamatan Nguling ke arah Barat yakni Kecamatan Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil.

Letak wilayah Kabupaten Pasuruan dilihat dari segi perekonomian sangat strategis karena terletak di sekitar daerah pengembangan ekonomi yaitu :

1 . Surabaya – Jember/ Banyuwangi/ Bali 2 . Surabaya – Malang

3 . Malang – Jember/ Banyuwangi/ Bali

Kabupaten Pasuruan mempunyai luas wilayah 1 474 .015 km2 atau 147 401. 50 ha ( 3.13 persen luas Provinsi Jawa timur) yang secara administrasif terbagi atas 24 Kecamatan, 24 Kelurahan, 341 Desa, dan 1 694 Pedukuhan. Pada umumnya masing-masing kecamatan di Kabupat en Pasuruan memiliki luas wilayah yang hampir merata. Kecamatan dengan luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Lumbang dengan luas wilayah 125.550 km2 , sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Pohjentrek dengan luas wilayah 11.880 km2. Distribusi luas wilayah untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8 .

5.2. Kondisi Fisik Wilayah

Dokumen terkait