• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Analisis Kondisi Strategik Pengadilan Agama Pasuruan

1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal memiliki dua sisi. Sisi pertama: kondisi internal Pengadilan Agama Pasuruan yang memiliki kekuatan atau keunggulan. Sisi kedua: merupakan kondisi sebaliknya yaitu kondisi internal yang memiliki kekurangan atau kelemahan. Kedua sisi tersebut merupakan kajian dalam menetapkan faktor kunci keberhasilan;

Kekuatan dan kelemahan Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut:

1.1. Kekuatan (strenghts)

1.1.1. Yurisdiksi Pengadilan Agama Pasuruan

Pengadilan Agama Pasuruan mempunyai yurisdiksi yang meliputi wilayah Kota (4 kecamatan) dan sebagian daerah Kabupaten Pasuruan (13 kecamatan), sehingga total 17 Kecamatan..

Keberadaan Pengadilan Agama di Pasuruan sangatlah dibutuhkan masyarakat Pasuruan. Apalagi melihat jumlah penduduk Pasuruan yang tumbuh disekitar industri yang terus

bertambah. Hal ini berbanding lurus dengan naiknya angka perceraian dari tahun ke tahun.

1.1.2. Penerapan Sistem Satu Atap (one roof system)

Dengan di keluarkannya Keputusan Presiden (Kepres) Nomor : 21 tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung, maka kekuasaan kehakiman mengalami perkembangan yang lebih baik. Sistem satu atap (One Roof System) ini menjadikan koordinasi yang lebih sistematis. Sudah tidak ada dualisme pembinaan lembaga / Kementrian lagi. Pengadilan Agama Pasuruan bagian dari perubahan tersebut merasakan iklim yang lebih baik. Sistem pembinaan teknis yustisial yang menyangkut keperkaraan, maupun pembinaan teknis non yustisial yang menyangkut organisasi, administrasi, keuangan kini telah menjadi kewenangan Mahkamah Agung RI;

One roof system merupakan peluang bagi lembaga peradilan untuk meningkatkat profesionalisme, kemandirian hukum. Hukum hanya dapat ditegakkan dengan kemandirian tanpa ada campur tangan/intervensi dari luar. Hukum dan keadilan akan tercampak dan hilang kewibawaan bila telah dinodai pengaruh unsur di luar hukum itu sendiri.

1.1.3. Perluasan Jangkauan dan Cakupan Kewenangan Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, maka terjadi perluasan jangkauan dan cakupan kewenangan Pengadilan Agama;

Perluasan jangkauan kewenangan yang dimaksud ialah tidak terdapat lagi hak opsi dalam perkara waris bagi seorang muslim dan kewenangan Pengadilan Agama untuk memriksa

dan mengadili perkara tertentu yang didalamnya mengandung sengketa hak milik dan keperdataan lainnya.

Perluasan jangkauan kewenangan lainnya juga meliputi pengangkatan anak berdasarkan hukum islam, zakat, infak dan ekonomi syari‟ah atau hukum bisnis Islam;

Kondisi tersebut merupakan suatu kekuatan bagi lembaga peradilan termasuk Pengadilan Agama Pasuruan untuk melaksanakan kekuasaannya tanpa harus memikirkan lagi adanya titik singgung kewenangan dengan badan peradilan lainnya dan secara khusus kompetensi Pengadilan Agama sudah memasuki era baru menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan sengketa ekonomi syari‟ah.

1.1.5. Kompilasi Hukum Islam sebagai Hukum Terapan Penyelenggaraan peradilan agama dengan menggunakan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu hukum terapan peradilan agama merupakan satu kekuatan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan kondisi dan kebutuhan pada pencari keadilan (justitiabelen);

Heterogenitas wawasan dan madzab masyarakat muslim di Pasuruan secara nyata telah dapat menerima keberadaan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum. 1.2. Kelemahan (weaknesses)

1.2.1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang belum memadai

Perkembangan yurisdiksi dan kompetensi Pengadilan Agama Pasuruan harus diikuti dengan perkembangan kualitas dan kuantitas aparat peradilan sebagai aparat pelaksana dalam lembaga pengadilan;

Disadari bahwa masih terdapat deviasi antara kondisi normatif ideal dengan kondisi objektif tentang kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di Pengadilan Agama Pasuruan,

jumlah SDM yang ada saat ini terasa sangat kurang, terutama Hakim yang hanya 6 orang ( termasuk Ketua). Belum lagi memperhatikan perkembangan kuantitas dan kualitas perkara yang ada di masyrakat yang semakin kompleks.

Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan hukum dan teknologi saat ini sangat pesat. Hal ini mengharuskan para aparatur peradilan yang meliputi hakim, panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, dan staf untuk dapat menyesuaikan diri khususnya terkait dengan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan dalam menerapkan hukum dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi. Pada Pengadilan Agama Pasuruan terdapat berbagai bidang yang kualitas aparaturnya masih perlu ditingkatkan seperti dalam bidang tugas pokok dan fungsi, bidang kepaniteraan, bidang kesekretariatan khususnya masalah pengelolaan inventaris; Dalam hal penyelenggaraan peradilan di bidang ekonomi syari‟ah sebagai salah satu kewenangan yang baru, sangat memerlukan pembinaan, pengembangan dan pendalaman bagi tenaga teknis untuk memenuhi kehendak pembuat undang-undang dan masyarakat pencari keadilan.

1.2.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Belum Memadai Dalam Pelaksanaan Tugas

Tuntutan percepatan penyelesaian perkara sebagaimana kehendak tujuan hukum dan asas hukum cepat, sederhana dan biaya ringan menuntut adanya efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Perkembangan teknologi modern umumnya meningkatkan kecepatan dan efisinsi penyelesaian suatu pekerjaan dan pemberian informasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan tehnologi tinggi, biaya pekerjaan dapat lebih murah dengan waktu yang lebih cepat. Laporan via email

maupun SMS mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Pencanangan “One Man One Computer” sejak tahun 2009 ternyata masih banyak kendala di tahun 2014, karena beberapa computer sudah rusak harus parkir di gudang. Apalagi Pengadilan Agama Pasuruan belum memiliki Computer Server yang bisa support dengan 22 pegawai dan 5 tenaga honorer

1.2.3. Sistem Informasi Di Lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan

Sistem informasi merupakan alat yang membantu manajemen dalam memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi sangat dibutuhkan baik tingkat operasional, manajerial maupun stratejik. Sistem informasi yang baik akan membantu organisasi baik tingkat bawah, menengah maupun atas untuk mengambil keputusan yang tepat dan menginformasikannya secara terbuka dan transparan kepada masyarakat; Program sistem jaringan internet (speedy) dengan Hot spot sangat terasa manfaatnya untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan di Pengadilan Agama Pasuruan

Kondisi sistem informasi di lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan saat ini terus diikhtiarkan untuk dilakukan pembenahan disana-sini . Sistem Informasi Administrasi Perkara (SIDPA) sangat membantu kerja-kerja di sektor Kepaniteraan . Diantaranya entry data Permohonan atau Gugatan Cerai, PMH, PHS, Relaas, Berita Acara Sidang bahkan pembuatan Putusan.

Sedangkan disektor Kesekretariatan terdapat banyak aplikasi yang membantu Sistem Informasi, dibidang keuangan terdapat aplikasi RKAKL, DIPA, PERAN, PP 39/2006, SAKPA, GPP, SPM. Sedangkan dibidang BMN terdapat

aplikasi SIMAK BMN dan Aplikasi Persediaan. Sedangkan Untuk bidang kepegawaian terdapat aplikasi SIMPEG maupun SIKEP ON LINE.

Sejak 2010 kami menggunakan Fasilitas Touchscreen (layar sentuh) perkara, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah akses informasi perkara kepada masyarakat pencari keadilan, namun sayang sampai akhir tahun 2014 ini pemanfaatan alat tersebut kurang optimal, dikarenakan masyarkat pencari keadilan masih banyak yang awam terhadap teknologi

1.2.4. Kurangnya tenaga Hakim

Salah satu masalah yang kami rasakan di akhir tahun 2014 ini adalah kekurangan jumlah hakim dibanding dengan volume perkara yang diterima Pengadilan Agama Pasuruan, Jumlah hakim 6 orang termasuk Ketua harus menangani jumlah perkara yang semakin berkembang kuantitas dan kualitasnya. Apalagi Wakil Ketua Pengadilan Pasuruan saat ini kosong . 2. Analisis Lingkungan Eksternal

Seperti halnya lingkungan internal, lingkungan eksternal juga memiliki dua sisi. Sisi pertama yaitu kondisi eksternal yang dapat membantu atau mendorong Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Kondisi ini disebut peluang. Hal sebaliknya atau sisi kedua yaitu berupa kondisi yang jika tidak diantisipasi dapat menghambat terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran Pengadilan Agama Pasuruan. Kondisi ini disebut hambatan.

Peluang dan hambatan yang dimiliki Pengadilan Agama Pasuruan, terdiri dari:

2.1. Peluang (opportunity)

Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan untuk meraih visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan sangat ditentukan oleh sejauhmana aparatur Pengadilan mampu menangkap peluang-peluang yang ada;

Beberapa peluang eksternal berikut ini apabila dipadukan dengan kekuatan internal akan bersinergi menyukseskan visi perwujudan supremasi hukum dan judicial tranparancy yang akhir-akhir ini harus diwujudkan oleh semua lembaga peradilan;

Adapun peluang yang dimaksud sebagai berikut: 2.1.1. Kondisi Masyarakat

Kondisi objektif masyarakat Pasuruan adalah mayoritas beragama Islam. Kondisi objektif tersebut merupakan gambaran keserasian dan keterpaduan visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan dengan kondisi wilayah hukumnya dari sudut pandang penegakan hukum dan keadilan;

Pada umumnya hukum adat daerah-daerah di Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut disebabkan karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan Pengadilan Agama dari sejak berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;

Sisi peluang yang dimaksud adalah perlunya sosialisasi secara terus menerus bidang kewenangan Pengadilan Agama kepada masyarakat atas dasar kebutuhan mereka dalam menjalankan syari‟at Islam, baik dalam bentuk penyuluhan hukum atau melalui penyelesaian perkara dengan putusan yang baik dan benar.

2.1.2. Hukum Adat Bersumber dari Hukum Islam

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat terdapat norma berupa hukum adat yang merupakan hukum yang hidup

(living law) dan dihormati masyarakat terutama dibidang

perkawinan;

Pada umumnya hukum adat di daerah Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan Pengadilan Agama dari sejak berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;

Kondisi objektif tersebut merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tupoksi bagi Pengadilan Agama Pasuruan.

2.1.3. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi

Salah satu bentuk peluang untuk mengembangkan profesionalisme di dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi ialah kerja sama Pengadilan Agama dengan perguruan tinggi yang memiliki visi dan misi hukum dan keagamaan. Bentuk kerja sama tersebut adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penelitian mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi, diantaranya : UIN Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Ampel Surabaya , Unmer Pasuruan. Disamping itu, kegiatan seminar di kampus seputar Tupoksi Peradilan Agama yang meminta nara sumber dari Pengadilan Agama Pasuruan juga dilakukan.

Ke depan diharapkan kerja sama yang saling menguntungkan terus ditingkatkan, terutama kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, seperti : penyuluhan hukum, sosialisasi produk-produk hukum yang terkait dengan kompentensi Peradilan Agama dan kegiatan lainnya.

2.1.4. Kepercayaan Masyarakat

Integritas kepribadian dan kekuatan moral tenaga-tenaga teknis peradilan yang berlatar belakang pendidikan agama

(madrasah, pondok pesantren dan perguruan tinggi bervisi agama) terutama Hakim sampai saat ini masih dipandang cukup memadai dan dipercaya untuk menjalankan tugasnya; Kepercayaan masyarakat tersebut dipandang merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyukseskan penyelenggaraan tugas pokok sekaligus juga sebagai peluang untuk meminimalisasi kendala atau hambatan yang ada.

2.2. Hambatan (threatments)

Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok bidang peradilan sangat ditentukan oleh sejauhmana Pengadilan mampu meminimalisasi hambatan yang ada. Hambatan-hambatan yang banyak dijumpai ialah permasalahan hukum yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan supremasi hukum dan judicial transparancy;

Beberapa bentuk hambatan yang dimaksud ialah: 2.2.1. Pandangan Masyarakat

Terdapat pandangan image sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya memahami kedudukan Pengadilan Agama sebagai lembaga peradilan yang sejajar dengan lembaga peradilan lainnya. Dalam beberapa kejadian untuk perkara yang terkait dengan barang (harta bersama dan kewarisan), setelah diputus oleh Pengadilan Agama , pihak yang merasa dikalahkan masih mencoba untuk menggugat putusan Pengadilan Agama tersebut di Peradilan Umum;

Dalam bidang kewenangan, sebagian masyarakat masih belum memahami hilangnya hak opsi dalam perkara kewarisan, begitu pula jangkauan kewenangan mengadili dalam hal terjadinya sengketa hak milik dan keperdataan lainnya, termasuk kewenangan Pengadilan Agama untuk pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam.

2.2.2. Masih Lemahnya Kesadaran Hukum Masyarakat Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada dan tentang hukum yang diharapkan. Rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat merupakan hambatan pencapaian visi dan misi. Oleh karena itu untuk mengurangi hambatan tersebut, maka tindakan preventif adalah dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat;

Ada empat unsur yang dapat mendukung peningkatan kesadaran dan ketentuan hukum masyarakat yakni (1) pengetahuan tentang hukum; (2) pengetahuan tentang isi hukum; (3) sikap hukum dan (4) pola prilaku hukum.

Pengetahuan mengenai hukum atau ketentuan merupakan awal dari kesadaran dan ketaatan terhadap hukum.

Meskipun hukum yang hidup dalam masyarakat adalah hukum agama Islam dan merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tugas pokok, tetapi sebagian masyarakat masih memisahkan antara hukum Islam dengan hukum nasional, antara lain dalam bidang perkawinan;

Dalam beberapa kasus terjadi perkawinan, poligami dan perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam undang-undang;

Dalam hubungan kelembagaan, baik eksekutif maupun yudikatif belum secara nyata memandang sederajat antara Peradilan Agama dengan Peradilan Umum, hal tersebut juga memberi pengaruh terhadap pemahaman masyarakat sehingga memberi dampak pada produk pengadilan agama.

H. DELAPAN AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI :

Dokumen terkait