• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ „ pada BPRS Amanah Ummah

PEMBIAYAAN AL- ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH A.Prosedur Pembiayaan Al-Istishn⠄di BPRS Amanah Ummah

D. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ „ di BPRS Amanah Ummah Ummah

IV. Pengendalian Risiko

5. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ „ pada BPRS Amanah Ummah

Proses manajemen risiko bagi industri perbankan merupakan suatu keharusan diterapkan bagi keberlangsungan bisnis dan kehidupan perbankan. Termasuk di dalamnya adalah bagi Bank Pembiayaan Syariah yang berfungsi sebagaimana bank umum dan untuk memberikan suatu pembiayaan, khususnya bagi masyarakat sekitar Bank. Manajemen risiko yang diterapkan pada lembaga Perbankan Syariah tidak hanya meliputi manajemen risiko secara keseluruhan lembaga, melainkan juga proses manajemen risiko bagi pembiayaan yang menggunakan akad-akad tertentu. Hal ini disebabkan karena pada masing-masing pembiayaan yang menggunakan berbagai akad terdapat risiko yang khas yang memerlukan suatu proses manajemen risiko yang berbeda pula.

Bank Indonesia sebagai pemegang regulasi di bidang perbankan, baik perbankan konvensional maupun syari‟ah telah memberikan regulasi mengenai manajemen risiko yaitu Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang

101

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum sebagai pedoman bagi bank untuk menerapkan manajemen risiko bagi kegiatan usahanya. Terdapat penegasan kembali yaitu pada Pedoman Standar Manajemen Risiko Bagi Bank Umum menyebutkan bahwa Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan Bank. Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh Bank sehingga setiap Bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada Bank. Oleh karena itu, tahapan dan proses manajemen risiko ini diisesuaikan dengan keadaan lembaga itu sendiri.

Pada BPRS Amanah Ummah, sebagai tempat penulis melakukan penelitian telah menerapkan suatu manajemen risiko untuk menghadapi berbagai risiko yang dihadapi. Sejalan dengan ketentuan dari Bank Indonesia tentang kewajiban Bank untuk menerapkan manajemen risiko dalam seluruh kegiatannya, BPRS Amanah Ummah telah melakukan langkah pembenahan terhadap semua aspek penerapan manajemen risiko.100 Adapun langkah-langkah yang dilakukan BPRS Amanah Ummah dalam mengelola manajemen risiko adalah sebagai berikut:

1. Melakukan ekspansi pembiayaan secara selektif dan fokus kepada target market yang telah diterapkan.

100

102

2. Melakukan monitoring dan evaluasi pembiayaan secara terus menerus dan berkesinambungan.

3. Membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang memadai.

4. Mengasuransikan aktiva tetap dan aktiva kas (penyetoran dan pengambilan dana) dengan asuransi cash in transit dan asuransi jaminan gadai emas.

5. Terus melakukan sosialisasi dan internalisasi manajemen risiko untuk menumbuhkan risk awarness pada seluruh karyawan baik melalui pengkinian Standar Operasional Prosedur (SOP) maupun dalam bentuk pelatihan terkait manajemen risiko.

6. Mengoptimalkan peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam pengawasan terhadap produk dan operasional bank agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (Syari‟ah Compliance).

7. Menetapkan limit untuk portofolio bank dan limit transaksional, seperti: Limit pembiayaan, dan likuiditas.

8. Menerbitkan laporan portofolio pembiayaan setiap bulan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan portofolio dan kualitas pembiayaan. Upaya yang terpenting yang dilakukan oleh pihak BPRS untuk meminimalisir risiko, khususnya pada risiko pembiayaan adalah pengenalan nasabah yang dilakukan pada awal nasabah mengajukan pembiayaan.101 Pengenalan nasabah ini merupakan salah satu upaya untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penanaman dana

101

103

Bank Syari‟ah pada Aktiva Produktif. Pengurus Bank, dalam hal ini dilakukan oleh Bagian Pembiayaan (Account Officer) wajib memantau dan mengambil langkah antisipasi102 agar kualitas Aktiva produktif senantiasa dalam keadaan lancar. Oleh karena itu, sebagaimana yang telah diterapkan pada bank pada umumnya yaitu pada setiap pembiayaan diterapkan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan yang harus ditaati untuk memperlancar proses pembiayaan bank. Adapun prinsip pembiayaan untuk pengenalan nasabah yang diterapkan pada BPRS Amanah Ummah, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bpk. Dwi Mulyadi dan dipertegas pula dalam pedoman pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip 3R

a. Return Principle

Bank harus menilai apakah pembiayaan itu akan menghasilkan tambahan pendapatan sehingga calon nasabah mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar pembiayaannya.

b. Repayment Capacity.

Kemampuan calon nasabah untuk membayar kembali pembiayaan tepat pada waktunya.

c. Risk Bearing

Tingkat risiko yang dihadapi usaha yang dibiayai oleh bank.

102

Yang dimaksud dengan memantau adalah mengawasi perkembangan kinerja usaha nasabah dari waktu ke waktu. Yang dimaksud dengan langkah-langkah antisipasi adalah melakukan tidakan dan upaya pencegahan atas kemungkinan timbulnya kegagalan dalam penanaman dana.

104

Selain prinsip 3R, BPRS Amanah Ummah juga mempunyai prinsip pembiayaan 5C dan 4P, yaitu

Prinsip 4P, yaitu: a. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian nasabah seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobinya, keadaan keluarga (istri/suami, anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian nasabah.

b. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan pengguna kredit. Apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau untuk membeli rumah. Dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank bersangkutan. Misalnya, keperluan/tujuan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank justru dalam bidang pertanian.

c. Prospect

Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keadaan ekonomi /perdagangan sektor usaha si peminjam.

105

Mengetahui bagaimana pembayaran kembali peminjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengambilannya.

Sedangkan prinsip 5C terdiri dari: 1. Character

Ini merupakan tolok ukur C yang paling penting. Yang dimaksud dengan character disini ialah sifat atau watak dari calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari calon debitur benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakan pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti cara atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai „kemauan‟ nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter yang baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.103

2. Capacity

Yang dimaksud dengan capacity ini ialah kemampuan pimpinan perusahaan yang mengajukan permohonan kredit dalam mengelola perusahaannya.

103

Soedijono Reksoprajitno, Pengantar Manajemen Bank Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1999), h. 103.

106 3. Capital

Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Yang dimaksud dengan pengertian collateral adalah jaminan dalam bentuk aktiva, yang dalam artian bahwa apabila pihak peminjam tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka aktiva yang digunakan sebagai jaminan dijual dan hasil penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut.

5. Conditions

Yang dimaksud dengan conditions disini adalah apa yang bisa disebut suasana dunia usaha, yaitu istilah lain untuk keadaan perekonomian, khususnya dilihat dengan menggunakan kacamata perusahaan.

Setelah dilakukan analisis prinsip pembiayaan atas nasabah, maka setelah pembiayaan dicairkan, pihak BPRS tetap melakukan monitoring dan melaksanakan manajemen risiko atas segala risiko yang sedang atau dimungkinkan terjadi dari pembiayaan tersebut. Proses manajemen risiko ini disesuaikan dengan jenis pembiayaan yang dilakukan, karena setiap pembiayaan memiliki karakter risiko tersendiri yang berbeda dengan jenis pembiayaan yang lainnya. Pada BPRS Amanah Ummah, yang melaksanakan proses manajemen risiko adalah bagian pembiayaan/Account Officer karena pada BPRS ini belum dibentuk bagian/divisi khusus yang menangani manajemen risiko pada BPRS. Hal ini dapat dilihat dari job description dari AO itu sendiri, yaitu memiliki tugas dari mulai memproses

107

pengajuan pembiayaan, melakukan analisis pembiayaan dengan tepat dan lengkap sesuai dengan SOP dan mempresentasikan dalam rapat komite, menyelesaikan pembiayaan bermasalah, melakukan manajemen atas risiko pembiayaan yang dilakukan, mengembangkan pasar pembiayaan, dan melakukan monitoring atas ketepatan alokasi dana serta ketepatan angsuran pembiayaan nasabah.104 Tugas AO yang sedemikian banyak ini tetap dibantu oleh bagian Legal Officer, dan Kepala Bidang Marketing karena memiliki unit kerja pada Bagian marketing.

Meskipun belum memiliki bagian khusus untuk melakukan proses manajemen risiko, tetapi BPRS Amanah Ummah dapat mengatasi berbagai masalah dan risiko yang dihadapi selama proses pembiayaan dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari telah terbentuknya PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yaitu sebesar 5% dari total pembiayaan yang digolongkan ke dalam kategori Lancar. Pembentukkan PPAP ini dilakukan untuk mengatasi risiko kerugian atas kegagalan penanaman dana yang dilakukan oleh Bank dan untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian atas aktiva produktif yang ditanamkan pada nasabah.105 Dari pembentukkan PPAP tersebut, digunakan untuk melakukan penghapusbukukan piutang yang digolongkan macet dan manajemen beranggapan piutang tersebut tidak mungkin tertagih lagi. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk meminimalkan risiko, khusunya risiko kredit (pembiayaan) penghapusbukuan merupakan hal yang lazim dilakukan oleh perbankan, karena berbagai macam hal. Meskipun demikian, sistem perbankan yang

104

BPRS Amanah Ummah, Job Description Account Officer, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2009), h.3

105

108

baik adalah Bank yang telah mempersiapkan pengcover-an penghapusbukuan ini. Pada tahun 2010, penghapusbukuan telah dilakukan pada piutang murabahah sebesar Rp. 142.070.000, sedangkan untuk piutang lain, seperti piutang Istishnâ„ belum pernah terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen risiko atas pembiayaan Istishnâ„ sudah cukup baik, mengingat risiko dari pembiayaan Istishnâ„ cukup kompleks.

Selain dilihat dari telah dibentuknya PPAP, apabila dilihat dari tingkat keuntungan dan laba yang diperoleh BPRS Amanah Ummah pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.713.506.418,- naik dari tahun 2009, yaitu sebesar Rp. 1.433.922/787.106 Dari tingkat laba yang diperoleh, dapat kita garis bawahi bahwasannya BPRS Amanah Ummah telah dapat mengelola pembiayaan yang dilakukan, sehingga risiko-risiko yang dihadapi juga dapat diatasi dan diminimalisir.

Pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah, meskipun sampai dengan tahun 2011 baru ada 10 nasabah yang mengajukan, tetapi dilihat dari jumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan Istishnâ„ ini cukup banyak, yaitu berada pada posisi ketiga terbanyak, setelah pembiayaan murabahah dan mudharabah. Selain itu, BPRS Amanah Ummah selama melaksanakan pembiayaan ini, yaitu dari tahun 2008 telah dihadapkan pada berbagai macam risiko, mulai dari risiko nasabah, risiko yang bersumber dari bank itu sendiri, dari pihak developer, sampai pada risiko dari luar subyek akad. Dengan demikian, manajemen risiko atas pembiayaan Al- Istishnâ ini pun harus diperhatikan. Dapat dilihat dari

106

109

belum adanya nasabah pembiayaan Istishnâ„ yang mengalami penghapusbukuan, semua rumah yang dipesan nasabah telah selesai dibangun, dan masih lancarnya pembayaran angsuran yang dilakukan nasabah, maka dapat dikatakan proses manajemen risiko atas akad Istishnâ„ ini telah dilakukan secara baik, meskipun pada perjalanannya terdapat banyak sekali kendala dan risiko yang dihadapi, namun pihak BPRS telah sanggup untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai risiko tersebut.

110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembiayaan Al- Istishnâ yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah

merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk kepemilikan sebuah rumah bagi nasabah berdasarkan spesifikasi dan kriteria yang diinginkan nasabah. Akad Istishnâ„ yang di dunia perbankan syariah, khususnya pada BPRS Amanah Ummah adalah Istishnâ„ paralel yang melibatkan pihak bank, nasabah, dan pihak developer/pengembang sebagai pihak yang membangunkan rumah bagi nasabah.

2. Manfaat yang dapat dirasakan dari pembiayaan Istishnâ„ ini adalah bagi bank penyelenggara akan mendapatkan keuntungan dari margin yang telah disepakati dan sebagai diversifikasi produk pembiayaan, bagi nasabah akan mendapatkan rumah sesuai dengan keinginan dan kriteria yang diinginkan sedangkan bagi pihak kontraktor/developer, akad Istishnâ„ dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan keuntungan dari harga rumah yang disepakati. Akan tetapi, dari sistem akad Istishnâ„ yang terdapat 3 pihak yang terlibat juga terdapat kemungkinan terjadinya risiko yang akan dihadapi oleh BPRS pun akan semakin besar.

3. Proses manajemen risiko BPRS Amanah Ummah dilakukan oleh Account Officer yang dibantu oleh bagian Marketing yang lain, yaitu bagian Legal Officer dan

111

Kabag Marketing disesuaikan dengan sumber penyebab terjadinya risiko, yaitu risiko yang bersumber dari nasabah, dari pihak developer dan dari pihak bank itu sendiri. Selama proses manajemen risiko akad Al-Istishnâ„ dilaksanakan, dapat dikatakan bahwa BPRS Amanah Ummah telah mampu untuk menghadapi dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari akad Al-Istishnâ„ ini.

B. Saran

1. Risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah dalam pembiayaan Al-Istishnâ„ sebagian besar merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya pembiayaan angsuran nasabah yang macet (kredit macet) dan dapat pula disebabkan oleh faktor dari developer yang dapat merugikan bank. Oleh karena itu, diperlukan adanya sikap kehati-hatian dalam proses identifikasi nasabah dan pihak developer. Hal ini dikarenakan dari proses identifikasi yang meliputi penilaian karakter, sikap, dan perilaku nasabah dan pihak developer-lah sebagai faktor yang paling utama dari kelancaran proses pembiayaan Al-Istishnâ .

2. Pelaksanaan manajemen risiko untuk menghadapi dan meminimalisir risiko yang timbul dari pelaksanaan pembiayaan, termasuk pada pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah dilaksanakan oleh bagian Account Officer yang dibentu oleh bagian marketing lain. Menurut hemat penulis, maka sebaiknya dibentuk bagian/divisi khusus untuk menangani dan melaksanakan manajemen risiko, agar proses manajemen risiko lebih maksimal, walaupun pada prakteknya proses manajemen risiko pada BPRS Amanah Ummah telah dilaksanakan dengan baik

112 DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Amirullah, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Antonio, Muhammad Syafi‟i, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2009.

---, Bank Syariah: Wacana Ulama & Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999, cet.ke 1.

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Ascarya, Akad &Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Ayat, Syafri, Manajemen Risiko, Jakarta: Gema Akastri, 2003.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).

Darmawi, Herman, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Djohanoputro, Bramantyo, Manajemen Risiko Terintegrasi, Jakarta: Penerbit PPM, 2006.

Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 2003.

113

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: DSN, 2003.

Ghozali, Imam, Manajemen Risiko Perbankan, Semarang: Pusat Penerbit Universitas Diponegoro, 2007.

Herujito, Yayat M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasido, 2001.

Idroes, Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha ilmu, 2006.

---, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2008.

Indonesia, Bank, Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2006.

---, Standarisasi Akad Produk Bank Syariah: Ijarah, IMBT, Salam, dan Istishna‟, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006.

Karim, Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Rajawali Press, 2008.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

---, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Khan, Tariqullah, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

114

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005.

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002.

---, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2005.

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, cetakan ke- 14, Jakarta: Pustaka Progresif, 1997.

Nasional, Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Reksoprajitno, Soedijono, Pengantar Manajemen Bank Umum, Jakarta: Gunadarma, 1999.

Rifa‟i, Moh., Konsep Perbankan Syariah, Semarang: Wicaksana, 2002.

Rivai, Veithzal, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

---, Islamic Financial Management, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Robbins, Stephen P, Management Sixth edition Edisi Bahasa Indonesia, Penerjemah T. Hermaya, (Jakarta: Prenhallindo, 1999).

115

Rumidi, Sukandar, Metodologi Penelitian (petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula), (Yogyakarta: UGM Press, 2004), h.100.

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid 12, cetakan ke-5, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1995,.

Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Subana, M, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2007.

Susilo, Leo J., Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Non Perbankan, Jakarta: PPM Manajemen, 2010.

Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Ummah, BPRS Amanah, Laporan tahunan 2010, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010.

---, Surat Keputusan Komisaris-Direksi BPRS Amanah Ummah tentang Tea Komite Pembiayaan BPRS Amanah Ummah, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2011.

---, Pedoman Pembiayaan, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010.

Zulhaili, Wahbah, Fiqh Muamalat Perbankan Syariah Kapita Selekta Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Bank Mu‟amalat Indonesia, 1999.

Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004.

116 Rujukan Dari Internet

Anonimous, “Bagaimana Perkembangan Industri Perbankan Syariah Saat Ini”, artikel diakses pada 30 Desember 2010 dari http://bataviase.co.id/node/282552.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

---, Pedoman Standar Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: www.bpkp.go.id

---, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah, artikel diakses pada Desember 2010 dari http://hendrowibowo.niriah.com/2010/04/26/manajemen-risiko-bank-syariah/.

Widigdo Sukarman, Risk Management, Suatu Kebutuhan bagi Pengelolaan Perbankan yang Sehat, Jurnal diakses pada 7 Januari 2011 dari http: //e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id/files/WidigdoSukarman_RiskManagement.pdf.

117

PEDOMAN WAWANCARA