Kuadran I Strategi agresif
B. Faktor Strategi Eksternal a Peluang
5.5.2 Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)
Analisis matriks internal-eksternal (IE) digunakan untuk memperoleh strategi yang lebih detail. Berdasarkan hasil analisis faktor strategi internal dan eksternal, diperoleh nilai jumlah skor faktor internal sebesar 3.019 dan nilai jumlah skor faktor eksternal sebesar 3.127. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang tergolong kuat
56
(tinggi). Apabila masing-masing parameter ini dipetakan ke dalam matriks IE, dapat dilihat bahwa pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang berada pada sel 1 (Gambar 15). Artinya, strategi yang diperlukan yaitu melalui strategi pertumbuhan (growth) dengan lebih berkonsentrasi pada integrasi vertikal.
Menurut Rangkuti (2009), strategi pertumbuhan dengan integrasi vertikal dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya internal maupun eksternal. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kepentingan dan/atau kuatnya tingkat pengaruh, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Implementasinya dapat dilakukan melalui backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Bagi pemerintah selaku pembuat strategi dan kebijakan, kaitannya dengan pengembangan sentra tambak garam rakyat, strategi dengan mengambil alih secara penuh fungsi supplier tentu tidak mungkin karena pengusahaan garam di lokasi dijalankan oleh masyarakat. Akan tetapi melakukan intervensi dalam bentuk kegiatan/proyek guna penguatan kapasitas petani garam akan sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan produksinya. Sementara itu, terkait pengambilalihan fungsi distributor sangat mungkin dilakukan pemerintah dalam hal ini diwakili BUMN yang bergerak di bidangnya, misalnya memaksimalkan peran PT. Garam dalam rangka penyerapan dan pendistribusian garam rakyat.
Nilai jumlah skor faktor strategi internal
Ni la i J umla h sk or faktor s tra tegi ek sternal
Tinggi Rata-rata Lemah
4 3 2 1 Tinggi 3 1 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal 2 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal 3 RETRENCHMENT Turnaround Sedang 2 4 STABILITY Hati-hati 5 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY
Tidak ada perubahan profit strategi 6 RETRENCHMENT Captive company atau disinvestment Rendah 1 7 GROWTH Diversifikasi konsentrik 8 GROWTH Diversifikasi konglomerat 9 RETRENCHMENT Bangkrut atau likuidasi
Gambar 15 Hasil analisis matriks internal-eksternal (Matriks IE)
5.5.3 Analisis Matriks Space
Matriks space digunakan untuk mempertajam strategi hasil analisis matriks IE (Gambar 16). Tujuannya adalah untuk melihat posisi sentra tambak garam rakyat serta melihat arah perkembangan selanjutnya. Parameter yang digunakan diambil dari matriks IFAS dan EFAS, yaitu selisih skor faktor strategi internal (kekuatan – kelemahan) dan selisih skor faktor eksternal (peluang – ancaman) dengan perhitungan sebagai berikut:
Kekuatan – Kelemahan = 1.647 – 1.372 = 0.275 Peluang – Ancaman = 1.506 – 1.621 = −0.115
Gambar 16 menunjukkan bahwa posisi sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang berada pada kuadran II. Ini merupakan situasi dimana sentra tambak garam rakyat tersebut menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan internal. Menurut Marimin (2008), strategi yang harus dilakukan perusahaan yang berada pada kuadran II adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang guna menghadapi ancaman.
Gambar 16 Posisi sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang pada matriks space
Seluruh peluang yang teridentifikasi pada analisis sebelumnya pada dasarnya harus bisa dimanfaatkan untuk pengembangan sentra tambak garam rakyat pada masa mendatang. Peluang ini dibutuhkan untuk menghadapi kuatnya faktor ancaman dari luar terutama berkaitan dengan tata niaga garam antara lain:
1. Pelanggaran importasi garam padahal sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan nomor 44 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/9/2005 tentang Ketentuan Impor Garam. Bentuk pelanggaran dapat berupa overquote maupun terkait waktu pelaksanaan impor. Laporan DIKA Deperindag (2001) menunjukkan bahwa sebagian importir garam melakukan impor melebihi kebutuhan produksi dan sisanya dijual ke pasar bebas, sehingga peredaran garam rakyat menjadi terganggu.
2. Tidak berfungsinya Harga Penetapan Pemerintah (HPP) padahal sudah diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri nomor 2
0.275, −0.115 Kuadran I Strategi agresif Kuadran II Strategi kompetitif Kuadran IV Strategi defensif Kuadran III Strategi konservatif Kekuatan internal Kelemahan internal Berbagai peluang Berbagai ancaman
58
Tahun 2011 tentang Penetapan Harga Penjualan Garam di Tingkat Petani Garam.
3. Pasar yang hegemonik dan monopolistik yang menyebabkan penentuan harga dikuasai pabrik/pedagang besar. Bentuk pasar yang oligopsoni menyebabkan timpangnya posisi tawar antara pembeli yang jumlahnya sedikit namun kuat dengan petani garam rakyat selaku penjual yang jumlahnya banyak namun lemah dalam berbagai hal.
4. Adanya praktik kartel dalam perdagangan garam di tingkat lokal dan regional. Kartel adalah persetujuan sekelompok perusahaan dengan maksud mengendalikan harga komoditi tertentu. Keadaan ini memperparah bentuk pasar yang hegemonik monopolistik sehingga harga garam lebih mudah dikendalikan pabrik/pedagang besar.
5. Banyak munculnya asosiasi terkait di bidang garam. Asosiasi ini pada mulanya dibutuhkan untuk membela kepentingan petani garam rakyat, misalnya dalam hal pemberian tanda sah surat pernyataan importir produsen (IP) garam iodisasi terkait perolehan garam dari petani garam rakyat sebagaimana diatur dalam Ketentuan Impor Garam. Jumlah garam rakyat yang diserap akan menentukan jumlah garam impor yang bisa didatangkan oleh IP garam iodisasi dari luar negeri. Dengan demikian keberadaan asosiasi ini secara tidak langsung menentukan jumlah garam (iodisasi) yang bisa diimpor. Akan tetapi karena jumlahnya yang banyak menyebabkan pengendalian dan pengawasannya sulit dilakukan oleh instansi yang membidangi garam.
Aspek tata niaga sangat menentukan keberlanjutan pengusahaan suatu komoditas. Tata niaga garam yang baik, yang menguntungkan semua pihak, dapat menjamin tetap berlangsungnya aktivitas pengusahaan garam selama masih didukung sumber daya yang ada. Kuatnya faktor ancaman dalam pengusahaan garam seperti ditunjukkan pada Gambar 16 tidak bisa diatasi dengan hanya mengandalkan faktor kekuatan internal. Kekuatan yang dimiliki haruslah bisa memanfaatkan faktor peluang yang ada. Faktor peluang yang bisa diharapkan untuk mengatasi permasalahan tata niaga garam ini adalah perhatian serius dari pemerintah. Dengan fungsi regulator dan kewenangan yang dimiliki, pemerintah diharapkan bisa lebih tegas dalam penegakan regulasi yang sudah ditetapkan. Intervensi pemerintah dalam tata niaga garam merupakan langkah mutlak yang harus diambil untuk memperbaiki pengusahaan garam dalam negeri.
5.5.4 Analisis SWOT
Penentuan alternatif strategi yang sesuai untuk pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang dalam kerangka pengembangan wilayah, dilakukan dengan membuat matriks SWOT (Gambar 17). Memperhatikan hasil dari kedua analaisis matriks IE dan matriks
space, maka posisi pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir
selatan Kabupaten Sampang berada pada kuadran II. Oleh karena itu, kombinasi strategi alternatif yang dipilih adalah strategi ST (Strenghts-Threats) sebagai strategi utama, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, disamping tetap memanfaatkan peluang (opportunity) jangka panjang.
Dengan analisis SWOT yang dilakukan, dirumuskan 9 (sembilan) rumusan strategi yang dapat dikembangkan. Berdasarkan posisi sentra tambak garam rakyat yang ada di kuadran II, maka ditetapkan 3 (tiga) rumusan strategi prioritas, yaitu: (1) Memperkuat kelembagaan petani garam untuk mengawal pemerintah dalam rangka penegakan regulasi; (2) Meningkatkan volume produksi serta mengupayakan peningkatan kualitas garam, baik melalui produksi maupun pemrosesan pasca panen, guna mengimbangi garam impor; dan (3) memperluas dan mengefektifkan jaringan distribusi, disertai intervensi dari pemerintah mengingat bentuk pasar garam yang hegemonistik-monopolistik serta terjadi kartel dagang di tingkat lokal dan regional.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths (S)
1. Potensi SDA
2. Teknik pengusahaan garam 3. Peralatan
4. Tenaga kerja 5. Jaringan pemasaran 6. Koperasi petani garam 7. Kelompok petani garam
Weaknesses (W) 1. Infrastruktur 2. Ketergantungan cuaca 3. Kualitas SDM dan kelembagaan 4. Akses modal 5. Kualitas garam 6. Sentuhan teknologi Opportunities (O) 1. Tingginya permintaan 2. Perhatian serius pemerintah 3. Regulasi penetapan harga 4. Proteksi garam rakyat 5. Dukungan RTRW 6. Teknologi geomembrane
Strategi SO
1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya dalam rangka meningkatkan produksi (S1-5
& O1-6).
2. Perencanaan yang matang terkait introduksi teknologi (S1-4 & O6).
Strategi WO
1. Membenahi keterbatasan SDM, infrastruktur dan teknologi (W1-6 & O1-6).
2. Membuka dan/atau
memudahkan akses permodalan bagi petani garam (W5 & O2-6).
Threats (T)
1. Garam impor
2. Tidak berfungsinya HPP 3. Pasar yang hegemonistik
dan monopolistik 4. Kartel dagang 5. Asosiasi garam 6. Konversi lahan Strategi ST 1. Memperkuat kelembagaan petani garam guna mengawal pemerintah dalam penegakan regulasi (S6-7 & T1-6)
2. Meningkatkan volume produksi serta mengupayakan peningkatan kualitas garam (S1-4 & T1).
3. Memperluas dan mengefektifkan jaringan distribusi, disertai intervensi pemerintah (S5-7 & T3-4).
Strategi WT
1. Meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat kelembagaan petani garam (W3 & O1-6).
2. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder (pemerintah, petani, pabrik/pedagang) (W1-6
& O1-6)
Gambar 17 Hasil analisis matriks SWOT pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang