• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METEDOLOGI PENELITIAN

G. Analisis Data

Dalam malakukan analisis data, data yang telah terkumpul diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1). Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan pada saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. (2) Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. (3). Processing adalah setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program komputerisasi. (4).Melakukan tehnik analisis. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai Faktor - faktor rendahnya cakupan AKDR di Puskesmas Langsa Lama tahun 2012. Jumlah responden sebanyak 257 orang yaitu akseptor KB non AKDR. Peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 4 (empat) pertanyaan untuk pengaruh orang lain, 4 (empat) pertanyaan untuk kemudahan metode, 3 (tiga) pertanyaan untuk biaya, 4 (empat) pertanyaan untuk kesalahan persepsi, 3 (tiga) pertanyaan untuk keyakinan religius.berikut ini akan dijabarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti di puskesmas Langsa Lama tahun 2012.

1. Karakteristik Responden

Peneliti menggolongkan karakteristik responden berdasarkan usia, suku, pendidikan, paritas, pekerjaan, alkon, berdasarkan Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 257 responden mayoritas responden berumur 25-35 tahun yaitu 91 orang (35,4%), mayoritas bersuku Jawa yaitu 131 orang (51,0%), mayoritas Pendidikan SMU yaitu 189 0rang (73,5), mayoritas paritas I yaitu 109 orang (60,0%), mayoritas menggunakan alat kontrasepsi suntik yaitu 124 orang (48,2%), mayoritas pekerjaannya sebagai IRT yaitu 215 orang ( 83,7%) dan mayoritas berpenghasilan dibawah 1 juta yaitu 184 orang ( 71,6 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Faktor – Faktor Rendahnya Cakupan AKDR di

Puskesmas Langsa Lama Tahun 2012

Karakteristik F % A. Umur < 25 tahun 90 35,0 25 – 35 tahun 91 35,4 >35 tahun 76 29,6 B. Suku Aceh 58 22,6 Jawa 131 51,0 Batak 3 1,2 Padang 62 24,1 Melayu 3 1,2 C. Pendidikan SD 8 3,1 SLTP 28 10,9 SLTA 189 73,5 PT 32 12,5 D. Paritas I 109 42,4 II 64 24,9 III 43 16,7 >III 42 16,3

E. Alat kontrasepsi Pil 114 44,4 Suntik 124 48,2 Kondom 7 2,7 Implan 11 4,3 Kontrol 1 0,1 MOW 0 0 F. Pekerjaan IRT 215 83,7 Pedagang 34 13,2 Pegawai Swasta 0 0 PNS 7 2,7 Dll 1 0,4 E. Penghasilan < I Juta 184 71,6 1 – 2 Juta 68 26,5 >3 juta 5 1,9 Total 257 100,0

Pada Tabel 5.2 dapat diketahui dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan Pengaruh orang lain mayoritas adalah pengaruh dari suami yaitu sebanyak 236 orang (91,8 %), dan mayoritas responden juga merasa takut menggunakan AKDR karena mendengar pengalaman teman/keluarga yang

mengalami efek samping karena menggunakan AKDR yaitu sebanyak 206 orang (80,2 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Memilih Alat Kontrasepsi Karena Faktor Pengaruh Orang Lain

Di Puskesmas Langsa Lama Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % f %

1. Apakah suami ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang ibu gunakan?

229 89,1 28 10,9

2 Apakah suami ibu melarang dalam penggunaan alat kontrasepsi AKDR

55 21,4 202 78,6

3 Ibu memilih alat kontrasepsi yang digunakan sekarang karena anjuran

a. Suami 236 91,8 21 8,2

b. Teman 65 25,3 192 74,7

c. Orang lain 10 3,9 247 96,1

4 Ibu merasa takut menggunakan AKDR karena mendengar pengalaman teman/keluarga yang mengalami efek samping karena menggunakan AKDR

206 80,2 51 19,8

Pada Tabel 5.3 dapat diketahui dari 257 orang responden tidak memilih AKDR berdasarkan kemudahan metode dengan tidak memilih alat kontrasepsi AKDR mayoritas dikarenakan harus membuka aurat yaitu sebanyak 145 orang (56,4%). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR Berdasarkan Kemudahan Metode Di Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1. Ibu tidak memilih alat kontrasepsi AKDR karena

a. Harus membuka aurat 145 56,4 112 43,6

b. Prosudur pemasangan yang merepotkan 143 55,6 114 44,4

c. Harus memasukan alat kedalam rahim 69 26,8 188 73,2

d. Sakit pada saat pemasangan AKDR 19 7,4 238 92,6

. Pada Tabel 5.4 dapat diketahui dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan Biaya yaitu tidak memilih AKDR mayoritas dikarenakan alat kontrasepsi yang digunakan sekarang lebih murah dibandingkan dengan AKDR yaitu sebanyak 221 orang (86%). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR Berdasarkan Biaya Di Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1. Apakah menurut ibu biaya pelayanan KB AKDR yang meliputi alat, pemasangan dan pencabutan adalah mahal?

156 60,7 101 39,3

2. Apakah menurut ibu biaya pelayanan

KBAKDR termasuk mahal bila dibandingkan dengan lama pemakaian?

197 76,7 60 23,3

3. Apakah menurut ibu biaya pelayanan KB yang ibu gunakan sekarang lebih murah

dibandingkan dengan KB AKDR?

Pada Tabel 5.5 dapat diketahui dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan kesalahan persepsi diperoleh mayoritas mempunyai pandangan bahwa AKDR dapat menembus tempat lain dalam tubuh seperti jantung yaitu sebanyak 176 (68,5%) sedangkan paling sedikit mempunyai pandangan bahwa AKDR dilepas tidak dapat segera punya anak yaitu sebanyak 18 orang (7,0%). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR Berdasarkan Kesalahan Persepsi Di Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1. Apakah ibu mempunyai pandangan bahwa AKDR dapat menyebabkan cacat pada bayi keika AKDR masih berada I rahim?

38 14,8 219 85,2

2. Apakah ibu mempunyai pandangan bahwa AKDR dapat menembus rahim?

28 10.9 229 89,1 3. Apakah ibu mempunyai pandangan bahwa

AKDR dapat menembus tempat lain dalam tubuh seperti jantung ?

176 68,5 81 31,5

4. Apakah ibu mempunyai pandangan bahwa AKDR dilepas, tidak dapat segera punya anak lagi?

18 7,0 239 93,0

Pada Tabel 5.6 dapat diketahui dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan keyakinan religius diperoleh data mayoritas merasa malu dengan cara pemasangan AKDR yang harus memperlihatkan aurat (vagina) yaitu sebanyak 225 (87 %) sedangkan minoritas dikarenakan tokoh agama yang responden anut tidak mempebolehkan mengunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi yaitu sebanyak 18 orang (7,0%). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR Berdasarkan Keyakinan Religius Di Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1 Ibu merasa malu dengan cara pemasangan AKDR yang harus memperlihatkan aurat (vagina)

225 87 ,5

32 12,5

2 Pemakaian AKDR tidak sesuai dengan nilai dari agama yang ibu anut

22 8,6 235 91,4 3 Tokoh agama yang ibu anut tidak

memperbolehkan menggunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi

18 7 239 93,0

Pada Tabel 5.7 dapat diketahui dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan Informed choise mayoritas informasi yang diberikan mudah dimengerti responden ,petugas juga memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya, petugas juga memberikan jawaban yang memuaskan yaitu sebanyak 247 orang (96,1%). Untuk lebih jelas dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR Berdasarkan Informed Choise Di Puskesmas Langsa Lama

Tahun 2012

No Pernyataan Ya Tidak

F % F %

1

Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang AKDR ?

Kalau pernah ,dari :

a. Dokter 65 25,3 192 74,7 b. Bidan 225 87,5 32 12,5 c. Perawat 21 8,2 236 9,8 d. Televisi 13 5,1 244 94,9 e. Koran 7 2,7 250 97,3 f. Teman 61 23,7 196 76,3 g. Puskesmas 58 22,6 199 77,4 h. Pelayanan KB 24 9,3 233 90,7 i. ………. (sebutkan) 3 1,2 254 98,8

2 Apakah ibu mendapat kan informasi dengan lengkap dan jelas tentang metode-metode kontrasepsi dari petugas kesehatan?

216 84,0 41 16,0

3 Ditempat pelayanan KB yang ibu gunakan tersedia lengkap berbagai jenis KB termasuk AKDR?

62 24,1 195 75,9

4 Petugas menyarankan beberapa metode KB yang paling sesuai dengan kondisi ibu

219 85,2 38 14,8 5 Petugas memberikan informasi dengan jelas

keuntungan dan kerugian jenis KB pilihan ibu

234 91,1 23 8,9 6 Petugas menjelaskan apa yang harus dilakukan

ibu jika mendapat masalah dalam pemakaian alat KB yang dipilih

242 94,2 15 5,8

7 Penjelasan petugas seputar masalah KB mudah dimengerti oleh ibu

244 94,9 13 5,1 8 Petugas memberikan kesempatan yang cukup

pada ibu untuk bertanya

247 96,1 10 3,9 9 Petugas memberikan jawaban yang memuaskan

pada ibu

247 96,1 10 3,9

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 257 responden diketahui karakteristik ibu akseptor KB non AKDR, sebagian besar responden berada pada rentang usia 25-35 tahun sebanyak 91 orang (35,4%), mayoritas

responden berpendidikan menengah atas sebanyak 189 orang (73,5%), mayoritas responden merupakan primipara sebanyak 109 orang (42,4%), mayoritas akseptor KB suntik sebanyak 124 orang (48,2%), mayoritas responden bekerja sebagai IRT sebanyak 215 orang (83,7%) dan mayoritas responden berpenghasilan dibawah 1 juta sebanyak 184 orang (71,6%).

2. Pengaruh Orang Lain

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 257 orang responden memilih kontrasepsi berdasarkan pengaruh orang lain mayoritas adalah pengaruh dari suami yaitu sebanyak 236 orang (91,8 %), namun didapat juga bahwasanya 202 (78,6 %) responden menjawab suami tidak melarang penggunaan AKDR, dari dua jawaban ini peneliti berasumsi bahwa suami responden tidak memiliki pengetahuan tentang AKDR. Selain itu mayoritas responden juga merasa takut menggunakan AKDR karena mendengar pengalaman teman/keluarga yang mengalami efek samping karena menggunakan AKDR yaitu sebanyak 206 orang (80,2 %).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imbarwati (2009) yang bertujuan Mengetahui Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB AKDR pada peserta KB non AKDR. Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup tentang AKDR akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Adapun persepsi rasa kurang aman yang dimiliki oleh sebagian responden tersebut terkait faktor informasi dari orang lain baik teman maupun tetangga yang banyak mengungkapkan cerita tentang pengalaman orang lain

yang memakai AKDR namun gagal maupun sekedar mitos yang mereka sendiri tidak tahu kebenarannya.

Menurut WHO (2007 : 43), dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu nya adalah faktor pribadi yaitu pengaruh dari orang lain.

3. Kemudahan metode

Dari penelitian terhadap 257 responden akseptor KB non AKDR menunjukan mayoritas responden tidak memilih AKDR karena prosudur pemasangan AKDR yang harus membuka aurat yaitu sebanyak 145 orang (56,4%). Hal ini dapat diartikan bahwasanya salah satu hambatan dalam penggunaan AKDR adalah rasa malu responden pada saat pemasangan AKDR yaitu harus membuka aurat atau pakaian bagian bawah. Dari penelitian ini juga diperoleh dari 257 orang responden 143 orang tidak memilih AKDR karena prosudur pemasangan AKDR yang dianggap responden merepotkan.

Menurut WHO,(2007 : 43) dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu nya adalah faktor pribadi yaitu kemudahan metode alat kontrasepsi.

Dalam tesis Imbarwati menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab merasa malu dengan cara pasang AKDR yang memperlihatkan aurat. Hal ini memperlihatkan hambatan penggunaan KB AKDR salah satunya adalah perasaan malu yang dimiliki calon akseptor KB akan pemasangan KB AKDR yang mengharuskan memperlihatkan aurat.

4. Biaya

Pada penelitian ini menunjukan dari 257 responden dilihat dari segi biaya tidak memilih AKDR mayoritas dikarenakan alat kontrasepsi yang digunakan

sekarang lebih murah dibandingkan dengan AKDR yaitu sebanyak 221 orang (86%).

Menurut WHO,(2007 : 43), dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan klien salah satunya dipengaruhi oleh : Faktor Ekonomi dan aksebilitas meliputi : biaya langsung dan biaya lain.

Menurut Handayani (2010 : 16) pemilihan alat kontrasepsi salah satunya dipengaruhi oleh sosial ekonomi yaitu keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang tidak mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.

Sejalan dengan penelitian Imbarwati menunjukkan bahwa bahwa ternyata masih banyak responden yang menyatakan biaya KB AKDR mahal (41,5%), biaya KB AKDR di BPS mahal (37,3%), dan biaya KB AKDR di dokter termasuk mahal(46,6%). Persepsi mahal terhadap biaya KB AKDR tersebut umumnya terbentuk karena responden cenderung memandang dari segi pengeluaran biaya saat pemasangan, yang tentu berbeda dengan pengeluaran biaya pemakaian KB non AKDR pertama kali yang jauh lebih murah. Cara pandang responden tersebut terkait dengan faktor tingkat pendidikan dan pendapatan responden yang mayoritas berpendidikan dasar dan pendapatan di bawah rata-rata. Tingkat pendapatan yang mayoritas berada dibawah UMR, membuat responden merasa keberatan bila harus mengeluarkan biaya yang besar dalam satu waktu. Hal ini terungkap dari pernyataan responden ketika ditanya pendapat mereka tentang biaya KB AKDR.

Hasil penelitian ini menunjukan dari 257 sebagian besar masih mempunyai pandangan bahwa AKDR dapat menembus tempat lain dalam tubuh seperti jantung yaitu sebanyak 176 (68,5%).

Menurut WHO,(2007 : 43), dalam memutuskan metode mana yang akan digunakan klien dipengaruhi olehf faktor budaya yaitu : kesalahan persepsi mengenai suatu metode.

Menurut Handayani (2010 : 16) pemilihan alat kontrasepsi salah satunya dipengaruhi oleh factor budaya sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalm memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor salah satunya adalah salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode.

Dalam tesis Imbarwati menunjukkan bahwa masih banyak responden yang menjawab AKDR dapat sebabkan cacat pada bayi jika AKDR masih di rahim (44,1%), AKDR dapat menembus rahim (39%), AKDR dapat menembus tempat lain di dalam tubuh, misalnya perut (33,1%). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi rasa aman terhadap KB AKDR masih banyak yang bersifat negatif. 6. Kepercayaan Religius

Pada penelitian ini diketahui dari 257 orang responden tidak memilih kontrasepsi AKDR dikarenakan yang harus memperlihatkan aurat (vagina) yaitu sebanyak 225 (87%) padahal pada pertanyaan lain responden yang menjawab tokoh agama yang responden anut yang tidak mempebolehkan mengunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi hanya18 orang (7,0%).

Menurut Handayani (2010 : 16) pemilihan alat kontrasepsi salah satunya dipengaruhi oleh Agama dimana diberbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalm memilih metode kontrasepsi. Sebagai contoh : penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB

alami. Sebagian pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisai dilarang sedangkan sebagian lainnya mengizinkan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Imbarwati yang menunjukkan bahwa 87 % responden menjawab tidak pada pernyataan tokoh agama ada yang tidak memperboleh menggunakan KB AKDR, Dengan demikian sebenarnya tidak ada hambatan dari sisi nilai agama.

7. Informed Choise

Pada penelitian menunjukan bahwa dari 257 orang 247 orang (96,1 %) menyatakan bahwa petugas juga memberi kesempatan pada responden untuk bertanya dan petugas juga memberikan jawaban yang memuaskan. Walaupun demikian responden tetap tidak menggunakan AKDR mungkin karena mereka lebih yakin dan mempertahankan persepsi yang salah tentang AKDR seperti AKDR dapat menembus jantung.

Menurut saifuddin 2006 U-5 klien yang Informed Choise akan lebih baik dalam menggunakan KB karena Informed Choise adalah suatu kondisi peserta /calon peserta yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap dari petugas KB.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Imbarwati bahwa mayoritas responden kurang mendapatkan informasi tentang KB IUD dari tempat pelayanan kontrasepsi yang dikunjungi. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab tidak setuju pada pernyataan ibu diberikan informasi tentang KB IUD.

BAB VI

KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahsan tentang faktor – faktor rendahnya cakupan AKDR di Puskesmas Langsa Lama tahun 2012 ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden mayoritas berumur 25-35 tahun, bersuku Jawa, pendidikan SMU, paritas I, menggunakan alat kontrasepsi suntik, mayoritas pekerjaannya sebagai IRT dan mayoritas berpenghasilan dibawah 1 juta . 2. Cara ibu memilih kontrasepsi karena faktor pengaruh orang lain mayoritas

adalah pengaruh dari suami dan mayoritas responden juga merasa takut menggunakan AKDR karena mendengar pengalaman teman/keluarga yang mengalami efek samping karena menggunakan AKDR.

3. Ibu tidak memilih kontrasepsi AKDR berdasarkan kemudahan metode mayoritas dikarenakan harus membuka pakaian bagian bawah.

4. Ibu tidak memilih kontrasepsi AKDR berdasarkan biaya mayoritas dikarenakan alat kontrasepsi yang digunakan sekarang lebih murah dibandingkan dengan AKDR.

5. Ibu tidak memilih kontrasepsi AKDR berdasarkan kesalahan persepsi diperoleh mayoritas mempunyai pandangan bahwa AKDR dapat menembus tempat lain dalam tubuh seperti jantung

6. Ibu tidak memilih kontrasepsi AKDR berdasarkan keyakinan religius diperoleh data mayoritas merasa malu dengan cara pemasangan AKDR yang harus memperlihatkan aurat (vagina)

7. Ibu tidak memilih kontrasepsi AKDR berdasarkan Informed Choise walaupun informasi yang diberikan mudah dimengerti oleh responden ,tetapi ibu tetap tidak menggunakannya karna persepsi yang salah dan alat .

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan dan petugas lapangan KB

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada persepsi yang salah tentang AKDR. Oleh karena itu perlu dilakukan promosi kesehatan tentang KB khususnya AKDR. Dalam hal ini petugas kesehatan juga diharapkan bekerjasama dengan tokoh agama untuk meluruskan masalah pemasangan AKDR yang harus membuka aurat

2. Bagi peneliti berikutnya yang meneliti berkaitan dengan KB AKDR

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya melakukan penelitian secara kualitatif mengapa persepsi AKDR dapat menembus jantung tetap bertahan.

3. Bagi akseptor KB

Diharapkan pada akseptor KB lebih meyakini informasi yang diberikan tenaga kesehatan dari pada informasi yang tidak jelas sumbernya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO expert Commite, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1). Mendapatkan objektif-objektif tertentu, 2). Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, 3). Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, 4). Mengatur interval diantara kelahiran, 5). Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri, 6). Menentukan jumlah anak dalam keluarga.( Pinem, 2009 : 188)

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan, kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. ( handayani, 2010 : 28)

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Menurut Handayani, (2010 : 29), tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga berencana.

B. Kontrasepsi 1. Pengertian

Menurut Cunningham 1989 dalam pinem (2008 : 27), Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.

2. Macam metode kontrasepsi

Adapun macam metode yang ada dalam program keluarga berencana adalah:

a. Metode kontrasepsi sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.

Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus interuptus, metode kalender, Metode lender serviks (MOB), metode suhu basal tubuh dan simptoternal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lender servik.

Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu : kondom, diafragma, cup serviks dan spermesida.

b. Metode kontrasepsi hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormone progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan . sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant

c. Metode kontrasepsi dengan Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormone.

d. Metode kontrasepsi mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsipnya memotong atau mengikat saluran tuba falopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu mengikat atau memotong saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak ejakulasi e. Metode kontrasepsi darurat

C. AKDR

1. Sejarah AKDR

AKDR secara ilmiah diperkenalkan pada awal abad ke 20 dan menjadi popular sekitar tahun 1960 an. Pada tahun 1909, Richard Richter memperkenalkan cincin intrauterine yang terbuat dari usus ulat sutera. Pada tahun 1928 Ernst Grafenberg di Jerman memperkenalkan AKDR bebrbentuk cincin yang terbuat dari tembaga dan perak. Pada waktu yang hamper bersamaan, Tenrei Ota dari Jepang memperkenalkan cincin yang serupa tetapi fleksibel. Ternyata cincin Grafenberg banyak menimbulkan peradangan panggul sehingga tidak popular dan akhirnya tidak lagi mendapat peminatnya. Karena efek samping nya sangat tinggi banyak dilakukan penelitian untuk menciptakan AKDR baru baik dari segi bentuk maupun dari materialnya. (Emilia,2008 :31)

Pada akhir tahun 1950 AKDR generasi pertama atau AKDR Polos (inert AKDR) yakni AKDR yang terbuat dari bahan polietilen. Salah satu AKDR jenis ini adalah Lippes loop yang sangat terkenal dan termasuk salah satu AKDR yang masih dipakai hingga sekarang. Pada tahun 1970 an, dibuat AKDR jenis baru yangf masih menggunakan bahan dasar palstik polietilen tetapi dengan menambah substansi lain seperti logam (tembaga) atau hormone dengan maksud mengurangi efek samping dan menambah keefektifannya. (Emilia,2008 :32)

2. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif dan aman dan reversible bagi wanita tertentu,terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan. AKDR adalah suatu alat plastic atau logam kecil yang dimasukan keuterus melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, dihipotesakan bahwa AKDR mengganggu motilitas sperma dan perjalanan ovum. (WHO, 2006,20)

3. Jenis-jenis AKDR

Saat ini AKDR yang ada termasuk dalam tiga golongan yaitu : 1). Alat inert ( tanpa obat ),tipe ini tidak diproduksi lagi. 2). Alat yang mengandung tembaga, AKDR yang mengandung tembaga umumnya dilisensi untuk digunakan 5 sampai 10 tahun. 3). Alat yang melepaskan hormon.(Galsier 2006 : 118)

Menurut pinem,( 2008 : 87 ), jenis - jenis AKDR yang beredar :

a. AKDR generasi pertama : disebut lipesloop, berbentuk AKDR dan huruf S ganda, terbuat dari plasti (poyethyline).

b. AKDR generasi kedua :

1) Cu T 200 B; berbentuk T yang batang nya dililit tembaga (Cu) dengan kadungan tembaga.

2) Cu 7 ; berbentuk angka 7 yang batang nya dililit tembaga.

3) ML Cu 250 ; berbentuk 3/3 lingkaran elips yang berigi yang batang

Dokumen terkait