• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Dimensi bawah permukaan ( Subsurface dimension )

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hidroklimatologi .1 Curah hujan

4.4.3 Fluktuasi tinggi muka air Situ IPB

Fluktuasi tinggi air situ mempunyai pola yang sejalan dengan curah hujan. Tinggi air Situ Leutik dan Situ Perikanan memiliki karakteristik yang berbeda. Jumlah hujan yang jatuh di daerah tangkapan Situ IPB mengalami proses hidrologis dan akan diubah menjadi aliran yang kemudian akan masuk ke dalam Situ IPB. Curah hujan yang tinggi akan menghasilkan aliran yang tinggi pula, sehingga masuknya aliran air yang masuk ke dalam Situ IPB sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Sehingga input air yang masuk akan berpengaruh tehadap fluktuasi tinggi muka air Situ IPB.

Situ Leutik memiliki tinggi muka air yang cenderung stabil yaitu ± 350 cm. Diduga bahwa debit air yang masuk ke dalam Situ Leutik sama dengan debit keluar yang melewati dam yang berada di bawah jembatan LSI. Tinggi muka air Situ Perikanan mengalami fluktuasi antara 153-321 cm. Hal ini diduga karena perubahan curah hujan dan debit air yang keluar lebih besar daripada debit masukan. Tinggi muka air Situ Perikanan terendah terjadi pada bulan April sebesar 153,3 cm dan tinggi muka air tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan curah hujan 330,9 mm dengan tinggi air maksimum 321 cm (Gambar 13). Hal ini dibuktikan dari data Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, menunjukan bahwa curah hujan pada bulan April sebesar 42,9 mm yang menyebabkan penyusutan air Situ Perikanan.

Gambar 13. Tinggi muka air Situ IPB (Garis merah = Situ Leutik, garis biru=Situ Perikanan dan garis hijau = curah hujan)

Fluktuasi air yang terjadi dapat berpengaruh terhadapat kualiatas air, dengan berkurang volume air Situ Perikanan bisa menyebabkan perubahan kualitas air juga semakin cepat. Keadaan ini dapat mengganggu organisme yang terdapat didalamnya. Bahkan menurut Basuki (2005) jika terjadi kemarau yang panjang maka air Situ Perikanan dapat dikatakan tidak berair.

4.5 Laju sedimentasi

Situ IPB memiliki laju sedimentasi rata-rata tertinggi sebesar 1,40 mg/cm2/hari yang terdapat pada lokasi 3. Lokasi 3 berada di dekat inlet Situ Perikanan dengan sumber air yang berasal dari limpasan air Situ Leutik dan limbah dari kantin Al-makjan yang berada di sepanjang jembatan LSI, sehingga sedimen yang terperangkap relatif lebih besar sedangkan laju sedimentasi terendah pada saat pengamatan tedapat pada lokasi 2, dengan rata-rata laju sedimentasi sebesar 0,66 mg/cm2/hari. Pada bagian inlet Situ Leutik pada lokasi 1, diketahui bahwa laju sedimentasi lebih besar dibandingkan dengan lokasi 2 pada outlet, dengan rata-rata laju sedimentasi pada lokasi 1 sebesar 0,80 mg/cm2/hari dan pada lokasi 2 sebesar 0,66 mg/cm2/hari. Hal ini dikarenakan bagian inlet merupakan penerima sedimen pertama dari lingkungan luar yang masuk ke dalam Situ IPB (Gambar 14).

Pada lokasi 5 pada outlet Situ Perikanan memiliki rata-rata laju sedimentasi sebesar 0,95 mg/cm2/hari, tidak jauh berbeda dengan lokasi 4 yang memiliki rata-rata laju sedimentasi sebesar 0,89 mg/cm2/hari (Gambar 14). Laju sedimentasi lokasi 5 lebih besar dari pada lokasi 4, dikarenakan dibagian outlet berfungsi sebagai pintu keluaran air menyebabkansediment trap menerima sedimen dari seluruh bagian situ sehingga sedimen yang terperangkap di bagian lokasi 5 relative lebih tinggi dibandingkan di lokasi 4.

Kondisi curah hujan selama ± 4 hari, menunjukan bahwa dengan bertambahnya curah hujan diikuti dengan banyaknya sedimen yang terperangkap. Hal ini dikarenakan curah hujan yang jatuh ke daratan akan membawa partikel sedimen masuk perairan. Nilai tertinggi dari beberapa pengamatan, nilai sedimen yang terperangkap tertinggi terjadi pada sampling kedua lokasi 3 dengan jumlah curah hujan sebesar 116,4 mm (Lampiran 9).

Gambar 14. Laju sedimentasi Situ IPB

4.6 Substrat (tanah)

4.6.1 Tekstur substrat (tanah)

Tekstur substrat (tanah) merupakan perbandingan relatif dari tiga golongan besar fraksi tanah yaitu fraksi pasir, debu dan liat dalam suatu massa. Situ IPB memiliki substrat (tanah) dominan lempung (Tabel 9).

Tabel 9. Persentasi fraksi dan tekstur substrat (tanah) dasar Situ IPB.

No Kode sample Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Kelas tekstur substrat

1 Lokasi 1 52,06 5,91 42,03 Liat berpasir

2 Lokasi 2 54,35 12,68 32,98 Lempung liat berpasir

3 Lokasi 3 52,83 7,95 39,23 Liat berpasir

4 Lokasi 4 48,50 15,31 36,19 Lempung liat berpasir 5 Lokasi 5 47,60 18,95 33,45 Lempung liat berpasir

Menurut Islami dan Utomo (1995) substrat (tanah) berlempung merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Berarti diketahui bahwa daya tahan air di Situ IPB cukup baik dan peresapan air ke tanah tergolong sedang dibandingkan substrat yang bertekstur liat yang mempunyai daya penahan air cukup tinggi. Dengan demikian Situ IPB memiliki tingkat rembesan air relatif sedang. Adapun pada lokasi 1 dan lokasi 3 dikatakan rembesan air lambat, karena mengandung tekstur substrat

(tanah) di atas 37 % liat. Menurut Hanafiah (2005) substrat (tanah) yang mempunyai karakteristik bertekstur halus atau tanah mengandung minimal 37,5 % liat termasuk permeabilitas lambat.

4.6.2 Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dana udara. Substrat (tanah) di sekitar Situ IPB termasuk substrat dengan porositas yang tinggi yaitu di atas 60 % (Tabel 10). Substrat (tanah) di sekitar Situ IPB termasuk substrat berlempung yang sifatnya berada diantara substrat (tanah) berpasir dan berliat. Substrat (tanah) lempung liat berpasir termasuk dalam substrat (tanah) bertektur sedang dan agak halus dengan permeabilitas atau perkolasi sedang (Hanafiah 2005). Menurut Hardiyatmo (1992)in

Hannastry (2009), bahwa substrat (tanah) berpasir dan substrat (tanah) berliat mungkin mempunyai porositas yang hampir sama, akan tetapi sifat-sifatnya yang berhubungan dengan simpanan air, kesediaan air dan aliran air tanah sangat berbeda, karena pada substrat (tanah) berpasir diameter pori relatif lebih besar daripada substrat (tanah) liat. Dilihat dari komposisi persentasi substrat (tanah) liat, bahwa rembesan air yang berada di sekitar Situ IPB lebih besar dibandingkan di dasar Situ IPB. Hal ini dikarenakan kandungan liat di sekitar Situ IPB lebih kecil dibandingkan di dasar Situ IPB. Tingginya porositas yang terdapat pada lokasi pengamatan membuktikan bahwa daerah substrat (tanah) sekitar Situ IPB mempunyai drainase yang baik dalam menyalurkan air ke dalam Situ IPB pada saat hujan turun melalui rembesan air tanah.

Tabel 10. Tektur substrat (tanah) dan porositas di sekitar Situ IPB

No Kode sampel Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur substrat Porositas ( %) 1 Lokasi1 43,55 26,01 30,44 Lempung liat berpasir 66,04 2 Lokasi 2 43,61 25,22 31,17 Lempung liat berpasir 70,37 3 Lokasi 3 41,21 26,79 32 Lempung liat berpasir 61,89 4 Lokasi 4 40,55 26,96 32,49 Lempung liat berpasir 62,64 5 Lokasi 5 45,62 20,69 33,7 Lempung liat berpasir 64,91

4.6.2 Permeabilitas

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tubuh melewatkan air ke semua arah dan diukur dalam kecepatan air merembes (cm/jam). Permeabilitas di lokasi penelitian pada masing-masing titik didapat dengan status permeabilitas yang relatif sama (Tabel 11).

Tabel 11. Status permeabilitas substrat (tanah) di lokasi penelitian

No Lokasi Kode lapangan Permeabilitas (cm/jam) Status

1 Lokasi 1 A1 5,14 Sedang

2 B1 5,30 Sedang

3 Lokasi 2 A2 3,20 Sedang

4 B2 4,11 Sedang

5 Lokasi 3 A3 10,11 Agak cepat

6 B3 7,49 Agak cepat

7 Lokasi 4 A4 6,89 Agak cepat

8 B4 6,19 Sedang

9 Lokasi 5 A5 4,36 Sedang

10 B5 6,14 Sedang

Permeabilitas dapat dipengaruhi oleh tekstur substrat (tanah). Substrat (tanah) Situ IPB pada memiliki kecepatan rembesan relatif sedang dengan kisaran 3,20-6,19 cm/jam dan permeabilitas tertinggi dengan kisaran 6,89-10,11 cm/jam dengan status agak cepat yaitu pada lokasi 3 dan 4 (Tabel 11). Nilai permeabilitas ini berhubungan dengan kemampuan menahan air di tanah secara horizontal maupun vertikal. Nilai permeabilitas yang didapat membuktikan bahwa substrat (tanah) di sekitar tepi Situ IPB memiliki rembesan air dengan status sedang sampai dengan agak cepat, sedangkan untuk rembesan dasar situ diduga lebih lambat dibandingkan sekitar situ. Hal ini karena tekstur substrat (tanah) di sekitar Situ IPB mengandung liat di bawah 35% lebih kecil dibandingkan dengan komposisi substrat (tanah) liat di dasar situ. Menurut Hanafiah (2005) substrat (tanah) yang mempunyai karakteristik bertekstur halus atau substrat (tanah) mengandung minimal 37,5 % liat termasuk permeabilitas lambat.

Dokumen terkait