• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

H. Analisis Data

Data kepadatan populasi NEP pada berbagai media pakan buatan dilakukan secara deskriptif.

Data hasil jumlah rata-rata kepadatan populasi NEP yang diperoleh dari perbanyakan media pakan buatan pada minggu keempat di analisis dengan Analisis Varians (ANOVA) satu arah. Jika hasil uji Anova signifikan, maka akan dilakukan uji Post Hoc dengan menggunakan uji Tukey. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan software computer SPSS 20.

Pengujian kandungan nutrisi media pakan terbaik karbohidrat, protein dan lemak dilakukan di BBTPPI Semarang. Analisis data dilakukan secara deskriptif.

18 A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian berbagai media pakan buatan secara in vitro diperoleh data kepadatan populasi NEP pada masing-masing media pakan sangat bervariasi. Data kualitatif yang diperoleh yaitu perubahan warna, aroma dan bentuk media pakan NEP (Tabel 2) dan pengukuran intensitas cahaya, suhu dan kelembaban di ruang pembiakan NEP (Lamp 1-2).

Tabel 2. Perubahan Warna, Aroma dan Bentuk Media Pakan NEP

Media Perubahan Warna Aroma Bentuk

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

A Kecoklatan Coklat

Kehitaman Segar

Berbau

Menyengat Semi padat Cair B Kuning

Muda

Kuning

Gelap Segar

Berbau

Busuk Semi padat Semi padat C Coklat

muda Kecoklatan Segar

Tidak

Berbau Semi padat Cair D Coklat

Gelap

Coklat

Kehitaman Segar

Bau Sangat

Menyengat Semi padat Semi padat E Coklat

Muda

Coklat

Kehitaman Segar

Sedikit

Berbau Semi padat Cair F Kuning

Kecoklatan

Coklat

Kehitaman Segar

Tidak

Berbau Semi padat Semi padat G Kuning

Muda

Coklat

Muda Segar

Tidak

Berbau Semi padat Semi padat Keterangan : A (ekstrak yeast); B (kuning telur); C (usus ayam); D (campuran

A+B); E (campuran A+C); F (campuran B+C); G (campuran A+B+C).

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa terjadi perubahan warna, aroma dan bentuk pada semua media pakan NEP antara kondisi awal dan akhir pembiakan NEP.

19

Pengukuran pH pada masing-masing media pakan NEP tersaji pada Tabel 3. pH awal diukur sebelum media di autoklaf dan pengukuran pH akhir merupakan hasil media pada minggu terakhir.

Tabel 3. Pengukuran pH pada Media Pakan NEP

Media pH Awal Akhir A 5 7 B 5.5 7 C 6 7 D 5.5 7 E 5.5 7 F 6 7 G 5.5 7

Keterangan : A (ekstrak yeast); B (kuning telur); C (usus ayam); D (campuran A+B); E (campuran A+C); F (campuran B+C); G (campuran A+B+C).

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa terjadi perubahan pada semua media pembiakan NEP dengan pH awal 5-6 menjadi pH akhir 7.

Hasil jumlah rata-rata kepadatan populasi NEP pada berbagai media pakan buatan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 6.

A B C D E F G Minggu I 468 10872 21660 14040 41652 16020 9156 Minggu II 420 31296 9012 20400 15024 24876 14568 Minggu III 0 13092 1068 9324 636 12936 7728 Minggu IV 0 7236 72 5556 0 2904 1428 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 Rata -r at a Ju ml ah N EP ( JI /ml ) Media Pakan

Kepadatan Populasi NEP Pada Berbagai Media Pakan Buatan

Keterangan : A (ekstrak yeast); B (kuning telur); C (usus ayam); D (campuran A+B); E (campuran A+C); F (campuran B+C); G (campuran A+B+C).

Gambar 6. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Pada Berbagai Media Pakan Gambar 6 menunjukkan bahwa kepadatan populasi NEP terjadi pada semua media pembiakan NEP dengan menghasilkan jumlah populasi NEP pada masing-masing media bervariasi.

Hasil penghitungan populasi NEP pada berbagai media pakan buatan pada masing-masing media pakan setiap minggunya disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13.

Gambar 7. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan A (ekstrak yeast).

Gambar 7 menunjukkan bahwa populasi NEP pada media pakan A dengan komposisi ekstrak yeast pada minggu pertama dan kedua mengalami adanya penurunan jumlah populasi. Selanjutnya, pada minggu berikutnya minggu ketiga dan keempat, media ini tidak menggambarkan adanya populasi NEP yang masih hidup pada media.

1200 468 420 0 0 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu Media Pakan A

21

Gambar 8. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan B (kuning telur). Media pakan B disajikan pada Gambar 8 yaitu media kuning telur menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah populasi NEP. Minggu pertama populasi NEP pada media kuning telur mengalami peningkatan jumlah populasi sampai dengan minggu kedua. Setelah mengalami peningkatan pada minggu kedua, pada minggu ketiga populasi NEP pada media ini mengalami penurunan jumlah populasi hingga minggu keempat. Akan tetapi, media kuning telur masih dapat mempertahankan jumlah populasi NEP lebih besar dari jumlah awal yang di inokulasi ke media.

Gambar 9. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan C (usus ayam).

1200 10872 31296 13092 7236 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu Media Pakan B 1200 21660 9012 1068 72 0 5000 10000 15000 20000 25000 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu Media Pakan C

Media pakan C dapat dilihat pada Gambar 9 yaitu media usus ayam menunjukkan bahwa pada saat inokulasi jumlah NEP awal, pada minggu pertama mengalami peningkatan jumlah populasi NEP yang sangat tinggi. Berbeda dengan media pakan A yaitu ekstrak yeast (Gambar 7), media langsung mengalami penurunan jumlah populasi hingga populasi NEP yang masih hidup lebih sedikit. Media usus ayam pada minggu kedua banyak mengalami penurunan populasi. Minggu ketiga jumlah populasi NEP semakin menurun hingga minggu keempat dengan jumlah populasi lebih rendah dari jumlah populasi awal yang di inokulasikan ke media.

Gambar 10. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan D (campuran media (A) ekstrak yeast dan (B) kuning telur).

Populasi NEP pada media pakan D dapat dilihat pada Gambar 10 yaitu campuran dari media (A) ekstrak yeast dengan (B) kuning telur menunjukkan bahwa minggu pertama media ini mengalami peningkatan jumlah populasi yang cukup tinggi. Berbeda dengan media (A) ekstrak yeast apabila tidak di kombinasi dengan kuning telur, saat minggu pertama langsung mengalami adanya penurunan. Minggu kedua pada media ini, terlihat masih menunjukkan adanya jumlah peningkatan populasi yang lebih besar. Sama seperti halnya dengan media (B) kuning telur, media pakan campuran dari kedua bahan mengalami penurunan jumlah populasi hingga pada minggu keempat. Histogram yang terbentuk pada media pakan D memperlihatkan bahwa pada media ekstrak yeast lebih baik bila di

1200 14040 20400 9324 5556 0 5000 10000 15000 20000 25000 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu Media Pakan D

23

kombinasi dengan kuning telur yang mengalami peningkatan jumlah populasi sampai dengan minggu keempat dari jumlah populasi awal dibanding hanya media ekstrak yeast saja.

Gambar 11. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan E (campuran media (A) ekstrak yeast dan (C) usus ayam)

Gambar 11 menunjukkan bahwa media pakan E dengan campuran media (A) ekstrak yeast dan (C) usus ayam menunjukkan bahwa saat minggu pertama mengalami jumlah populasi yang sangat tinggi. Akan tetapi, sama seperti pada media usus ayam saja mengalami penurunan pada minggu kedua. Sehingga, populasi semakin menurun terjadi pada minggu ketiga dan berikutnya sampai memperlihatkan tidak adanya populasi NEP yang masih hidup.

Gambar 12. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan F (campuran media (B) kuning telur dan (C) usus ayam).

1200 41652 15024 636 0 0 10000 20000 30000 40000 50000 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu Media Pakan E 1200 16020 24876 12936 2904 0 10000 20000 30000 0 1 2 3 4 Ra ta -ra ta Ju m lah NEP (JI/m l) Minggu Media Pakan F

Media pakan F dapat dilihat pada Gambar 12 yaitu dengan campuran media (B) kuning telur dan (C) usus ayam menunjukkan bahwa minggu pertama media ini mengalami peningkatan populasi yang tinggi. Minggu kedua menunjukkan media dari minggu pertama mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Di lihat dari media usus ayam saja, apabila di kombinasi dengan kuning telur memperlihatkan jumlah populasi yang lebih baik hingga minggu kedua. Selanjutnya, minggu ketiga media F mengalami penurunan dengan hasil tidak berbeda jauh dari minggu kedua dan semakin menurun jumlah populasi pada minggu keempat. Media dengan campuran kuning telur dan usus ayam lebih baik dalam mempertahankan jumlah populasi daripada media dengan campuran ekstrak yeast.

Gambar 13. Histogram Rata-rata Jumlah NEP Media Pakan G (campuran media (A) ekstrak yeast, (B) kuning telur dan (C) usus ayam). Populasi NEP pada Gambar 13 menunjukkan bahwa media pakan G dengan campuran ekstrak yeast, kuning telur dan usus ayam terlihat bahwa minggu pertama adanya peningkatan tidak jauh dari jumlah populasi awal. Pada minggu kedua mengalami peningkatan kembali dengan bertambahnya jumlah populasi hingga pada minggu ketiga dan keempat mengalami penurunan populasi.

1200 9156 14568 7728 1428 0 5000 10000 15000 20000 0 1 2 3 4 R ata -r ata Ju m lah NE P ( JI /m l) Minggu

Media Pakan G

25

Perbanyakan NEP pada berbagai media pakan selama empat minggu, menghasilkan data yang berbeda-beda tiap minggunya. Pada minggu pertama, enam media menunjukkan pertambahan populasi dan satu media mengalami penurunan populasi NEP. Minggu kedua, empat media menunjukkan pertambahan populasi dan tiga media mengalami penurunan populasi NEP. Minggu ketiga dan keempat, semua media mengalami penurunan populasi NEP. Kepadatan populasi NEP yang di analisis hanya pada minggu keempat dengan alasan media dapat mempertahankan perkembangbiakan jumlah populasi NEP saat nutrisi di dalam media semakin habis.

Data kepadatan populasi NEP antar media pada minggu keempat di analisis menggunakan uji normalitas (Shapiro-wilk) secara berurutan media B, C, D, F dan G menunjukkan nilai Sig. (P) sebesar 0.138; 0.054; 0.579; 0.837; 0.360 (Lamp 5). Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan terdistribusi normal, karena nilai P > 0,05. Setelah memenuhi syarat dengan distribusi normal, dilakukan uji ANOVA satu arah. Hasil uji ANOVA satu arah dengan taraf 5% diperoleh nilai F = 10.168; df = 34 dengan menunjukkan nilai Sig. sebesar 0.00. Nilai Sig. yang diperoleh P < 0.05, maka H0 ditolak berarti populasi NEP pada berbagai media pakan pada minggu keempat berbeda nyata (Lamp 6). Setelah uji ANOVA dilanjutkan uji lanjut menggunakan uji Tukey (Lamp 7).

Perbanyakan NEP pada berbagai media pakan selama empat minggu dilanjutkan analisis dengan menggunakan uji Tukey. Analisis data kepadatan populasi NEP pada media pembiakan NEP terbaik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis data “Homogeneous Subset” uji Tukey data rata-rata jumlah

NEP masing-masing media pada minggu keempat adalah sebagai berikut.

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Media A 5 .00 Media E 5 .00 Media C 5 72.00 Media G 5 1428.00 Media F 5 2904.00 2904.00

Media D 5 5556.00 5556.00

Media B 5 7236.00

Sig. .309 .413 .849

Keterangan : Angka yang terdapat dalam “kolom subset” yang sama menunjukkan perlakuan media yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%, berbeda nyata apabila angka terdapat pada kolom subset yang berbeda. B. Pembahasan

Pembiakan nematoda entomopatogen dilakukan secara in vitro

menggunakan media pakan buatan yaitu ekstrak yeast, kuning telur dan usus ayam. Hasil pengamatan menunjukkan data populasi NEP pada masing-masing media pakan buatan sangat bervariasi. Data yang diperoleh pada Tabel 2. menunjukkan bahwa pada masing-masing media mengalami adanya perubahan warna, aroma maupun bentuk media pakan yang digunakan saat pembiakan NEP. Media pakan yang digunakan mengalami perubahan seperti perubahan warna yang sebelumnya berwarna kuning kecoklatan hingga menjadi kuning kehitaman. Proses ini dipengaruhi dengan lingkungan di dalam media yang sudah bercampur dengan terjadinya penguraian senyawa-senyawa pada media (Sutrisno dan Suciastuti 2002).

Perubahan aroma pada masing-masing media pakan mengalami perubahan bau sebelum dan sesudah diinokulasi NEP. Pada awal masih terasa segar aroma media setelah diinkubasi baunya sangat menyengat. Hal ini disebabkan adanya proses metabolisme yang terjadi bercampur menjadi satu di dalam botol media. Nutrisi media di dalam botol akan mengalami penguraian senyawa protein yang di ubah menjadi amonia dan semakin lama amonia di dalam botol akan menjadi racun bagi perkembangbiakan NEP. Jumlah oksigen (O2) di dalam media sangat terbatas sehingga dapat menyebabkan kematian NEP. Produksi amonia melibatkan proses kimia untuk menggabungkan ion nitrogen dan hidrogen. Menurut Sutrisno dan Suciastuti 2002, amonia dapat terbentuk dari dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung nitrogen yang berasal dari feses. Populasi NEP yang meningkat akan diikuti turun populasinya pada minggu berikutnya. Hal ini disebabkan karena adanya racun hasil sekresi metabolisme NEP di dalam

27

botol media sehingga populasi NEP banyak yang mati dan menimbulkan bau yang menyengat. Hal ini terlihat pada Gambar 7, 8, 9, 10 dan 11.

Populasi NEP pada setiap minggu menunjukkan bahwa adanya tingkat kepadatan populasi yang berbeda antar ulangan dan media. Data yang diperoleh, pengukuran awal semua media mempunyai pH dalam suasana asam (Tabel 3). Setelah pengukuran pH pada minggu terakhir, semua media biakan mengalami perubahan pH menjadi 7. Selama masa inkubasi, media mengalami perubahan suasana pH asam menjadi basa yang diperkuat dengan adanya referensi dari Djunaedy (2009) yang menyebutkan bahwa kondisi suasana pH asam hingga basa yang sesuai untuk pertumbuhan NEP yaitu berkisar 5, 6, 7, 8 dan 9. Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya aktivitas NEP di dalam botol media pakan tertutup yang menyebabkan peningkatan kadar konsentrasi karbondioksida (CO2) yang mengakibatkan peningkatan nilai pH akhir menjadi 7. Peningkatan nilai pH pada media pakan juga dapat disebabkan terjadinya penguraian protein dan adanya senyawa nitrogen berupa amonia. Menurut Prihantini et al. 2005, menjelaskan bahwa gas amonia yang menimbulkan bau menyengat dan bersifat racun dapat ditemukan pada pH tinggi (basa) sedangkan pada pH rendah (asam) akan terbentuk ion NH4+.

Cahaya sangat berpengaruh terhadap tumbuhnya nematoda entomopatogen. Selama masa inkubasi, botol yang digunakan disimpan pada tempat yang tidak terkena matahari langsung, karena NEP lebih sensitif dengan sinar matahari yang dapat menurunkan aktivitas NEP bahkan dapat menimbulkan kematian (Novizan 2002). Pengukuran intensitas cahaya (Lamp 1) dilakukan pada setiap minggunya dengan mengukur setiap pagi, siang dan sore. Data intensitas cahaya yang diperoleh didapat berkisar 4.8 Lux – 34 Lux.

Nematoda merupakan organisme poikilotermik dengan tingkat metabolisme yang sangat dipengaruhi oleh suhu di sekitar yang secara langsung mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan nematoda (Gao & Becker 2002). Untuk mendukung adanya kelangsungan hidup nematoda di luar habitat alaminya, nematoda sangat bergantung pada air dan cadangan makanan sebagai sumber

energinya (Chen & Glazer 2004). Menurut Nugrohorini (2010), nematoda dapat melakukan aktivitas dengan kelembaban kadar air ± 60-70% untuk mempermudah pergerakan nematoda. Berbagai media buatan yang telah dimodifikasi untuk pembiakkan nematoda pada dasarnya mengandung bahan-bahan yang kaya akan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangbiakannya dengan kadar air yang disesuaikan kelembabannya.

Perkembangbiakan nematoda menunjukkan bahwa pada minggu pertama jumlah kepadatan populasi yang masih hidup pada berbagai macam jenis kombinasi komposisi media yang diujikan sangat berbeda. Kepadatan jumlah populasi nematoda pada minggu pertama dijumpai JI terendah yang langsung mengalami penurunan dari jumlah nematoda awal yang di inokulasi pada media A yang mengandung ekstrak yeast. Sedangkan pada media lain yaitu media B, C, D, E, F dan G mengalami peningkatan jumlah NEP (Lamp 4). Populasi NEP antar media pada minggu pertama yang mengalami produksi perkembangbiakan NEP tertinggi yaitu pada media E (Gambar 11) modifikasi campuran media ekstrak yeast dan usus ayam dengan jumlah populasi sebesar 41.652 JI/ml. Media berikutnya yang mempunyai populasi tinggi pada minggu pertama yaitu media C (Gambar 9) dengan komposisi usus ayam dan media F (Gambar 12) dengan modifikasi campuran media kuning telur dan usus ayam. Masing-masing media tersebut memiliki jumlah populasi sebesar 21.660 JI/ml dan 16.020 JI/ml. Media lain juga mengalami peningkatan perkembangbiakan NEP sebesar 14.040 JI/ml pada media D (Gambar 10) dengan campuran ekstrak yeast dan kuning telur. Selanjutnya, media B (Gambar 8) dan G (Gambar 13) yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 10.872 JI/ml dan 9.156 JI/ml.

Dari data yang diperoleh, semua media mengalami peningkatan jumlah populasi pada media pakan selain media A ekstrak yeast. Masing-masing media yang mengalami peningkatan populasi NEP menurut Shapiro & Gaugler (2002) disebabkan karena adanya sumber nutrisi seperti karbohidrat, protein dan lemak yang dapat memenuhi kebutuhan NEP dalam beradaptasi untuk berkembangbiak. Pembiakan minggu pertama mengalami populasi yang cukup tinggi, hal ini

29

diduga karena adanya bakteri simbion pada tubuh NEP yang dibawa pada saat pembiakan secara in vivo. Sehingga, minggu awal media mengalami suatu peningkatan yang signifikan. Dibandingkan media lain, media A (Gambar 7) mengalami langsung penurunan dari populasi awal 1.200 JI/ml menjadi 468 JI/ml. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian sebelumnya dari Poinar (1979) bahwa pembiakan NEP pada media in vitro pertama kali menggunakan media nabati yang ditambah dengan ekstrak yeast tetapi hasilnya kurang baik. Menurut Reed (1991), hal ini disebabkan karena ekstrak yeast memiliki kadar protein 50-52% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar karbohidrat 30-37% dan lemak 4-5%. Ekstrak yeast merupakan protein yang akan terurai akibat aktivitas mikroorganisme menjadi amonia dan terbentuk racun di dalam media. Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa populasi NEP tinggi, berarti aktivitas mikroorganisme semakin meningkat dengan jumlah amonia yang dihasilkan semakin tinggi sehingga terlihat pada minggu berikutnya populasi NEP turun drastis.

Penghitungan selanjutnya yaitu perkembangbiakan NEP pada minggu kedua. Media A (Gambar 7) terlihat mengalami penurunan setelah minggu pertama menjadi 420 JI/ml dikarenakan suplai nutrisi di dalam media tersebut kurang memenuhi kebutuhan NEP untuk melakukan perkembangbiakan. Menurut Reed (1991) dalam Ahmad (2005) menjelaskan bahwa komposisi kimia ekstrak yeast terdiri atas protein 50-52%, karbohidrat 30-37%, lemak 4-5%. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian sebelumnya dari Yoo et al. 2000 menjelaskan bahwa lemak merupakan cadangan energi utama bagi NEP untuk berkembangbiak. Sama halnya dengan media C (Gambar 9) yaitu media usus ayam dan E (Gambar 11) yaitu media ekstrak yeast dan usus ayam, masing-masing media ini tidak mengalami peningkatan akan tetapi mengalami penurunan dari jumlah populasi NEP dari minggu pertama sebesar 9.012 JI/ml dan 15.024 JI/ml. Dibandingkan dengan media B, D, F dan G, media tersebut mengalami jumlah peningkatan populasi NEP secara signifikan. Media B (Gambar 8.) dengan komposisi kuning telur mengalami jumlah populasi NEP tertinggi pada minggu

kedua sebesar 31.296 JI/ml. Secara berurutan diikuti oleh media F (Gambar 12) yaitu modifikasi campuran kuning telur dan usus ayam 24.876 JI/ml, media D (Gambar 10) yaitu modifikasi campuran ekstrak yeast dan kuning telur 20.400 JI/ml dan media G (Gambar 13) yaitu modifikasi campuran dari ketiga bahan media 14.568 JI/ml. Hasil data peningkatan populasi pada keempat media B, D, F dan G yang diperoleh, diperkuat adanya penelitian sebelumnya dari Romanoff (1993) yang menyebutkan bahwa komposisi kimia kuning telur yang merupakan campuran dari keempat media mengandung 35.2% lemak, 17.7% protein dan 1.1% karbohidrat. Menurut Yoo et al. (2000), kandungan lemak merupakan cadangan energi terbesar yang dibutuhkan NEP.

Data yang diperoleh bahwa minggu kedua mengalami adanya keadaan dimana empat media mengalami peningkatan jumlah populasi dan tiga media mengalami penurunan populasi NEP. Data jumlah populasi NEP (Lamp 4) 4 media yaitu media B, D, F dan G mengalami peningkatan jumlah populasi secara signifikan dan media tersebut memiliki komposisi menggunakan kuning telur. Menurut hasil uji media terbaik pada kuning telur menunjukkan kadar lemak lebih tinggi dibanding dengan protein dan karbohidrat. Hal tersebut diperkuat dari penilitian Yoo et al. 2000 yang menyebutkan bahwa lemak adalah kebutuhan nutrisi NEP paling penting karena 60% dari total energinya diperoleh dari metabolisme lemak. Media lainnya yang mengalami penurunan populasi yaitu media A, C dan E hal ini disebabkan pada media pakan yang digunakan merupakan campuran dengan jumlah konsentrasi yang berbeda beda. Sehingga, jumlah perbandingan komposisi bahan yang digunakan di dalam media pakan sangat berpengaruh. Dilihat dari data di atas, bahwa media B (Gambar 8) adalah media yang mengalami jumlah NEP tertinggi yaitu dengan konsentrasi kuning telur sebanyak 2 gr.

Selanjutnya, minggu ketiga saat melakukan perhitungan. Media A (Gambar 7) memperlihatkan tidak adanya populasi NEP yang masih hidup. Kandungan nutrisi pada ekstrak yeast memiliki protein yang lebih tinggi dibanding dengan lemak. Menurut Poinar (1979), hasil yang diperoleh pada media A ekstrak yeast

31

menunjukkan bahwa media tersebut kurang sesuai bila digunakan sebagai media biakan NEP. Sedangkan pada semua media pembiakan lainnya juga mengalami penurunan jumlah populasi NEP dengan jumlah populasi tertinggi sampai dengan terendah dengan urutan media B, F, D, G, C dan E. Media B (Gambar 8) yaitu media kuning telur sebesar 13.092 JI/ml, media F (Gambar 12) yaitu modifikasi campuran kuning telur dan usus ayam sebesar 12.936 JI/ml, media D (Gambar 10) yaitu modifikasi campuran ekstrak yeast dan kuning telur sebesar 9.324 JI/ml. Populasi terendah pada media G (Gambar 13) yaitu campuran ketiga bahan media sebesar 7.728 JI/ml, media C (Gambar 9) dengan komposisi usus ayam sebesar 1.068 JI/ml dan media E (Gambar 11) yaitu campuran media ekstrak yeast dan usus ayam sebesar 636 JI/ml. Minggu ketiga sama seperti minggu kedua, komposisi media yang mendominasi media memiliki jumlah populasi NEP tinggi adalah adanya campuran media dari kuning telur. Hasil uji analisis kandungan nutrisi 2 gr kuning telur menunjukkan bahwa kandungan nutrisi tertinggi diperoleh 2.12% lemak, sehingga adanya lemak pada kuning telur dapat mempertahankan jumlah populasi NEP karena adanya campuran dari kuning telur. Menurut Griffin et al. (2005) menunjukkan bahwa kandungan lemak bagi nematoda dapat mencapai 40% berat tubuhnya.

Pada akhir pengamatan minggu keempat, populasi jumlah NEP dijumpai JI tertinggi pada media B (Gambar 8) yaitu media kuning telur sebesar 7.236 JI/ml diikuti oleh media D, F, G, dan C. Media D (Gambar 10) yaitu campuran ekstrak yeast dan kuning telur sebesar 5.556 JI/ml, media F (Gambar 12) yaitu campuran kuning telur dan usus ayam sebesar 2.904 JI/ml, media G (Gambar 13) yaitu campuran ketiga bahan media sebesar 1.428 JI/ml dan media C (Gambar 9) dengan komposisi usus ayam sebesar 72 JI/ml. Populasi terendah terdapat pada media A (Gambar 7.) dengan komposisi ekstrak yeast dan media E (Gambar 11) campuran dari ekstrak yeast dan usus ayam, masing-masing media tersebut tidak ditemukannya jumlah populasi NEP 0 JI/ml.

Data populasi pada minggu keempat didapatkan bahwa media yang baik untuk mempertahankan perkembangbiakan NEP adalah campuran 2 gr bahan

media kuning telur dengan aquades sebanyak 30 ml dan 0.2 gr agar yaitu memiliki kandungan nutrisi 2.12% lemak yang tinggi yang sebelumnya telah di uji analisis nutrisi di laboratorium. Hal ini disebabkan karena media kuning telur telah bercampur dengan aquades dan agar sehingga kelarutan kuning telur menjadi lebih encer. Selanjutnya, bahan pakan selain kuning telur yang sebagai pendukung utama nutrisi yang dibutuhkan NEP adalah usus ayam merupakan nutrisi yang cukup baik untuk perkembangbiakan NEP karena mengandung 22.9% protein, 5.60% lemak dan 2.03% bahan lainnya. Media lain yang merupakan media pakan NEP yang digunakan yaitu ekstrak yeast, bahan pakan ini kurang sesuai karena nutrisi untuk mendukung pertumbuhan NEP kurang baik (Poinar 1979). Bahan ekstrak yeast memiliki kandungan nutrisi protein 52.2%,

Dokumen terkait