• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran

Matematika

Penyajian data hasil transkrip wawancara guru menggunakan

metode yang digunakan oleh Tohirin (2012, p.118-130). Supaya data

yang berkenaan dengan fokus penelitian dapat diketahui dengan

mudah, maka peneliti harus menentukam kode-kode tertentu sesuai

dengan konteks datanya atau fokus penelitiannya. Cara-cara membuat

kode ditentukan sendiri oleh peneliti, karena prinsipnya adalah untuk

memudahkan peneliti mengingat data yang berkenaan dengan fokus

penelitiannya (Tohirin, 2012, p.117).

Berikut tabel analisis data hasil wawancara dengan guru:

Tabel 4.1 Data Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPA 4 SMA N 1 Parakan

Keterangan Kode:

MP : Metode Pembelajaran

SP : Strategi Pembelajaran

MOPE : Model Pembelajaran

PK : Pendidikan Karakter

PEMKAR : Pembangunan Karakter

KON : Konfirmasi

RES : Respon

MSL : Masalah

K1 : Kebiasaan 1 Stephen R. Covey (Be Proaktive)

K2 : Kebiasaan 2 Stephen R. Covey (Begin With The End In Mind)

K3 : Kebiasaan 3 Stephen R. Covey (Put First Things First) K4 : Kebiasaan 4 Stephen R. Covey (Think Win-Win)

K5 : Kebiasaan 5 Stephen R. Covey (Seek First To Understand, Then To Be Understood)

K6 : Kebiasaan 6 Stephen R. Covey (Synergize)

K7 : Kebiasaan 7 Stephen R. Covey (Sharpen The Saw) K4A : Kebiasaan 4 Indeks A Stephen R. Covey (Integrity) K4B : Kebiasaan 4 Indeks B Stephen R. Covey (Maturity)

K4C : Kebiasaan 4 Indeks C Stephen R. Covey (Abundance Mentality) K5A : Kebiasaan 5 Indeks A Stephen R. Covey (Evaluating)

K5B : Kebiasaan 5 Indeks B Stephen R. Covey (Probing) K5C : Kebiasaan 5 Indeks C Stephen R. Covey (Advising) K5D : Kebiasaan 5 Indeks D Stephen R. Covey (Interpreting) P : Peneliti

No. Wawancara Keterangan Analisis 1 P: “Selamat siang, Ibu.

Sudah lama sekali tidak bertemu, Ibu apa kabar?”(membuka

pembicaraan)

G: “Selamat siang mbak Susi. Saya kabar baik, sekarang dimana kok jarang ada kabar main ke sekolah?” P: “Saya melanjutkan ke Pendidikan Matematika di Sanata Dharma Jogja, Bu. Jadi kedatangan saya kesini, mau menindak lanjuti permohonan ijin saya melalui SMS kemarin untuk penelitian disini, Bu.”

G: “Oh iya, jadi mau meneliti tentang apa?” P: “Sebenarnya sudah tidak asing untuk saat ini karena ada kaitan dengan kurikulum terbaru yang dipakai sekarang, tetapi saya fokus kepada pendidikan karakternya, Bu. Menindak lanjuti rasa penasaran saya mengenai pendidikan karakter di pendidikan matematika.”

G: “Jadi mbak Susi nanti tidak mengajar di kelas? Saya pikir mau mengajar seperti yang biasanya dilakukan mahasiswa yang mau penelitian.”

Mula-mula peneliti membuka percakapan dengan menanyakan kabar dan sebagainya. Hal tersebut direspon cukup baik oleh guru. Dengan demikian memicu pembicaraan yang lebih nyaman, hangat, dan komunikatif. Peneliti bermaksud melakukan penelitian yang bersifat mendalam, yaitu mengenai pendidikan karakter yang dilakukan guru ini di kelas. Dengan membuka pembicaraan yang nyaman, hangat, dan komunikatif, peneliti berharap mampu mendapatkan informasi yang sesuai dengan harapan.

Guru memahami maksud kedatangan peneliti dan memberi respon baik. Respon baik dapat peneliti lihat dari cara guru menanggapi sapaan dan menghadirkan ekspresi yang menyenangkan bagi peneliti untuk berbicara lebih lanjut dengan guru tersebut.

Pada saat guru menanyakan kabar, status kemahasiswaan peneliti, dan maksud penelitian ini, dapat dikatakan bahwa guru ini memiliki sikap yang baik dalam menanggapi maksud orang lain (lawan bicara).

2 P: “Tidak, Bu. Mencoba sesuatu yang baru. Ibu, bagaimana pembelajaran matematika di sekolah ini selama ini?”(sambil menyerahkan proposal penelitian dan segera dipelajari oleh guru beberapa saat)

Guru mula-mula mencoba mengingat-ingat

pengalaman ketika mengajar angkatan peneliti. Guru membandingkan realita yang terjadi pada pembelajaran dahulu (angkatan peneliti) dengan

Guru memahami masalah. Ketika guru mampu membandingkan keadaan kelas jaman dulu dengan sekarang berarti guru memahami tipikal peserta didik-peserta didik di kelas pembelajaran matematika pada jaman dahulu dan

G: “Untuk yang sekarang ini agak berbeda dengan dulu jamannya kalian. Anak-anak jaman sekarang ini kok kurang gregetnya.(MSL) Beda sama jaman kalian, kalau jamannya kalian kan kalau pelajaran meskipun sering bergurau tapi saat belajar matematika ya mau konsentrasi. Kalau sekarang itu, kalau belum disuruh belum mau mengerjakan.” (INF)

angkatan yang sekarang. Informasi ini menunjukkan adanya masalah. masalah yang dimaksud adalah masalah mengenai perbedaan respon dari peserta didik jaman dulu dengan peserta didik sekarang.

jaman sekarang.

3 P: Menurut Ibu penyebabnya apa, kira-kira?” G: Saya kok merasa mungkin karena pola pergaulan jaman sekarang.(MSL) Mereka sudah mulai terkontaminasi sama alat-alat elektronik, informasi-informasi di media-media yang kurang bertanggung jawab dan sebagainya itu.”(MSL) P: “Bukannya di sekolah ini dilarang membawa alat komunikasi ya, Bu? Jaman saya dulu kan gitu.(KON) G: “Ya masih berlaku aturan itu.(RES) Tetapi kalau dirumah kan kita sebagai guru di sekolah tidak mengetahui bagaimana mereka menggunakan alat-alat itu, apakah bertanggungjawab atau tidak.(MSL) Yang bisa kelihatan ya kalau di kelas, masih seneng asyik sendiri kalau dijelaskan.”(INF)

Guru mencoba menduga penyebab dari masalah yang terjadi pada peserta didik. Guru menjabarkan dugaannya mengenai penyebab masalah yang terjadi di kelas pembelajaran matematika. Guru menyebutkan dengan cukup yakin beberapa pemicu masalah tersebut.

Guru mampu menarik kesimpulan dari dugaannya. Dalam hal ini guru melakukan kebiasan Evaluating (K5A). Hal ini menunjukkan bahwa guru mencoba memahami dahulu keadaan kelas dengan menduga beberapa pemicu masalah, baru guru melakukan penilaian atas masalah yang ada. Guru membiasakan diri untuk memahami dahulu, baru menilai. Ini sesuai dengan kebiasaan K5.

4 P: “Apa mungkin metode, model, dan strategi pembelajaran di kelas yang membuat mereka kurang

Guru mencoba mengingat-ingat model pembelajarannya. Guru mengatakan tidak hafal

Pembicaraan ini mulai mengacu pada efektifitas metode, model, dan strategi pembelajaran yang di kelas.

nyaman? Pernah terpikir begitu, Bu?”

G: Kalau saya sudah menggunakan model pembelajaran yang bagus itu, kadang-kadang tidak tahu namanya, karena ada banyak itu, salah satunya yang saya ingat yang kooperatif itu. Itu yang saya pakai. Saya rasa itu efektif untuk mereka.”(MOPE)

dengan jenis-jenis model pembelajaran, satu yang diingat yaitu model kooperatif. Model tersebut yang guru rasa efektif untuk peserta didik.

Guru menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran ketika guru tahu bagaimana kondisi kelas dan peserta didiknya. (berkaitan dengan rumusan masalah yang diajukan peneliti pada Bab I mengenai pengaruh metode pembelajaran)

5 P: Pertimbangan menggunakan model kooperatif itu disesuaikan dengan respon siswa yang cenderung pasif, kurang bertanggung jawab ketika pembelajaran atau karena ada pertimbangan lainnya?” G: “Kebanyakan guru disini menggunakan model kooperatif (berkelompok) tersebut guna membangun karakter anak seperti toleransi, jujur, kreatif, peduli sosial, dan bersahabat.(PK) Dengan berkelompok selama pembelajaran guru bisa melatih anak untuk bertanggung jawab dengan meminta anak mengerjakan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas. Hal tersebut juga dilakukan untuk melatih anak percaya diri.”(PEMKAR) Peneliti mulai menanyakan alasan pemilihan model pembelajaran kepada guru. Respon guru sudah menyebutkan jawaban yang berkaitan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menitikberatkan adanya pendidikan karakter.

Guru memahami tanggung jawabnya untuk menerapkan pendidikan karakter pada pembelajarannya di kelas. Guru menyebutkan beberapa nilai-nilai pendidikan karakter.

(nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa Indonesia menurut Retno Listyarti (2012) pada teori yang tercantum di Bab II)

6 P: “Ada hasilnya, Bu?” G: “Ada beberapa yang sudah tercapai, tapi sulit sekali membuat mereka mau maju ke depan kelas. Rasa percaya dirinya mereka masih kurang sekali. Saya curiganya begini, mungkin

Guru memaparkan masalah yang belum bisa diselesaikan sekaligus melakukan penilaian atas keberhasilan penerapan metode pembelajaran.

Guru mencoba memahami kelemahan peserta didiknya lalu mengevaluasi metode yang dia terapkan di kelas. Ini menunjukkan kebiasaan 5 (K5) sudah dilakukan oleh guru.

karena faktor lingkungan.” P: “Hanya itu saja, Bu yang belum tercapai dari keseluruhan karakter yang sudah disebutkan?”

G: “Rasa-rasanya sejauh ini begitu.”

7 P: “Ibu tadi curiga faktor lingkungan, maksudnya bagaimana, Bu?”

G: “Maksudnya begini, kami ini kan berada di kawasan pegunungan. Biasanya kalau orang dari desa seperti ini agak kurang pede kan? Mereka cenderung malu meskipun sudah dirangsang dengan kata-kata penguatan misalnya ‘gak papa maju saja, salah tidak apa-apa’, tapi tetap tidak mau maju ke depan kelas.”

P: “Mungkin tidak mau maju ke depan karena tidak yakin dengan jawaban mereka?”

G: Wong mereka itu sebenarnya pintar kok, nilai mereka bagus-bagus kalau ulangan. Ketika mereka ikut lomba juga hasilnya jarang mengecewakan, kan saya juga kebetulan yang selalu ditunjuk mendampingi anak kalau mau olimpiade dan sebagainya itu.”

P: “Apakah mungkin faktor kebiasaan mereka ketika di rumah atau di lingkungan kali ya, Bu?”

G: Sepertinya begitu. Terbukti kan, misalnya seperti mbak Susi melanjutkan ke luar kota, pasti kelihatan kurang pede dibandingkan yang dari kota

Guru menjelaskan alasan dari kecurigaannya. Guru menjelaskan

permasalahan dengan baik. Guru meminta persetujuan atas pengalaman peneliti tentang ketidak percayaan diri yang dikarenakan oleh factor lingkungan. Guru mengakui kemampuan peserta didiknya dengan memberi keterangan tentang hasil penilaian ulangan peserta didik. Guru memahami kekurangan peserta didik dengan menunjukkan penguatan dengan mengajukan pertanyaan pada peneliti sebagai kerangka referensi dugaan guru tersebut.

Guru menganggap faktor lingkungan sebagai pemicu ketidak percayaan diri peserta didik dan guru memaklumi hal tersebut. Disamping itu, guru mengakui kemampuan peserta didiknya yang baik dan tidak mengecewakan. Ini sesuai dengan salah satu bagian dari teori (K4). Dalam hal ini (K4C) sudah dipenuhi oleh guru. Guru melakukan penialai dengan mengajukan pertanyaan dari kerangka referensi guru tersebut, ini sesuai dengan kebiasaan(K5B).

besar, mereka lebih pede kan?”

8 P: “Iya juga, Bu. Saya juga ketika awal-awal kuliah minder juga. Kalau di luar kelas bagaimana, Bu?” G: “Tingkah polah mereka ketika di luar kelas, sepengamatan saya ya begitu, santun, mencerminkan tingkah orang desa.”

P: “Karakter-karakter yang dikembangkan guru di kelas ada hasilnya, Bu?”

G: “Kalau menurut saya, sudah.”

P: “Untuk kali ini sepertinya cukup dulu wawancaranya, Bu. Saya lanjutkan besok ya, Bu. Nanti saya kabari seperti biasa.”

G: “Iya, mbak. Kabari saja.”

Guru mengajukan pertanyaan pada peneliti untuk meyakinkan dugaannya. Guru memberikan keterangan tentang pengamatannya terhadap peserta didik selama di luar kelas dengan nada yang cukup mantap. Tidak ada keterangan lanjutan seperti kritik terhadap tingkah peserta didik dan sebagainya.

Peneliti memperkuat dugaan guru mengenai krisis percaya diri pada peserta didik yang berasal dari daerah kecil. Guru melakukan penilaian tentang perilaku peserta didik di lur kelas. Dalam hal ini guru juga memperhatikan peserta didik ketika di luar kelas. Guru mampu melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri mengenai pengembangan karakter yang sudah dilakukannya ketika di kelas. Dalam pembicaraan ini, guru mengatakan pembangunan karakter yang dilakukan di kelas menghasilkan karakter yang baik pada peserta didik dan terlihat ketika di luar kelas.

9 P: Selamat siang Ibu, kemarin sudh dibicarakan mengenai pembangunan karakter pada peserta didik, nah misal dari sana saya menyimpulkan bahwa metode, model, dan strategi pembelajaran itu selain berpengaruh pada hasil pencapaian nilai peserta didik juga berpengaruh pada kebiasaan hidup peserta didik pada kehidupan sosialnya. Iya atau tidak, Ibu ?”

G: “Iya, ya jelas kalau dalam pembelajaran, kita membiasakan anak saling bekerja sama kemudian bisa tampil di depan umum, terus bisa saling berbagi, ya to, untuk anak-anak yang pandai

Peneliti memulai pembicaraan dengan mengingatkan kembali ringkasan pembicaraan pada wawancara sebelumnya. Guru menyetujui kesimpulan yang diajukan peneliti dan memberikan keterangan mengenai strategi pembelajaran dengan membiasakan peserta didik untuk tampil di depan kelas dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang sudah dibahas dengan kelompoknya. Guru mengkategorikan

kemampuan peserta didik dalam dua hal, yaitu pintar dan kurang pintar. Peserta

Dalam hal ini keputusan guru dalam menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran mempengaruhi penerapan pendidikan karakter di kelas.

Cara guru dengan mengkategorikan peserta didik dalam dua kategori menunjukkan bahwa guru melaksanakan (K4) dan (K4C).

Tanggung jawab diajarkan oleh guru dengan melakukan strategi pembelajaran yaitu membiasakan peserta didik tampil di depan kelas dalam menyampaikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru menerapkan pendidikan karakter dengan melatih peserta didik untuk

bisa menularkan ilmu pada temannya, terus anak yang kuran pintar juga mau bertanya kepada yang lebih pandai ya. Kemudian kalau yang pintar tadi sudah menguasai semua saya arahkan ke dia untuk mencari soal-soal sendiri, nanti kalau ada soal-soal yang dirasa sulit bisa ditanyakan kepada gurunya, jadi sebetulnya seperti pengayaan bagi yang sudah pintar ya bisa lebih dari yang lain gitu. Boleh misalnya peserta didik yang sudah menguasai bab-bab tertentu mempelajari bab-bab selanjutnya itu kalau sama saya gak apa-apa, maksud saya supaya mereka yang sudah pintar itu supaya jangan sama dengan yang standar-standar saja.”

P: Kalau hal tersebut, berarti melatih mereka untuk mandiri ya, Bu?”

G: “Iya.”

P: “Mencoba sesuatu yang baru secara mandiri ya, Bu?”

didik yang pintar tidak sering disuruh maju ke depan kelas, sedangkan peserta didik yang kurang pintar cenderung lebih sering disuruh maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil pekerjaan kelompoknya.

bertanggung jawab, berani, dan komunikatif selama bekerja di kelompok.

Dengan membiasakan bekerja dalam kelompok, kemudian mengerjakan di depan kelas, ini juga kebiasaan yang baik yang dilakukan guru, secara tidak langsung guru melatih peserta didik untuk bersinergi, terlebih ketika pekerjaan kelompok yang dikerjakan di depan kelas belum tepat. Pada saat itu peserta didik akan berunding dengan kelompoknya untuk menemukan solusi bersama. Ini sejalan dengan (K6).

10 P: ”Disini ada program akselerasi, Bu?”

G: “Tidak ada. Tapi ada yang anak kelas satu sudah mempelajari pelajaran kelas dua, itu ada. Mereka sering nanya bagaimana caranya menyelesaikan soal yang kelas dua itu, saya senang kalau seperti itu. Jadi mereka sudah bisa lanjut terus tidak perlu mundur ke materi sebelumnya. Kalau jaman dulu-dulu itu bisa, tetapi sekarang ini kok belum ada

Sebelum menjawab pertanyaan, guru mencoba mengingat-ingat prestasi alumninya yang bagus dalam pembelajaran matematika. Guru dengan nada kecewa mengungkapkan kondisi pembelajaran matematika saat ini yang tidak bisa seperti dulu. Guru mengatakan

kekecewaannya karena peserta didiknya tidak mau melakukan eksplorasi

Dalam hal ini sebenarnya guru bermaksud melaksanakan (K7), namun merasa kecewa karena ternyata tidak sesuai dengan harapan. Kendati begitu guru tetap mengatakan bahwa peserta didiknya bukan tidak percaya diri, namun belum sepenuhnya percaya diri sepenuhnya. Guru tetap memiliki harapan pada peserta didiknya yang dia yakini memiliki potensi, kedepan memiliki tingkat

yang seperti itu lagi.”

P: Yang seperti itu angkatan tahun berapa, Bu?” G: “Angkatan berapa ya, yang ada Eri Badriyah, itu mereka bisa jalan sistem seperti itu.”

P: ‘Oh itu angkatan kakak kelas saya, Bu. Dua tahun diatas saya.”

G: “Untuk yang sekarang ini kok gak bisa ya seperti itu lagi.”

P: “Oh kalau setahu saya Bu, mbak Eri Badriyah itu kan les di luar sama Ibu Siti Fauzanah yang memang sistemnya ngebut seperti itu. Oh iya Bu, kemarin sudah disampaikan mengenai kecenderungan peserta didik di lingkungan yang seperti ini, di pedesaan seperti ini, itu kan mempengaruhi minat belajar peserta didik, seperti tidak percaya diri, apakah hal tersebut mempengaruhi tingkat pemahaman mereka dalam pembelajaran matematika?”

G; “Bukan tidak percaya diri, hanya belum percaya diri. Kalau dalam pemahaman tidak mempengaruhi. Mereka cenderung bisa sebenarnya, hanya saja untuk melatih kemandiriannya itu yang kurang, misalnya seperti mencari soal-soal di luar dari yang saya sampaikan, itu yang susah. Hanya mengerjakan PR dari saya saja, tidak mengeksplor dari perpustakaan dan sebagainya.”

diri seperti peserta didiknya jaman dahulu. Guru masih mengingat prestasi peserta didiknya seperti Eri Badriyah yang notabene adalah lulusan tahun 2008.

percaya diri yang lebih dibandingkan yang sekarang. Guru menghargai prestasi peserta didik. Sikap seperti ini yang memang harus dibangun oleh pendidik aar ketika guru menjadi pendidik di kelas, guru mampu menghargai prestasi peserta didik. Hal seperti itu biasanya mampu memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk menghargai prestasi orang lain juga. Bapak Anies Baswedan dalam (detikcom: 28 Oktober 2014) mengatakan bahwa karakter dibentuk melalui teladan, salah satunya adalah teladan dari guru.

11 P: Oh berarti kurang eksplorasi dan kurang ada greget dari dalam diri sendiri ya, Bu? Atau mungkin karena sistem pembelajarannya, Bu? Mungkin perlu merubah strategi?”

G: “Strateginya saya sejauh ini, sebetulnya sudah saya tekankan, kalau sudah merasa bisa dan sudah menguasai, mengerjakan PR itu kan sebetulnya hanya pengayaan, nah saya suruh mereka kalau sudah menguasai itu semua kalau bisa carilah sumber yang lain di internet atau di buku soal-soal yang lain. Sebetulnya sudah saya tekankan itu, tetapi kok belum jalan ya. Malah, bertanya di kelas saja tidak seperti dulu, kalau dulu kan sering, kadang-kadang saya dicegat di luar kelas dan ditanya soal ini cara mengerjakannya bagaimana itu saya senang dan tidak masalah walaupun di luar jam pelajaran.”

P: “Kalau sekarang tidak terjadi lagi hal seperti itu?” G: “Iya, belum ada lagi.” P: “Ada rencana untuk menekankan itu lagi, Bu?” G: “Iya, iya, ada. Saya itu sampai bilang kalau gak bisa itu mbok tolong tanya saya, dimanapun saya ditanya saya mau. Maksud saya mereka yang bertanya, bukan saya yang meminta mereka gitu. Soalnya kalau saya yang minta berarti bukan inisiatif mereka sendiri.”

Peneliti meminta guru untuk melakukan evaluasi dengan menanyakan kemungkinan kesalahan sistem pembelajaran. Hal itu direspon guru dengan penyangkalan halus. Guru menjelaskan bahwa guru selalu menekankan pada peserta didik untuk mengeksplorasi diri lebih. Salah satunya dengan membuka diri untuk ditanya mengenai pembelajaran matematika meskipun tidak di dalam kelas.

Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih mengeksplor diri, salah satu caranya adalah dengan memberi ijin pada peserta didik untuk bertanya mengenai soal-soal matematika meskipun di luar jam pelajaran. Guru memberi kebebasan kepada pesert didik untuk mendapatkan materi yang lebih lengkap melalui sumber manapun.

Dalam hal ini guru sedang melaksanakan tujuan pembelajaran matematika yang disampaikan oleh Depdiknas yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dengan melakukan kegiatan eksplorasi. (teori pada bab II)

Guru menginginkan peserta didik untuk memiliki nilai-nilai pendidikan karakter seperti kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu, kerja keras, dan mandiri.

12 P: Lalu dalam pembelajaran di dalam kelas, kebiasaan apa saja yang diajarkan selain mandiri, kerjasama, dan sebagainya kemarin itu?”

G: Kejujuran yang jelas. Misalnya kalau pas ulangan harian yang bentuknya uraian kan jarang sekali yang bisa nyontek, kalaupun nyontek pasti ketahuan. Kelihatan pada jawaban yang sama persis.”

P: Ulangannya dalam bentukclosed bookya, Bu?” G: “Iya closed book, jarang open book.”

P: “Kenapa closed book, Bu?”

G: “Dengan closed book itu berarti saya bisa mengetahui pemahamannya sudah sampai sejauh mana gitu to. Saya belum menerapkan yang open book, soalnya kalau closed book kan soalnya hanya mengulangi yang sudah pernah diberikan. Sekarang ini hanya sebatas itu saja, apa yang saya sampaikan di kelas, ya itu yang saya jadikan bahan ulangan. Kalau dulu saya pernah berekspansi, jarang yang sudah saya sampaikan kemudian saya keluarkan ketika ulangan, kalau dulu saya pasti pakai soal yang lain lagi. Ya kan? Untuk yang sesulit itu sudah saya turunkan grade-nya untuk saat ini.”

Guru terlihat semakin yakin dalam menjawab pertanyaan bagian ini. Ini terlihat dari ekspresi mukanya yang tenang dalam menjawab pertanyaan bagian ini. Strategi yang dilakukan guru ini memiliki tujuan untuk memnbangun karakter yang baik pada peserta didik. Guru memberikan ulangan dengan bentuk uraian dan diketahui jarang yang bisa mencontek ketika ulangan. Ini berdasarkan pengalaman mengajar guru ini.

Strategi yang dilakukan guru ini selain bertujuan mengajarkan karakter yang baik, juga memiliki tujuan agar peserta didik memahami materi yang sudah diajarkan.

Nilai-nilai pendidikan karakter seperti kejujuran tercantum dalam bab II. Strategi guru ketika ulangan dengan closed book melatih peserta didik untuk kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dengan mengembangkan jawaban soal dari menduga-duga dan mencoba-coba. Dari situ dapat dilihat kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang berupa soal-soal ulangan tersebut. (tujuan pembelajaran menurut Depdiknas)

13 P: Masih menggunakan lembaran-lembaran

ringkasan seperti dulu yang

Peneliti menanyakan kebiasaan guru memberikan materi

Dapat dilihat dari keterangan yang disampaikan guru bahwa kebiasaan-kebiasaan

Ibu ringkas sendiri itu, Bu?” G: “Kadang masih saya pakai, soalnya saya bisa meringkas dari banyak materi pada banyak pertemuan, jadi dari banyak pertemuan bisa diringkas menjadi sedikit pertemuan. Mempertimbangkan

waktunya saja, memungkinkan atau tidak.” P: Terus kebiasaan-kebiasaan yang baik seperti itu, Bu, menurut Ibu itu

Dokumen terkait