• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBASIS MSY

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis model input-output (I-O)

Analisis Input-output merupakan suatu tehnik perencanaan yang diperkenalkan oleh Prof. Wassily W. Leontief pada tahun 1951 (Nasution, 1996). Tehnik ini antara lain digunakan untuk menganalisis keadaan perekonomian wilayah secara komprehensif dalam suatu periode tertentu dengan melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Model ini memperlihatkan keseimbangan secara keseluruhan, bukan keseimbangan satu proses produksi saja, dimana sebagian output suatu kegiatan digunakan sebagai input bagi kegiatan lainnya. Untuk mengurangi

kompleksitasnya, model disajikan dalam bentuk tabel yang memberikan informasi tentang transaksi barang dan jasa antar satuan ekonomi untuk satu periode tertentu.

Dalam penelitian ini, kajian peran sektor perikanan secara nasional didasarkan pada olahan hasil analisis penentuan sektor prioritas di kelautan dan Perikanan di Indonesia oleh Resosudarmo et al.(2001). Kajian peran sektor perikanan laut terhadap

perekonomian di tingkat Kabupaten Buton didasarkan pada hasil olahan Tabel

Input-Output Kabupaten Buton tahun 1994. Tabel Input-Output Kabupaten Buton tahun 1994 ini merupakan hasil survey lapangan langsung yang dilaksanakan oleh Kantor Statistik

Kabupaten Buton. Selanjutnya kajian peran sektor perikanan terhadap perekonomian di

wilayah penelitian, didasarkan pada olahan dari buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Buton Tahun 2003 yang merupakan hasil survei langsung di Kabupaten Buton .

Model I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (Biro Pusat Statistik, 1995). Sebagai model kuantitatif, tabel I-O mampu memberi gambaran menyeluruh tentang: (1) struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing

kegiatan ekonomi di suatu daerah, (2) struktur input antara (intermediate input), yaitu

penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah, (3) struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor, dan (4) struktur permintaan barang-barang dan jasa, baik

permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Dari analisis I-O dapat diketahui beberapa indikator ekonomi antara lain :

(1)Multiplier pendapatan

Untuk mengetahui perubahan tingkat pendapatan apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir.

(2) Multiplier Nilai Tambah Bruto

Untuk mengetahui berapa besar perubahan pada NTB apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir.

(3) Multiplier Tenaga Kerja

Untuk mengetahui berapa besar perubahan tenaga kerja apabila terjadi perubahan pada permintaan akhir.

(4) Keterkaitan Sektor Perekonomian

Keterkaitan ekonomi meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan

keterkaitan ke depan (forward linkages). Backward linkages menunjukkan

hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian input yang digunakan untuk

proses produksi. Forward linkages menunjukkan hubungan keterkaitan antar

sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan. Keterkaitan langsung antara sektor di dalam suatu perekonomian ditunjukkan

oleh koefisien teknis (direct input) sedangkan keterkaitan langsung dan tidak

langsung ditunjukkan oleh elemen matriks kebalikan leontif atau multiplier output itu sendiri.

(5) Keterkaitan Langsung Ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Bila nilainya lebih besar dari satu menunjukkan bahwa output dan sektor tersebut secara relatief lebih banyak digunakan oleh sektor-sektor lain sebagai input. Hal ini berarti sektor terebut

dapat menimbulkan derived supply yang besar.

(6) Keterkaitan Langsung Ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total, atau suatu sektor menunjukkan berapa banyak input yang berasal dari produksi berbagai sektor yang dipakai oleh sektor dalam proses produksi.Bila nilainya lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kaitan yang kuat. Artinya banyak mempengaruhi

pertumbuhan sektor-sektor lain dalam derived demand yang ditimbulkan oleh

sektor ini.

(7) Indeks Daya Penyebaran

Daya Penyebaran (DP) memperlihatkan tingkat pengaruh permintaan produk sektor tertentu terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Semakin tinggi DP berarti semakin tinggi pengaruh permintaan sektor tersebut terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya.

(8) Indeks Derajat Kepekaan

Derajat Kepekaan (DK) adalah tingkat pengaruh permintaan sektor lainnya terhadap pertumbuhan sektor tertentu. Semakin tinggi DK berarti semakin tinggi pula pengaruh permintaan sektor-sektor lain terhadap pertumbuhan sektor tertentu. Dari DP dan DK dapat dihasilkan indek DP dan indek DK yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menentukan sektor-sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah.

4.3.2 Analisis potensi sumberdaya ikan (1). Standardisasi Alat Tangkap

Standardisasi alat tangkap dalam rangka menghitung potensi sumberdaya ikan penting dilakukan mengingat Indonesia memiliki multi species dan multi gear. Menurut Gulland (19983) yang diacu dalam Sultan (2004) bahwa jika di suatu perairan terdapat berbagai jenis alat (multi gear) maka salah satu alat tangkap dapat dipakai sebagai alat tangkap standar. Alat tangkap lainnya dapat distandarisasikan terhadap alat tangkap yang telah dipilih sebagai alat tangkap standar tersebut. Alat tangkap yang dtetapkan sebagai alat tangkap standar dipilih dari alat tangkap yang mempunyai produktivitas

yang paling tinggi. Alat tangkap tersebut diberi nilai FPI (Fishing Power Index) = 1.

Adapun langkah-langkah menstandarisasi alat tangkap sebagai berikut:

1). Menghitung produktivitas masing-masing alat dengan membagi total produksi ikan pada tahun ke-n dengan jumlah alat pada tahun ke-n tersebut.

2). Menghitung FPI alat tangkap lain dengan membagi produktivitas (CPUE) masing-masing alat tangkap tersebut terhadap produktivitas (CPUE) alat yang paling tinggi (alat tangkap standar) .

3). Menghitung FPI masing-masing alat tangkap yang telah distandarisasi dengan mengalikan jumlah alat tangkap yang ada dengan FPI alat tersebut.

(2). Metode Perhitungan Upaya Tangkap Optimum dan MSY

Upaya tangkap optimum (fopt) dan Maksimum Sustainable Yield (MSY) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan Schaefer. Upaya optimum (fopt) dihitung

dengan menggunakan persamaan fopt = a/2b, Maksimum Sustanaible Yield (MSY)

dihitung dengan perasamaan MSY = a2/4b; dimana a adalah intersep dan b adalah

slope pada persamaan regresi liner.

Persamaan Schaefer ini sering digunakan untuk menghitung MSY dan Upaya

tangkap optimum (fopt) karena perhitungan menggunakan persamaan Schaefer sederhana,

mudah dan hasilnya mudah dimengerti oleh siapa saja termasuk para penentu kebijakan (Ghofar , 2003).

Langkah-langkah menghitung CPUE dengan menggunakan rumus metode Schaefer sebagai berikut :

1. Membuat tabel data catch (c) dan upaya tangkap yang telah distandarisasi (Eff)

serta menghitung CPUE.

2. Memasukan nilai CPUE ( Y ) terhadap nilai Effort ( X ) yang bersangkutan dan

menghitung intercept a dan gradien b dengan menggunakan teknik linier berikut:

n (∑XY) – (∑X) (∑Y) b = n (∑ (X2)) – (∑X)2 (∑X) (∑X2) – (∑X) (∑XY) a = n (∑ (X2)) – (∑X)2

3. Menghitung fopt dengan Persamaan fopt = a/2b

4. Menghitung Maximum Sustainable Yield (MSY) dengan persamaan MSY = a2/4b