• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis

4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) digunakan untuk menghitung kegiatan ekonomi di wilayah studi (Kabupaten/Kota) dalam perbandingan dengan daerah referensi (Provinsi) (Maulana Yusuf, 1999:222).

Rumus Model Rasio Pertumbuhan (MRP) : a.

)

(

/

)

(

/

t

E

E

t

E

E

RPs

ir ir ij ij

D

D

=

...(3.11) b. ) ( / ) ( / Pr t E E t E Eir R r r ir D D = ...(3.12) Dimana :

RPs = Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi RPr = Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi

ij

E

D = Perubahan PDRB sektor i di wilayah studi pada periode t dan t+n.

r

E

D =Perubahan PDRB di wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian

ir

E

D =Perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal dan akhir

tahun penelitian

ij

E = PDRB sektor i di wilayah studi pada awal tahun penelitian

r

E = PDRB di wilayah referensi pada awal tahun penelitian

ir

Jika RPs > 1, maka RPs dikatakan (+), berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi lebih besar dari laju pertumbuhan sektor tersebut di wilayah referensi. Demikian juga sebaliknya.

Dari hasil analisis MRP dengan melihat nilai RPr dan RPs akan diklasifikasikan sektor-sektor ekonomi dalam empat klasifikasi, yaitu: a. Nilai RPr (+) dan RPs (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat

wilayah referensi (Provinsi Jawa Tengah) dan tingkat wilayah studi (Kabupaten Magelang) memiliki pertumbuhan yang menonjol.

b. Nilai RPr (+) dan RPs (-) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat wilayah referensi (Provinsi Jawa Tengah) memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi tingkat wilayah studi (Kabupaten Magelang) kurang menonjol.

c. Nilai RPr (-) dan RPs (+) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat wilayah referensi (Provinsi Jawa Tengah) memiliki pertumbuhan yang kurang menonjol, tetapi ditingkat wilayah studi (Kabupaten Magelang) pertumbuhan yang menonjol.

d. Nilai RPr (-) dan RPs (-) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat wilayah referensi (Provinsi Jawa Tengah) maupun tingkat wilayah studi (Kabupaten Magelang) memiliki pertumbuhan yang rendah. 5. Analisis Overlay

Analisis overlay ini dimaksudkan untuk dapat melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Teknik analisis yang dilakukan dengan cara

menggabungkan hasil perhitungan dengan metode MRP dan hasil perhitungan metode LQ, sehingga akan diperoleh hasil yang mewakili kriteria pertumbuhan (MRP) dan kriteria kontribusi (LQ). Nilai perhitungannya baik MRP maupun LQ jika >1 diberi tanda (+), sedangkan untuk nilai < 1 diberi tanda (-). Terdapat 4 (empat) kemungkinan dalam analisis Overlay, yaitu (Maulana Yusuf, 1999:229):

a. Apabila Pertumbuhan (MRP) (+) dan kontribusi (LQ) (+), berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang unggul karena mempunyai tingkat pertumbuhan dan tingkat kontribusi yang tinggi. Sektor ini layak mendapatkan prioritas dalam pembangunan.

b. Apabila Pertumbuhan (MRP) (+) dan kontribusi (LQ) (-), berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial karena walaupun kontribusinya rendah tetapi tingkat pertumbuhannya tinggi. Sektor ini sedang mengalami perkembangan yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kontribusinya dalam pembentukan PDRB.

c. Apabila Pertumbuhan (MRP) (-) dan kontribusi (LQ) (+), berarti bahwa sektor tersebut masih merupakan sektor yang unggul namun ada kecenderungan menurun karena walaupun kontribusinya tinggi tetapi pertumbuhannya rendah. Sektor ini menunjukkan sedang mengalami penurunan,sehingga perlu dipacu pertumbuhannya.

pertumbuhan maupun dari segi kontribusi.. sehingga tidak layak menjadi prioritas dalam pembangunan.

6. Uji Beda Dua Mean

Analisis beda dua mean digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara masa sebelum dan selama diterapkannya otonomi daerah, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Djarwanto PS, 1993: 173-211) :

a. H o : m1 = m2

Jika terdapat perbedaan antara masa sebelum dan selama diterapkannya otonomi daerah.

2 1 1 :m ¹ m

H

Jika terdapat perbedaan antara masa sebelum dan selama diterapkannya otonomi daerah.

b. Menentukan level of significance (a )

c. Rule of test : d. Perhitungan nilai t : ... ... D D = å (3.1) -t(a /2;n -1) t (a /2;n -1)

... 1 ) ( 2 -= å n D D SD (3.2) Maka : n SD D t / = ...(3.3) Dimana : =

D Mean dari harga D1 / harga setiap pasang nilai.

SD = Standar deviasi dari harga-harga D1 / harga perbedaan setiap pasang nilai.

n = Banyaknya pasangan nilai. e. Kesimpulan Ho diterima atau ditolak.

Jika Hoditerima berarti tidak terdapat perbedaan antara masa sebelum

dan selama diterapkannya otonomi daera, sedangkan jikaHoditolak

maka H1 diterima berarti perbedaan antara masa sebelum dan selama diterapkannya otonomi daerah.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini diawali dengan gambaran umum atau profil dari daerah yang dijadikan obyek penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, aspek demografi, dan aspek ekonomi. Kemudian pada bagian selanjutnya adalah hasil analisis dari data-data yang dikumpulkan dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografis

Kabupaten Magelang sebagai suatu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, terletak diantara 110 001'51" dan 110 026'58" Bujur Timur dan antara 7019'13" dan 0 ' "

16 42

7 Lintang Selatan.

Batas-batas wilayah Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang b. Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali c. Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan DI. Yogyakarta

d. Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo e. Di Tengah : Kota Magelang

Secara administratif, Kabupaten Magelang dibagi menjadi 21 kecamatan dan terdiri dari 372 desa/kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Magelang tercatat sekitar 108.573 ha atau sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah.

Secara topografi dan fisiologi Kabupaten Magelang berupa dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, dan gunung-gunung. Terdapat pula gunung berapi yang masih aktif dan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah.

Menurut ketinggian Kabupaten Magelang berada diantara 200m sampai 1.378m dari permukaan laut. Ketinggian tersebut terbagi menjadi : a. 200m – 500m : 57,20%

b. 501m – 1000m : 38,10% c. 1001m – 1500m : 4,70%

d. >1500m : 0%

Daerah tertinggi terletak di kecamatan Ngablak dengan ketinggian 1.378 meter dan terendah kecamatan Ngluwar dengan ketinggian 200 meter. Dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang tergolong daerah panas, sebesar 57,20 persen, daerah sedang sebesar 38,10 persen serta daerah sejuk sebesar 4,70 persen. Kondisi daerah di Kabupaten Magelang yang sebagian besar berupa daerah panas dengan keadaan tanah yang subur, maka tanaman yang cocok ditanam di daerah tersebut berupa jenis padi-padian, tebu. Sedangkan untuk daerah yang tergolong daerah yang sedang dan sejuk, cocok ditanami jenis tembakau, kopi, sayuran dan teh.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, jumlah penduduk Kabupaten Magelang pada tahun 2008 sebesar 1.204.974 jiwa dengan luas wilayah 1085,73 km2, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 mencapai 1.109 jiwa per km2. Komposisi penduduk di kabupaten Magelang pada tahun 2008 terdiri dari laki-laki sebesar 602.275 jiwa atau 49,98 persen dan perempuan sebesar 602.699 jiwa atau 50,01 persen. Gambaran tentang jumlah penduduk, kepadatan penduduk dapat dilihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Magelang Tahun 1998-2008

Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

Kepadatan (Jiwa/km2) Pertumbuhan Penduduk (%) 1998 535.142 545.358 1080.500 995 - 1999 542.031 552.044 1094.075 1.008 1,24 2000 550.068 550.844 1100.912 1.014 0,62 2001 558.231 555.016 1113.247 1.025 1,11 2002 563.085 560.852 1123.937 1.035 0,95 2003 573.180 573.937 1147.117 1.057 2,02 2004 578.463 579.252 1157.715 1.066 0,92 2005 583.871 584.686 1168.557 1.076 0,93 2006 590.028 589.839 1179.867 1.087 0,96 2007 591.898 597.064 1188.962 1.095 0,76 2008 602.275 602.699 1204.974 1.111 1,33

Sumber : Kab.Magelang Dalam Angka 1998-2008

Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang pada tahun 2008, penduduk terpadat berada di kecamatan Muntilan yang mencapai 2.560 jiwa per km2dengan jumlah penduduk sebesar 73.241

kecamatan Kajoran dengan kepadatan penduduk 673 jiwa perkm2dengan jumlah penduduk sebesar 56.107 jiwa. Gambaran jumlah penduduk, luas daerah dan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel 4.2

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Kepadatan

Penduduk

Menurut Kecamatan di Kabupaten Magelang

No Kecamatan Luas Daerah(Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1 Salaman 68,87 68.790 999 2 Borobudur 54,55 56.149 1.029 3 Ngluwar 22,44 29.922 1.333 4 Salaman 31,63 43.759 1.383 5 Srumbung 53,18 44.916 845 6 Dukun 53,40 43.610 817 7 Muntilan 28,61 73.241 2.560 8 Mungkid 37,40 68.451 1.830 9 Sawangan 72,37 56.810 785 10 Candimulyo 46,95 47.470 1.011 11 Mertoyudan 45,35 96.450 2.127 12 Tempuran 49,04 47.205 963 13 Kajoran 83,41 56.107 673 14 Kaliangkrik 57,34 56.572 987 15 Bandongan 45,79 55.953 1.222 16 Windusari 61,65 50.463 819 17 Secang 47,34 74.961 1.583 18 Tegalrejo 35,89 51.563 1.437 19 Pakis 69,56 55.406 797 20 Grabag 77,16 86.460 1.121 21 Ngablak 43,80 40.716 930

Sumber : Kab.Magelang Dalam Angka 2008

Dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Magelang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan serta tingkat kepadatan penduduk di masing-masing

penduduk yang sedikit. Dan sebaliknya wilayah yang sempit mempunyai penduduk dengan jumlah yang besar.

b. Ketenaga Kerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang dapat menyumbang dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi daerah. Gambaran persentase penduduk Kabupaten Magelang menurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Persentase Penduduk Kabupaten Magelang Berusia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008

Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin L+P

Laki-laki Perempuan

Pertanian 40,98 43,06 41,87

Pertambangan dan Penggalian 0,88 0,30 0,64

Industri Pengolahan 11,70 14,01 12,67

Listrik, Gas, dan Air Minum 0,11 0,00 0,06

Bangunan 10,91 0,20 6,38

Perdagangan, Restoran dan Hotel 11,91 26,47 18,07

Angkutan dan Komunikasi 7,05 0,30 4,19

Keuangan 1,15 0,41 0,84

Jasa 14,61 14,65 14,62

Lainnya 0,70 0,60 0,66

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : Kab.Magelang Dalam Angka 2008

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang mendefinisikan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.

Dilihat dari mata pencahariannya, sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten Magelang masih bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 41,87 persen dari jumlah penduduk yang bekerja, diikuti sektor perdagangan dan hotel yaitu sebesar 18,07 persen, sektor jasa sebesar 14,62 persen, sektor industri sebesar 12,67 persen, sektor konstruksi sebesar 6,38 persen, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 4,19 persen, sektor keuangan sebesar 0,84 persen, sektor lainnya sebesar 0,66 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,64 persen dan sektor listrik, gas, dan air sebesar 0,06 persen. Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa pemerataan tingkat tenaga kerja Kabupaten Magelang pada tahun 2008 baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan belum dapat secara menyeluruh merata di tiap-tiap sektor.

3. Luas Lahan Menurut Penggunaan

Luas lahan menurut penggunaanya di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Magelang Tahun 2008 Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Lahan Sawah a. Irigasi Teknis 6.624 6,10

b. Irigasi setengah teknis 5.412 4,98

c. Irigasi sederhana 8.667 7,98

d. Irigasi desa non PU 8.268 7,62

e. Tadah hujan 8.261 7,61

Jumlah lahan sawah 37.232 34,29

c. Ditanami pohon/hutan rakyat 2.919 2,69

d. Kolam/Tebet/Empang 145 0,13

e. Padang pengembalaan/rumput 2 0,00

f. Lainnya(pekarangan yang ditanami tanaman

pertanian,dll) 2.661 2,45

Jumlah lahan bukan sawah 42.209 38,88

Lahan Bukan Pertanian

a. Rumah, bangunan, dan halaman sekitarnya 17.024 15,68

b. Hutan negara 7.874 7,25

c. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus dll) 4.234 3,90

Jumlah lahan bukan pertanian 29.132 26,83

Sumber: Kab. Magelang Dalam Angka 2008

a. Lahan Sawah

Di Kabupaten Magelang penggunaan lahan sawah secara keseluruhan seluas 37.232 Ha atau 34,29 persen dari luas lahan keseluruhan. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis seluas 6.624 Ha atau 6,10 persen dari luas keseluruhan lahan sawah, irigasi setengah teknis seluas 5.412 Ha atau 4,98 persen dari luas keseluruhan lahan sawah, irigasi sederhana seluas 8.667 atau 7,98 persen dari luas keseluruhan lahan sawah, irigasi desa non PU seluas 8.268 atau 7,62 persen dari luas keseluruhan lahan sawah, serta tadah hujan seluas 8.261 atau 7,61 persen dari luas keseluruhan lahan sawah.

b. Lahan Bukan Sawah

Penggunaan lahan bukan sawah secara keseluruhan seluas 42.209 Ha atau 38,88 persen dari luas lahan keseluruhan. Lahan bukan sawah terdiri dari tegal kebun seluas 36.248 Ha atau 33,39 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah, perkebunan seluas 234 Ha atau 0,22 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah, ditanami pohon/hutan

rakyat seluas 2.919 Ha atau 2,69 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah, kolam/tebet/empang seluas 145 Ha atau 0,13 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah, padang pengembalaan/rumput seluas 2 Ha atau 0,00 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah, serta lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian,dll) seluas 2.661 Ha atau 2,45 persen dari luas keseluruhan lahan bukan sawah. c. Lahan Bukan Pertanian

Penggunaan lahan bukan pertanian secara keseluruhan seluas 29.132 Ha atau 26,83 persen dari luas lahan keseluruhan. Lahan bukan pertanian terdiri dari rumah/bangunan/halaman sekitarnya seluas 17.024 Ha atau 15,68 persen dari luas keseluruhan lahan bukan pertanian, hutan negara seluas 7.874 Ha atau 7,25 persen dari luas keseluruhan lahan bukan pertanian, serta lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus dll) seluas 4.234 Ha atau 3,90 persen dari luas keseluruhan lahan bukan pertanian.

Luas lahan menurut penggunaannya tersebut dapat kita lihat bahwa penggunaan lahan paling luas di Kabupaten Magelang adalah penggunaan lahan bukan sawah yaitu seluas 42.209 Ha dari luas penggunaan lahan secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magelang yang kondisi daerahnya merupakan daerah panas dengan keadaan tanah yang relatif subur banyak digunakan untuk produktivitas pertanian dan Kabupaten Magelang telah memanfaatkan

4. Profil Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi daerah dihitung dari pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan. Penggunaan harga konstan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh kenaikan harga, sehingga dapat benar-benar menunjukkan kenaikan kemampuan daerah dalam menghasilkan barang dan jasa. Untuk melihat kondisi perekonomian Kabupaten Magelang dapat dilihat dari kajian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.

Tabel 4.5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Kabupaten Magelang Tahun 1998-2000 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Magelang Tahun 2001-2008

Tahun Nilai PDRB Pertumbuhan

(%) 1998 1.002.789,27 - 1999 1.019.215,60 2,84 2000 1.054.929,25 3,50 2001 2.752.751,80 3,91 2002 2.867.361,54 4,11

2003 2.982.476,09 4,16 2004 3.102.727,38 4,03 2005 3.245.978,81 4,62 2006 3.405.409,22 4,91 2007 3.582.647,65 5,20 2008 3.761.388,59 4,99

Sumber : Magelang Dalam Angka 1998-2008.Diolah

Perbaikan ekonomi di Kabupaten Magelang mulai membaik pada tahun 1999 hingga 2008. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Magelang yaitu sebesar 4,99 persen. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi Kabupaten Magelang selama diterapkannya otonomi daerah yang berorientasi pada pengoptimalan potensi-potensi yang ada dapat mulai terlihat dengan adanya peningkatan nilai PDRB.

b. Pertumbuhan PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Sektoral

1) Pertumbuhan PDRB Per Kapita

PDRB Per kapita merupakan salah satu indikator produktifitas penduduk, dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. PDRB Per Kapita ini juga digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah.

Pertumbuhan nilai PDRB per kapita Kabupaten Magelang pada tahun 1998 sampai tahun 2000 secara rata-rata mengalami kenaikan pertumbuhan. Pada kurun waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 nilai PDRB per kapita cenderung mengalami peningkatan. Pertumbuhan PDRB Per Kapita di Kabupaten Magelang pada tahun 2008 yaitu mencapai 4,44 persen. Berikut gambaran pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Magelang selama kurun waktu 1998 sampai 2008 pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Kabupaten Magelang Tahun 1998-2000 dan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Magelang Tahun 2001-2008

Tahun PDRB Per Kapita Pertumbuhan (%)

1998 933.727,08 -

1999 937.959,25 1,64

2000 958.795,61 3,18

2001 2.483.520,76 3,28

2003 2.647.801,88 3,42 2004 2.679.229,60 3,50 2005 2.775.166,30 3,59 2006 2.887.185,78 4,04 2007 3.021.263,63 4,15 2008 3.145.576,03 4,44

Sumber : Magelang Dalam Angka 1998-2008.Diolah

2) Pertumbuhan Sektoral

Kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB pada tahun 1998-2008 dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.

Tabel. 4.7. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Kabupaten Magelang Tahun 1998-2000.

Lapangan Usaha 1998 1999 2000

1. Pertanian 34,26 32,71 31,52

1.1. Tanaman Bahan Makanan 27,30 24,77 23,37

1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat 2,11 1,83 2,28 1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,69 4,11 3,90

1.4. Kehutanan 1,55 1,35 1,32

1.5. Perikanan 0,60 0,66 0,65

2. Pertambangan dan Penggalian 2,24 2,38 2,41

3. Industri Pengolahan 19,81 20,16 20,13

4. Listrik, Gas, dan Air Minum 0,47 0,51 0,56

5. Bangunan/Konstruksi 5,10 4,85 5,21

6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 14,56 14,48 14,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,48 6,91 6,95

Sumber : Kab.Magelang Dalam Angka 1998-2000. Diolah

Berdasarkan sumbangan dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang dominan dalam menggerakkan perekonomian Kabupaten Magelang selama kurun waktu tahun 1998-2008. Sektor-sektor lain yang kontribusinya cukup besar pada Kabupaten Magelang selama kurun waktu tersebut yaitu sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Kontribusi sektor-sektor ekonomi untuk tahun 2008 didominasi oleh sektor pertanian dengan sumbangannya mencapai sebesar 28,91 persen, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,02 persen, sektor jasa-jasa sebesar 17,17 persen, sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 14,73 persen, sektor bangunan/kontruksi sebesar 8,70 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,53 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 2,77 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,65 persen dan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,52 persen. Terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup berarti sebesar 28,91 persen lebih rendah dari kontribusi pada tahun 2007 yaitu sebesar 29,52 persen. Sedangkan sektor yang mengalami peningkatan yang signifikan adalah sektor jasa-jasa sebesar 17,17 persen lebih tinggi dari kontribusi pada tahun 2007 yaitu sebesar 16,50 persen.

Tabel. 4.8. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Magelang Tahun 2001-2008

Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 30,56 30,31 28,43 31,80 31,05 30,30 29,52 28,91

1.1. Tanaman Bahan Makanan 22,72 22,39 20,68 23,63 23,14 22,60 22,05 21,86

1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat 2,24 2,26 2,34 2,29 2,22 2,15 2,09 1,80

1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,64 3,75 3,61 3,43 3,34 3,28 3,22 3,16

1.4. Kehutanan 1,29 1,29 1,19 1,80 1,73 1,67 1,57 1,50

1.5. Perikanan 0,67 0,61 0,61 0,65 0,62 0,60 0,59 0,59

2. Pertambangan dan Penggalian 2,41 2,41 2,42 2,35 2,40 2,47 2,58 2,65

3. Industri Pengolahan 20,28 20,10 20,17 19,29 19,25 19,20 19,13 19,02

4. Listrik, Gas, dan Air Minum 0,57 0,60 0,66 0,52 0,53 0,53 0,54 0,52

5. Bangunan/Konstruksi 5,36 5,45 5,77 7,85 8,12 8,36 8,61 8,70

6. Perdagangan, Restoran dan

Hotel 14,53 14,49 14,36 15,04 14,98 14,88 14,80 14,73

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,02 6,97 7,00 5,49 5,50 5,52 5,52 5,53

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 3,90 3,81 3,73 2,93 2,88 2,84 2,80 2,77

9. Jasa-jasa 15,37 15,86 17,45 14,73 15,29 15,90 16,50 17,17

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Kab. Magelang Dalam Angka 2001-2008.Diolah

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Untuk mengetahui tentang status perekonomian, pergeseran struktur ekonomi dan potensi wilayah Kabupaten Magelang, maka pada bab ini akan dibahas hasil analisis data berdasarkan alat analisis Tipologi klasen, analisis Shift-Share, analisis Location Quotient, analisis Model Rasio

Analisis ini digunakan untuk mengetahui corak atau status kondisi perekonomian suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Variabel yang digunakan dalam analisis Tipologi Klasen adalah PDRB Perkapita atas dasar harga konstan tahun 1993 dan tahun 2000 serta pertumbuhan ekonomi.

a. Masa Sebelum Pelaksanaan Otonomi Daerah

Hasil penghitungan tahun 1998-2000, Kabupaten Magelang mempunyai pendapatan perkapita dan pertumbuhan yang rendah dibanding dengan pendapatan perkapita dan pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Sehingga Kabupaten Magelang dalam analisis tipologi klasen ini termasuk dalam klasifikasi yang pertama yaitu daerah relatif tertinggal. Secara rinci dapat dikatakan bahwa pada tahun 1998, Kabupaten Magelang tergolong dalam klasifikasi daerah berkembang cepat dikarenakan pertumbuhan PDRB lebih besar dan PDRB Perkapita kecil. Meski hasil menunjukkan negatif, hal tersebut dikarenakan akibat krisis yang terjadi pertengahan tahun 1997 di Indonesia. Sedangkan pada tahun 1999 dan 2000 status perkembangan wilayah Kabupaten Magelang yaitu tergolong pada klasifikasi daerah relatif tertinggal dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel. 4.9. Hasil Analisis Tipologi Klasen Kabupaten Magelang Tahun 1998-2000 Menggunakan Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993

Kab.Magelang Jawa Tengah

Tahun Perkapita Pertumbuhan

PDRB (%) Perkapita Pertumbuhan PDRB (%) Keterangan Yi ri Y r 1998 933.727,08 - 3,14 1.250.247,80 -11,74 Daerah Berkembang Cepat 1999 937.959,25 2,84 1.283.382,74 3,49 Daerah Relatif Tertinggal 2000 958.795,61 3,50 1.323.937,72 3,93 Daerah Relatif Tertinggal

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder

b. Masa Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah

Hasil analisis tipologi klasen tahun 2001-2008, Kabupaten Magelang mempunyai pendapatan perkapita dan pertumbuhan yang rendah dibanding dengan Provinsi Jawa Tengah. Sehingga Kabupaten Magelang dalam analisis tipologi klasen ini termasuk dalam klasifikasi yang pertama yaitu daerah relatif tertinggal. Peningkatan status perekonomian Kabupaten Magelang dari daerah yang paling rendah (Daerah relatif Tertinggal) menuju kondisi yang paling baik (Daerah Maju dan Cepat Tumbuh) diharapkan melalui pembangunan yang tepat sasaran. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel. 4.10. Hasil Analisis Tipologi Klasen Kabupaten Magelang Tahun 2001-2008 Menggunakan Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kab.Magelang Jawa Tengah

Tahun Perkapita Pertumbuhan

PDRB (%) Perkapita Pertumbuhan PDRB (%) Keterangan Yi ri Y r 2001 2.483.520,76 3,30 3.824.912,97 3, 33 Daerah Relatif Tertinggal 2002 2.566.179,34 4,11 3.882.334,13 4,55 Daerah Relatif Tertinggal 2003 2.647.801,88 4,16 4.029.797,75 4,98 Daerah Relatif Tertinggal 2004 2.679.229,60 4,03 4.286.497,00 5,12 Daerah Relatif Tertinggal 2005 2.775.166,30 4,62 4.488.098,62 5,34 Daerah Relatif Tertinggal 2006 2.887.185,78 4,91 4.689.985,08 5,33 Daerah Relatif Tertinggal 2007 3.021.263,63 5,20 4.913.801,20 5,59 Daerah Relatif Tertinngal 2008 3.145.576,03 4,99 5.142.780,73 5,46 Daerah Relatif Tertinngal

Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder

2. Analisis Shift-Share Klasik

Analisis Shift Share Klasik digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah referensi

)

(Nij terhadap perekonomian di Kabupaten Magelang sebagai daerah studi, mengetahui pertumbuhan PDRB riil selama tahun penelitian dan juga untuk mengetahui pengaruh dari bauran industri (Mij) dan

keunggulan kompetitif (Cij)terhadap perekonomian daerah di Kabupaten Magelang. Alat analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi, bauran industri, dan keunggulan kompetitif

a. Masa Sebelum Otonomi Daerah

Berdasarkan hasil analisis Shift Share menggunakan metode klasik pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa perkembangan PDRB (Dij)

Kabupaten Magelang pada masa sebelum otonomi daerah (tahun 1998-2000) mengalami peningkatan sebesar Rp. 52.139,98 juta.

Tabel. 4.11 Hasil Perhitungan Shift-Share Klasik PDRB Kabupaten Magelang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1998-2000 (Jutaan)

Nij Mij Cij Dij

Lapangan Usaha

Eij . rn Eij. ( Rin -Rn ) Eij . ( Rij -

Rin ) Nij + Mij + Cij 1.Pertanian 25.958,64 -3.663,91 -33.258,18 -10.963,44 1.1.Tan.Bahan Makanan 20.689,94 -18.984,91 -28.969,31 -27.264,27 1.2.Tan.Perkebunan Rakyat 1.601,41 -1.316,31 2.602,37 2.887,48 1.3.Peternakan 2.039,52 9.489,24 2.660,43 14.189,19 1.4.Kehutanan 1.171,07 -4.446,03 1.733,91 -1.541,04 1.5.Perikanan 456,68 421,28 -112,76 765,20 2.Pertambangan&Penggalian 1.698,72 126,40 1.086,40 2.911,52 3.Industri Pengolahan 15.008,29 -2.888,82 1.604,44 13.723,91 4.Listrik,Gas&Air Minum 353,23 630,60 271,40 1.255,24 5.Bangunan 3.864,83 3.092,10 -3.140,42 3.816,52 6.Perdagangan,Hotel dan Restoran 11.031,92 3.743,91 -8000,18 6.775,66 7.Angkutan&Komunikasi 4.906,61 5.677,93 -2.167,64 8.416,90 8.Keuangan,Persewa&Jasa Perusahaan 3.083,46 -278,26 -1.718,00 1.087,20 9.Jasa-Jasa 9.869,80 -8.478,55 23.725,22 25,116 JUMLAH 75.775,54 -2.038,60 -21.596,96 52.139,98 Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder

1) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

(N

ij

)

Perkembangan ekonomi Provinsi Jawa Tengah selama pengamatan yaitu tahun 1998-2000 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Magelang sebesar Rp. 75.775,54 juta. Keadaan ini menunjukkan bahwa peningkatan PDRB Kabupaten Magelang sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Peningkatan ini terjadi pada sektor, dimana semua sektor mengalami peningkatan. Sektor yang memberikan nilai kontribusi terbesar adalah sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 25.958,64 juta, kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp. 15.008,29 juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 11.031,92 juta, sektor jasa-jasa sebesar Rp. 9.869,80 juta, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 4.906,61 juta, sektor bangunan/konstruksi sebesar Rp. 3.864,83 juta, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp. 3.043,86 juta, sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 1.698,72 juta, dan sektor yang paling memberikan nilai kontribusi paling rendah adalah sektor listrik, gas dan air minum yaitu sebesar Rp. 353,23 juta.

2) Pengaruh Bauran Industri

(M

ij

)

Hasil total pengaruh bauran industri terhadap perkembangan PDRB Kabupaten Magelang pada tahun 1998-2000 menurun sebesar

terlihat bahwa sektor yang pertumbuhannya cepat yaitu sektor angkutan dan komunikasi sebesar Rp.5.677,93 juta, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp.3.743,91 juta, sektor bangunan sebesar Rp.3.092,10 juta, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar Rp.630,60 juta, serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp.126,40 juta. Sektor yang pertumbuhannya lambat yaitu sektor pertanian sebesar Rp.3.663,91 juta, sektor industri pengolahan sebesar Rp. 2.888,82 juta, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp. 278,26 juta serta sektor jasa-jasa sebesar

Dokumen terkait