• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

C. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dapat memberikan informasi mengenai hubungan ketiga faktor (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan) secara simultan dengan pemilihan kontrasepsi suntik, atau hubungan masing-masing faktor dengan pemilihan kontrasepsi suntik secara parsial (dengan mempertimbangkan pengaruh faktor lain). Dalam penelitian ini analisis multivariat dilakukan untuk menentukan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Multivariat Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dan Status Pekerjaan dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik

Variabel/Faktor

Uji Statistik Koefisien Chi Square Test

Wald P X2 p

Tingkat Pengetahuan 4,084 0,043

15,240 0,002

Tingkat Pendidikan 0,126 0,722

Status Pekerjaan 0,000 0,998

Pada tabel 4.8 disajikan hasil-hasil analisis multivariat hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan dengan pemilihan kontrasepsi suntik. Uji Chi Square terhadap model regresi logistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 15,240 dengan signifikansi (p) sebesar 0,002. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% hubungan simultan antara ketiga faktor dengan pemilihan kontrasepsi suntik signifikan.

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis univariat, pada variabel tingkat pengetahuan dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan sudah termasuk baik. Dengan pemahaman yang baik mengenai kontrasepsi suntik maka terdorong oleh keunggulan atau kelebihannya seorang akseptor akan memiliki menggunakan kontrasepsi suntik tersebut. Meskipun begitu akseptor yang tahu baik tentang kontrasepsi suntik tidak serta-merta pasti memiliki kontrasepsi tersebut karena sebenarnya semua jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan jenis kontrasepsi juga ditentukan oleh karakteristik atau kondisi akseptor.

Pada variabel penelitian yang kedua, yakni tingkat pendidikan akseptor, distribusi pada tabel tersebut menggambarkan bahwa mayoritas responden sudah menempuh pendidikan hingga jenjang SMA atau bahkan perguruan tinggi, artinya tingkat pendidikan akseptor sudah cukup baik. Tingkat pendidikan sebenarnya tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku, tingkat pendidikan memiliki pengaruh langsung terhadap pengetahuan yang kemudian baru berpengaruh terhadap perilaku. Di samping itu pendidikan tinggi juga tidak menjamin seorang akseptor akan memilih kontrasepsi suntik karena pengetahuan tentang kontrasepsi pada umumnya dan kontrasepsi suntik khususnya tidak secara wajib diajarkan di jenjang pendidikan formal pada umumnya melainkan hanya mungkin di perguruan tinggi dan pada program studi tertentu di antaranya kedokteran atau kesehatan. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang tinggi akan mendorong tingginya kemampuan belajar (tingkat pemahaman akan sesuatu) dan luasnya wawasan yang merupakan faktor penting terbentuknya atau meningkatnya pengetahuan.

Status pekerjaan pada dasarnya digunakan untuk mengetahui bagaimana para akseptor mengisi waktu sehari-hari. Akseptor yang bekerja

commit to user

lebih banyak mencurahkan tenaga dan pikiran untuk pekerjaannya sehingga waktu longgarnya pun sedikit. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan akseptor untuk memilih suatu kontrasepsi tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa kontrasepsi suntik cocok untuk akseptor yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan cocok untuk akseptor yang sering lupa menggunakan pil, maka kontrasepsi ini memang merupakan pilihan baik untuk yang bekerja.

Begitu dominannya responden yang menggunakan kontrasepsi suntik tidaklah secara pasti menggambarkan bahwa akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan memang mayoritas pengguna kontrasepsi suntik.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, terlihat bahwa proporsi pengguna kontrasepsi suntik pada akseptor dengan tingkat pengetahuan yang tinggi lebih besar dibandingkan pada akseptor dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Dengan kata lain tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik berbanding lurus dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,880 dengan signifikansi (p) sebesar 0,009. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Akseptor dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan lebih cenderung untuk memilih kontrasepsi suntik.

Pada variabel penelitian kedua, yakni tingkat pendidikan akseptor, terlihat bahwa proporsi pengguna kontrasepsi suntik pada akseptor dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih besar dibandingkan pada akseptor dengan tingkat pendidikan yang rendah. Dengan kata lain tingkat pendidikan berbanding lurus dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 2,140 dengan signifikansi (p) sebesar 0,144. Nilai p > 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

commit to user

hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan.

Menurut analisis bivariat pada variabel penelitian ketiga, terlihat bahwa proporsi yang menggunakan kontrasepsi suntik pada akseptor yang bekerja lebih besar dibandingkan pada akseptor yang tidak bekerja. Dengan kata lain akseptor yang bekerja akan lebih cenderung memiliki kontrasepsi suntik dibandingkan akseptor yang tidak bekerja.

Pengujian statistik menghasilkan nilai uji statistik (X2) sebesar 6,351 dengan signifikansi (p) sebesar 0,012. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5% korelasi kedua variabel signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan. Akseptor yang bekerja akan lebih cenderung memiliki kontrasepsi suntik dibandingkan akseptor yang tidak bekerja.

Berdasarkan analisis multivariat, besarnya efek masing-masing faktor secara relatif dapat dilihat dari hasil uji statistik koefisien regresi. Faktor yang paling dominan adalah faktor yang memiliki nilai uji statistik (wald) terbesar atau nilai signifikansi (p) terkecil. Dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan memiliki nilai uji statistik (wald) terbesar yaitu 4,084 dan signifikansi (p) terkecil yaitu 0,043. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

commit to user PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada para akseptor KB baru dan aktif di Wilayah Gajahan dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas responden adalah akseptor kontrasepsi suntik (90,7%). Berdasarkan karakteristiknya diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi (89,5%), berpendidikan tinggi (72,1%), dan tidak bekerja (58,1%). 2. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik dengan

pemillihan kontrasepsi suntik.

3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemillihan kontrasepsi suntik.

4. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan pemillihan kontrasepsi suntik. 5. Tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi suntik merupakan faktor paling dominan

yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik.

B. Saran

Berkenaan dengan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi untuk meningkatkan kesadaran pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel tingkat pengetahuan mengenai kontrasepsi suntik, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan akseptor KB baru dan aktif terhadap pemilihan metode kontrasepsi suntik.

Dokumen terkait