ALAT PEMBAYARAN LUAR NEGERI A. Pengantar
SISTEM MONETER INTERNASIONAL A. Pengertian Sistem Moneter Internasional
D. Analisis Neraca Pembayaran
1. Analisis Negara Debitur dan Negara Kreditur
Analisis Negara Debitur dan Negara Kreditur dilakukan dengan cara membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu negara yang tertanam diluar negeri dengan nilai kekayaan penduduk negara lain yang tertanam didalam perekonomian negara tersebut, maka kita dapat membedakan antara negara yang memiliki status negara kreditur dan negara kreditur. Negara kreditur atau creditor country merupakan jumlah nilai kekayaan dalam artian luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimiliki suatu negara secara langsung, pesertaan modal dan semua piutang dimana nilai kekayaan negara tersebut melebihi seluruh kekayaan yang tertanam di negara asing. Sedangkan negara debitur atau debtor country yaitu apabila suatu negara memiliki jumlah nilai kekayaan penduduk yang tertanam diluar negeri lebih kecil dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara lain yang tertanam di negara tersebut.
Pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sebagai hasil yang diperoleh dari penanaman modal diluar negeri tertampung dalam pos pendapatan modal atau income on investment. Oleh karena itu nilai kredit pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sedangkan nilai debit pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh investor asing dari penanaman modalnya didalam negara. Untuk lebih memperjelas akan diuraikan sebagai berikut :
a. Apabila pos pendapatan modal sebuah neraca pembayaran memiliki saldo kredit maka negara tersebut merupakan negara kreditur
b. Apabila pos pendapatan modal memiliki saldo debit maka negara tersebut merupakan negara debitur
2. Analisis Investasi Luar Negeri
Apabila analisis status debitur-kreditur suatu Negara disebut sebagai analisis jangka panjang, maka analisis investasi luar negeri dikategorikan sebagai analisis jangka pendek. Untuk menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran digolongankan sebagai berikut :
I. Saving Accounts :
1. Perdagangan (barang dan jasa) 2. Pendapatan modal
3. Transaksi-transaksi unilateral II. Investment Accounts :
4. Penanaman modal langsung 5. Hutang-piutang jangka panjang 6. Hutang-piutang jangka pendek
III. Cash Accounts :
Sesudah pos-pos neraca pembayaran kita golongankan seperti diatas, maka selanjutnya meneliti saldo-saldo dari kelompok pos-pos tersebut. Pertama kita perhatikan saldo investment accounts. Investment accounts yang memiliki saldo debit menunjukkan bahwa Negara tersebut melakukan foreign investment. Sebaliknya jika investment accounts memiliki saldo kredit menunjukkan Negara tersebur melakukan foreign disinvestment.
Foreign investment yang dibarengi oleh foreign saving, yaitu saldo kredit pada saving account, memiliki tendensi untuk bisa bertahan lama. Sebaliknya jika foreign investment dibarengi oleh foreign dissaving yaitu saldo debit pada saving account, dapat diramalkan bahwa foreign investment tersebut tidak akan bertahan lama. Saldo debit pada investment accounts yang dibarengi oleh debit pada saving account pasti disertai dengan kreditnya saldo cash account. Kreditnya saldo cash account yang dinamakan foreign dishoarding. Foreign dishoarding berupa penurunan cadangan internasional Negara tersebut. Jika Negara tersebut mengalami foreign dishoarding terus menerus maka cadangan internasional akan turun terus menerus yang pada akhirnya cadangan tersebut tidak dapat dikurangi lagi, dimana foreign investment tidak mampu lagi dipertahankan.
Saldo kredit investment account menunjukkan adanya capital inflow atau impor capital netto dan saldo debit investment account menunjukkan besarnya capital outflow yang disebut adanya ekspor modal netto, maka dapat dipahami bahwa saldo kredit investment account tendensinya mengakibatkan meningkatnya nilai saldo
debit atau menurunnya nilai saldo kredit pos pendapatan modal. Sebaliknya dengan saldo debit investment account yaitu tendensinya akan mengakibatkan meningkatnya saldo kredit atau menurunnya saldo debit pos pendapatan modal.
3. Analisis Debt-Service Capacity
Debt service capacity analysis atau analisis daya kemapuan pemenuhankewajiban hutang luar negeri dimanfaatkan oleh Negara-negara kreditur dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang diberikan kepada Negara-negara yang sedang berkembang. Analisis semacam ini sangat perlu karena pengalaman menunjukkan jumlah Negara yang sedang berkembang yang pernah mengalami ketidakmampuan memnuhi kewajiban membayar bungan dan angsuran pinjaman kepada Negara lain dikatakan cukup banyak.
Tingginya daya kemampuan suatu Negara dalam memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri yang timbul akibat dari pinjamana luar negeri merekan dapat diukur dengan menggunakan Debt-servcing capacity indicator (DSC) adalah indikator-indikator day’a pemenuhan kewajiban hutang luar negeri, sedangkan debt service adalah jumlah bunga pinjaman dan cicilan yang harus dibayar oleh penduduk Negara lain untuk kurun waktu neraca pembayaran.
Indikator yang paling sering digunakan adalah : a. Debt service to exports ratio
Merupakan angka banding antara nilai debt service dengan nilai export total. Semakin tinggi angka banding, semakin rendah daya kemampuan suatu Negara dalam melunasi kewajiban-kewajiban luar negerinya. b. Imports to reserve ratio
Angka banding antara nilai impor dengan cadangan luar negeri. Tingginya angka ini menunjukkan kecilnya cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban luar negri yang sudah jatuh tempo.
c. Outstanding debt to current amortization ratio
Angka banding pinjaman luar negeri yang dimiliki oleh suatu Negara terhadap besarnya cicilan, semakin tinggi nilai indicator DSC ini semakin tinggi resiko pemberian pinjaman kepada Negara.
d. Debt service to capital inflow ratio
Yaitu jika masuknya modal ke dalam negeri dapat dipergunakan untuk menutup neraca perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri.
e. Import to GNP ratio
Yaitu angka banding nilai import terhadap nilai produk nasional bruto. Tingginya nilai indicator ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat menggantungkan pada tersedianya barang dan jasa luar negeri.
f. Tingkat pertumbuhan eksport
Meningkatnya nilai ekspor berarti penerimaan devisa juga akan meningkat yang dapat digunakan untuk membayar debt service.
g. Fluktuasi Ekspor
Fluktuasi nilai maupun volume ekspor komoditi yang satu dengan komoditi yang lain itu berbeda-beda. Sifat lebih tingginya fluktuasi ekspor dapat menunjukkan lebih rendahnya debt servicing capacity suatu Negara.
h. Tingkat Pertumbuhan produk domestik perkapita
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk domestik perkapita semakin besar juga proposi pendapatan untuk
konsumsi sehingga proposi yang diperuntukkan untuk melunasi kewajiban masyarakat dalam melunasi bunga dan pengembalian pinjaman dalam dan luar negeri meningkat.
E. Beberapa Pengertian “Balance” dalam Neraca