• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Output Model

Dalam dokumen BAGIAN F. PENDEKATAN DAN METODOLOGI v 2 (Halaman 64-71)

Peruntukan Baku Mutu Air sungai Gol A

F.17 Analisis Output Model

Siklus hidrologi menggambarkan pergerakan air di atas, pada, dan dibawah permukaan bumi. Oleh karena siklus hidrologi benar-benar merupakan sebuah ”perputaran”, maka tidak jelas diketahui awal dan akhirnya. Air dapat berubah fase mulai dari fase cair, fase padat, dan fase gas diberbagai tempat pada siklus hidrologi. Siklus hidrologi ini juga yang menyebabkan adanya recharge dan discharge pada suatu reservoir air anah.

Baseflow dan dirrect runof merupakan bagian dari siklus hidrologi. Baseflow berkaitan dengan proses discharge bagi air tanah, dan direct runof menggambarkan seberapa banyak air yang langsung melimpas dipermukaan jika terjadi presipitasi. Tentu saja besarnya dirrect runof dipengaruhi oleh berbagai hal, baik dari kondisi meteorologis maupun kondisi tutupan lahan dan jenis tanah wilayah studi. Dengan mengetahui kondisi dirrect runof dan baseflow maka ada beberapa hal penting lainnya yang dapat diketahui dari analisis dirrect runof dan baseflow, seperti : potensi pengenceran kontaminan yang ada di sungai dan kondisi aliran dan air sungai.

a. Analisis Proyeksi Temperatur dan Curah Hujan

Perubahan iklim ditandai dengan perubahan dua faktor meteorologi penting, yaitu temperatur dan curah hujan, yang kemudian dapat menyebabkan kenaikan muka air laut. Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan variabel atmosfer lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan curah hujan. Perubahan curah hujan yang dimaksud tidaklah mengubah jumlah curah hujan, tapi yang berubah secara drastis adalah distribusinya. Artinya pada musim hujan, wilayah studi akan mengalami hujan lebih banyak dan pada musim kemarau akan mengalami hujan yang lebih sedikit. Kondisi ini akan mempengaruhi ekosistem akuatik sungai khususnya terhadap beban pencemaran sungai.

GambarF.23 Ilustrasi output proyeksi curah hujan

b. Analisis Perubahan Tata Guna Lahan

Untuk mengidentifikasi jenis tata guna lahan vegetasi, salah satu cara yang efektif adalah dengan menganalisa perubahan indeks NDVI. NDVI adalah salah satu cara yang efektif dan sederhana untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi di suatu wilayah, dan metoda ini cukup berguna dan sudah sering digunakan dalam menghitung indeks kanopi tanaman hijau pada data mutispectral penginderaan jauh. Secara definisi matematis, dengan menggunakan NDVI, maka suatu wilayah dengan kondisi vegetasi yang rapat akan memiliki nilai NDVI yang positif dan begitu juga sebaliknya, Sedangkan nilai NDVI perairan bebas akan cenderung bernilai negatif.

GambarF.24 Ilustrasi peta tematik perubahan tata guna lahan c. Analisis Dirrect Runof dan Proyeksinya

Nilai Dirrect Runof (DRO) bergantung kepada jenis tanah, tutupan lahan serta curah hujan yang turun, sehingga nilainya bervariasi pada jenis tanah dan tutupan lahan yang berbeda. DRO yang paling besar terjadi pada daerah dengan tutupan lahan di kota dan jenis tanah lempung hal ini disebabkan oleh kemampuan tanah dalam menyerap air hujan pada daerah kota sangatlah kecil, mengingat daerah perkotaan yang permukaannya lebih banyak ditutupi ole lapisan kedap air seperti beton dan semen. Jenis tanah lempung juga memberikan daya penyerapan air hujan ke dalam tanah, porositasnya yang besar menyebabkan air sulit masuk kedalam tanah sehingga kebanyakan air hujan yang turun mengalir di permukaan sebagai DRO.

Gambar F.25 Ilustrasi peta tematik dirrect runof

d. Analisis Baseflow dan Proyeksinya

Baseflow secara kasar mencerminkan seberapa banyak air mencapai reservoir air tanah (recharge). Namun dalam kajian ini, proses discharge yang terjadi tidak akan dibahas. Yang dapat dianalisis dari persamaan Penman untuk menentukan besarnya baseflow adalah besarnya recharge yang terjadi di reservoir air tanah di daerah kajian. Baseflow secara langsung dipengaruhi oleh runof dan dirrect runof. Oleh karena itu, baseflow dipengaruhi pula oleh besarnya infiltrasi. Daya serap tanah terhadap air memegang peranan penting dalam infiltrasi, sehingga nilai baseflow dipengaruhi pula oleh jenis dan tipe tanah serta tutupan lahan diatasnya.

Gambar F.26 Ilustrasi peta tematik base flow

e. Analisis Kondisi Sungai Cileungsi Berdasarkan Pencemaran Dalam pemodelan kualitas air sepanjang sungai dilakukan perhitungan untuk titik sumber banyak (multiple point of sources). Nilai koefisien reaerasi didapat dari persamaan rumus O’Connor Dobbins (persamaan F-12), sedangkan untuk koefisien deoksigenasi dihitung dengan metode Least Square didapat dari anga parameter perhitungan BOD 1 hari hingga BOD 5 hari, pada titik pencemar, untuk BOD ultimate dihitung berdasarkan neraca massa konstituen (BOD), sedangkan BOD pada badan air dihitung berdasarkan BOD ultimate sebelumnya. Persamaan yang menggambarkan hubungan BODL terhadap waktu dapat dilihat pada persamaan (F-19), untuk defisit oksigen terlarut menggunakan persamaan (F-21). Gabungan dari efek deoksigenasi dan reaerasi digambarkan dalam kurva oksigen sag. Kurva ini menunjukkan efek pencemaran organik pada tingkat DO dalam perairan sungai. Analisis dilakukan pada dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, adapun parameter yang diperlukan dalam analisis ini antara lain adalah; data badan air, koefisien deoksigenasi dan reaerasi, perhitungan matematis Streeter Phelps, kurva oksigen Sag DO, Kurva BOD, hubungan DO, DO Defisit dan BOD, temperatur dan pH.

f. Analisis Perkiraan Kualitas Air Sungai Cileungsi Pada Debit Minimum, Rata-rata dan Minimum

Perkiraan kualitas air Sungai Cileungsi pada debit minimum, debit rata- rata dan debit maksimum didasarkan pada debit pos duga air yang terletak disekitar sungai Cileungsi. Konsentrasi DO sungai Cileungsi pada ketiga kondisi debit ini diperkirakan berdasarkan data-data penelitian sebelumnya dan pemantauan yang dlakukan dilapangan pada saat ketiga kondisi debit ini terjadi. Pengaruh debit sungai terhadap kelarutan ksigen tidak sebanyak pengaruh temperatur terhadap oksigen dalam air. Perkiraan konsentrasi DO pada sungai Cileungsi pada ketiga kondisi debit ini selanjutnya didasarkan pada persamaan Linier dari data-data penelitian terdahulu.

g. Proyeksi Kualitas Air Sungai Cileungsi Pada Masa 25 Tahun Yang akan datang

Proyeksi kualitas air sungai Cileungsi pada masa 25 tahun yang akan datang ini didasarkan pada proyeksi buangan limbah yang berasal dari kegiatan industri, domestik dan pertanian.

Air buangan yang berasal dari kegiatan industri dapat diperoleh dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Bekasi dan pengamatan langsung dari lapangan yang merupakan industri yang cukup besar memberikan konstribusi pencemaran ke sungai Cileungsi. Proyeksi air buagan juga diperhitungkan berdasarkan rencana pengembangan kawasan industri yang telah tertuang dalam RDTR Kabupaten Bekasi. Perhitungan proyeksi beban pencemaran industri didasarkan pada kapasitas produksi industri, jenis dan komposisi bahan baku yang digunakan, dan kebutuhan air bersih, Air bersih ini akan dimanfaatkan untuk semua proses produksi dan akan menjadi air buangan.

Sedangkan untuk memperkirakan jumlah beban organik dari kegiatan domestik, terlebih dahulu diperkirakan jumlah penduduk yang membuang limbah ke sungai Cileungsi, karena tidak semua penduduk membuang limbahnya ke Sungai Cileungsi. Diasumsikan hanya pemukiman penduduk yang letaknya berada pada jarak 0,5 km dari

tepi sungai yang diperhitungkan yaitu penduduk yang bertepat tinggal pada zone 0,5 km pada kiri dan kanan daerah aliran sungai, disamping itu perkiraan beban buangan organik penduduk juga dihitung berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :

 Air buangan yang berasal dari pemukiman penduduk tersebut tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum masuk ke badan air sungai karena tidak adanya fasilitas IPAL komunal.  Air buangan dari pemukiman penduduk tersebut 100% dibuang

Dalam dokumen BAGIAN F. PENDEKATAN DAN METODOLOGI v 2 (Halaman 64-71)

Dokumen terkait