• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pencapaian Sasaran 2

Dalam dokumen IKHTISAR EKSEKUTIF LKIP DISPERTAPA (Halaman 66-77)

Situasi Ketersediaan Pangan Kota Bandung Tahun 2014 dan 2015

2) Analisis Pencapaian Sasaran 2

Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.

No Indikator Kinerja Satuan

Tahun 2014 % Tahun 2015 % Target Reali sasi Target Reali sasi 1 Produktivitas tanaman padi kw/ha 63,09 65,03 103.07 65,05 65,05 100 2 Produksi tanaman hias Pot/tahun 186.500 186.920 100.23 188.500 189.002 100 3 Populasi ternak : a. sapi ekor 1.417 1.554 109.67 1.604 1.625 101 b. domba ekor 29.365 29.955 102.01 30.833 30.991 100 4 Produksi ikan : a. konsumsi Ton 2.600 2.764,09 106.31 2.846 2.877 101 b. hias ekor 821.700 907.670 110.46 921.700 922.900 100

LKIP DISPERTAPA 2015 67 Sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan mempunyai 4 indikator kinerja, yaitu :

1. Produktivitas tanaman padi; 2. Produksi tanaman hias;

3. Populasi Ternak : a. Sapi b. Domba

4. Produksi ikan : a. Ikan Konsumsi b. Ikan Hias

Produktivitas tanaman pangan adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan tanaman pangan yang sedang diusahakan dengan sistem pengelolaan tertentu, termasuk didalamnya proses produksi. Walaupun Kota Bandung bukan merupakan daerah sentra produksi pertanian akan tetapi masih berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian seperti padi dan palawija.

Produktivitas tanaman padi merupakan besarnya produksi padi yang dihasilkan pada suatu lahan dengan luasan tertentu. Dari data di lapangan diketahui bahwa sentra produksi padi di Kota Bandung adalah Kecamatan Ujung Berung, Rancasari, Cibiru, Cinambo, Gedebage, Buah Batu, dan Arcamanik.

Selama tahun 2015, produktivitas tanaman padi sudah mencapai 65,05 kw/ha dari target 65,05 kw/ha atau 100.00%. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumya, produktivitas tanaman padi selalu mengalami peningkatan, dimana tahun 2013 mencapai 62,95 kw/ha, tahun 2014 sebesar 65,03 kw/ha dan tahun 2015 mencapai 65,05 kw/ha. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 sudah mencapai 92,93%. Yaitu dari target 70 kw/ha di akhir tahun renstra baru tercapai 65,05 kw/ha pada tahun 2015. Produktivitas tanaman padi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018.

Indikator produktivitas tanaman hias, di tahun 2013 produksi mencapai 185.000 pot/tahun, tahun 2014 sebesar 186.500 pot/tahun dan tahun 2015 mencapai 189.002 pot/tahun dari target 188.500 pot/tahun atau 100,27%, namun jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai

LKIP DISPERTAPA 2015 68 96,92%. Yaitu dari target 195.000 pot/tahun di akhir tahun renstra baru tercapai 189.002 pot/tahun pada tahun 2015. Produktivitas tanaman hias ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Untuk capaian indikator produksi tanaman hias tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah:

TABEL 3.5.

PRODUKSI TANAMAN HIAS TAHUN 2015

NO. NAMA TANAMAN HIAS Luas Tanaman Akhir Triwulan Yang Lalu (M2)

Luas Panen (M2) Luas Rusak/ Tidak Berhasil/ Puso (M2) Luas Penana man Baru/ Tambah Tanam (M2) Luas Tanaman Akhir Triwulan Laporan (M2) Produksi Habis/ Dibongkar Belum Habis Dipanen Habis/ Dibongkar Belum Habis Satuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (3)-(4)-(6)+(7) (9) (10) (11) 1 Anggrek 5.030 380 - - - 4.650 61.375 - pot 2 Anthurium Bunga 760 - - - - 760 - - pot 3 Anyelir 200 - - - - 200 - - pot 4 Gerbera (Herbras) 150 - - - - 150 - - pot 5 Gladiol 5.500 - - - - 5.500 30.075 - pot 6 Heliconia (Pisang-pisangan) 215 75 - - - 140 195 - pot 7 Krisan 450 - - - 2.000 2.450 16.000 - pot 8 Mawar 270 15 - - - 255 120 - pot 9 Sedap Malam 6.500 - - - - 6.500 214 - pot 10 Dracaena 1.525 325 - - - 1.200 22.275 - pot 11 Melati - - - - - - - - pot 12 Palem 525 225 - - - 300 4.175 - pot 13 Aglaonema 1.885 - - - 10 1.895 10.150 - pot 14 Adenium (Kamboja Jepang) 880 100 - - 10 790 2.580 - pot 15 Euphorbia 2.570 - - - - 2.570 150 - pot 16 Phylodendron 2.525 - - - - 2.525 7.060 600 pot 17 Pakis 230 - - - - 230 - - pot 18 Monstera 180 - - - - 180 - - pot 19 Ixora (Soka) 895 359 - - - 536 7.333 - pot 20 Cordyline 1.460 1.125 - - - 335 12.800 - pot 21 Diffenbachia 1.250 - - - - 1.250 5.250 - pot 22 Sansevieria (Pedang-pedangan) 2.845 - - - 200 3.045 5.500 - pot 23 Anthurium Daun 800 150 - - - 650 3.000 - pot 24 Caladium 300 - - - - 300 150 - pot Jumlah 36.945 2.754 - - 2.220 36.411 188.402 600 Sumber : Kajian Outlet Bunga Potong, (LPPM UNPAD dan Dispertapa,2015).

LKIP DISPERTAPA 2015 69 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada sekitar 24 jenis tanaman hias yang ada di Kota Bandung dan yang menjadi komoditas unggulan adalah jenis Anggrek, Gladiol, dan Euphorbia. Dari capaian produksi 189.002 pot tanaman hias, 5 (lima) jenis tanaman hias penyumbang produksi terbesar

adalah dari jenis Anggrek, Gladiol, Euphorbia, Phylodendron, dan Dracaena. Tanaman hias ini tersebar di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cibeunying

Kidul, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Kiara Condong, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Buahbatu, dan Kecamatan Panyileukan.

Potensi ekonomi dari bunga potong dan tanaman hias Indonesia untuk bisa berkembang di pasar lokal maupun global masih terbuka lebar, hanya saja beberapa kendalanya adalah di level petani masih terpaku pada sistem tata kelola usaha budidaya yang tradisional dan masih sedikit yang menggunakan teknologi canggih karena biaya investasinya yang besar.

Dalam lingkup pasar lokal, permintaan akan bunga potong dan tanaman hias ini mengalami pasang surut, dimana untuk pasokan (produksi) bunga potong trend nya berfluktuasi, namun perkembangan yang positif masih dominan di antara gerbera, herbras, krisan, mawar, sedap malam dan anggrek. Sedangkan bunga potong lainnya seperti anthurium, gladiol, dan anyelir cenderung pertumbuhannya negatif.

LKIP DISPERTAPA 2015 70 Informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, perkembangan permintaan bunga potong maupun tanaman hias dapat dipengaruhi banyak faktor seperti : lokasi (tempat berusaha), kemudahan akses pasar, umur konsumsi komoditas, pola kemitraan usaha yang kondusif di antara petani, pedagang perantara dan pelaku usaha bunga potong dan tanaman hias.

Dari sudut pandang pemerintah daerah, penyediaan lahan atau asset yang dapat digunakan untuk sarana berjualan kelompok pengusaha di bidang tanaman hias dan bunga potong ini dapat memberikan beberapa benefit, seperti : perluasan lapangan kerja, perluasan akses sektor pariwisata daerah, pengembangan kawasan ekonomi berbasis agro dan sumberdaya lingkungan.

Hasil analisis ekonomi terkait prospek usaha tanaman hias dan bunga potong, untuk kondisi Kota Bandung hingga saat ini masih memiliki prospek yang baik. Fasilitas untuk outlet bunga potong ataupun tanaman hias di Kota Bandung telah tersedia, sehingga pelaku usaha atau pedagang bunga potong atau tanaman hias dapat memanfaatkan fasilitas ini sebagai sarana pemasarannya. Selain itu dengan adanya outlet bunga potong juga diharapkan dapat memacu para petani tanaman hias untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya.

Indikator produktivitas tanaman padi dan produktivitas tanaman hias termasuk dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan) dengan 3 (tiga) kegiatan, yaitu Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan, kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman, dan kegiatan Pengembangan Perbenihan/Perbibitan. Output kegiatan Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan diantaranya terlaksananya pengadaan tanaman produktif dan tanaman hias serta pelatihan budidaya tanaman. Sedangkan untuk outcome yaitu meningkatnya produksi

LKIP DISPERTAPA 2015 71 tanaman sayuran/hortikultura di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Output kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman, diantaranya terlaksananya pengadaan sarana dan prasarana bubidaya padi dan pengadaan tanaman produktif, sedangkan outcomenya meningkatnya produktivitas tanaman padi dan sayuran di lahan pekarangan rumah. Output kegiatan Pengembangan Perbenihan/Perbibitan diantaranya terlaksananya pelatihan tanaman hias dan pengadaan indukan tanaman hias. Outcome kegiatan yaitu meningkatnya keterampilan masyarakat tentang budidaya pertanian dan tersedianya bibit tanaman.

Anggaran pada program dengan 3 (tiga) kegiatan ini sebesar Rp. 12.008.150.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 11.653.209.094,- atau 97,04%. Serapan anggaran sebesar 97,04% cukup tinggi yang berarti kinerja Dinas pada program ini dinilai baik.

Indikator populasi ternak sapi pada tahun 2015 dapat terealisasi sebesar 101,31% atau dari target sebanyak 1.604 ekor terealisasi sebanyak 1.625 ekor. Pada tahun 2014 populasi ternak sapi 1.554 ekor dari target 1.417 ekor atau sebesar 109,67%. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 93,02%. Yaitu dari target tahun 2018 sebesar 1.747 ekor baru tercapai 1.625 ekor pada tahun 2015. Populasi ternak sapi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target.

Indikator populasi ternak domba pada tahun 2015 tercapai 100,51% atau dari target 30.833 ekor dapat terealisasi sebanyak 30.991 ekor. Dan pada tahun 2014 populasi ternak domba tercapai 29.955 ekor dari target 29.365 ekor atau sebesar 102,01%. Dan jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 86,83%. Yaitu dari target di akhir tahun renstra 2018 sebesar 35.693 ekor baru tercapai 30.991 ekor pada tahun 2015. Populasi ternak domba ini diharapkan terus meningkat

LKIP DISPERTAPA 2015 72 sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target. Data populasi ternak tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.6. di bawah ini :

Tabel 3.6.

DINAMIKA POPULASI TERNAK TAHUN 2015

NO JENIS TERNAK

KELAHIRAN KEMATIAN PEMOTONGAN +

UNREG PEMASUKAN PENGELUARAN POPULASI POPULASI LAPORAN

% EKOR % EKOR % EKOR % EKOR % EKOR

HASIL PERHITUNGAN JTN BTN TOTAL (EKOR) 1 SAPI POTONG 31,20 485 2,82 44 - 24.454 34.447 10.363 1.625 1.477 148 1.625 2 SAPI PERAH 37,30 257 3,01 21 - - 947 1.161 713 116 597 713 3 KERBAU 13,78 14 3,00 3 - - 637 636 114 69 45 114 4 KUDA 5,15 8 3,72 6 - 18 46 24 162 162 - 162 5 KAMBING 32,28 172 4,20 22 - 20.675 21.849 1.470 561 561 - 561 6 DOMBA 40,47 12.123 3,86 1.156 - 96.732 100.201 13.399 30.991 9.966 21.025 30.991 7 BABI 109,09 - 10,00 - - 13.646 13.646 - - - - - 8 AYAM BURAS 94,01 113.765 6,00 7.261 7,00 95.214 30.495 32.948 129.851 9.877 119.974 129.851 9 AYAM RAS PETELUR 292,80 7.191 4,00 98 66,66 825 2.590 8.515 2.799 186 2.613 2.799 10 AYAM RAS PEDAGING 821,80 329.508 2,50 2.873 - 769.628 971.636 369.556 274.005 158.616 115.389 274.005 11 ITIK 171,58 46.525 5,00 1.714 78,00 21.458 43.998 42.636 58.995 24.005 34.990 58.995

Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kota Bandung ada 11 jenis ternak dengan dinamika populasinya, termasuk ternak sapi dan domba. Sapi yang dihitung populasinya untuk indikator kinerja populasi ternak disini adalah jenis sapi potong.

Perbandingan capaian indikator kinerja tingkat populasi ternak sapi dan domba tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut.

LKIP DISPERTAPA 2015 73 Gambar. 3. Populasi Ternak Sapi dan Domba

Tahun 2013, 2014 dan 2015

Pada gambar 3. diatas dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi dan domba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada umumnya baik, yang berarti program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2015 untuk menunjang pencapaian sasaran 2 dapat berjalan dengan baik.

Hasil usaha peternakan sangat dibutuhkan oleh warga Kota Bandung, namun usaha ini bukan merupakan kegiatan perekonomian yang utama karena keterbatasan lahan, masalah sanitasi dan lingkungan padat penduduk, maka kegiatan

agribisnis peternakan di Kota Bandung hanya menjadi daerah tujuan pemasaran hasil-hasil peternakan.

Indikator produksi ikan konsumsi pada tahun 2015 juga terealisasi melebihi target, yaitu terealisasi 2.877 ton dari target 2.846 ton atau sebesar 101,09%. Sedangkan pada tahun 2014 produksi ikan konsumsi terealisasi sebesar 2.764,09 ton dari target 2.600 ton

1,307 26,901 1,554 29,955 1,625 30,991 0 10,000 20,000 30,000 40,000 Sapi Domba

Populasi Ternak Sapi dan Domba (Ekor)

Populasi Ternak Sapi dan Domba Tahun 2013, 2014 dan 2015

2013 2014 2015

LKIP DISPERTAPA 2015 74 atau sebesar 106,31%. Dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 96,87%, dari target tahun 2018 sebesar 2.970 ton baru tercapai 2.877 ton pada tahun 2015. Produksi ikan konsumsi ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target.

Untuk indikator produksi ikan hias pada tahun 2015 tercapai sebesar 100,13% atau dari target 921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor. Pada tahun 2014 produksi ikan hias 907.670 ekor dari target 821.700 ekor atau sebesar 110,46%. Jika dibandingkan dengan target akhir renstra, capaian kinerja pada tahun 2015 baru mencapai 75,54%. Yaitu dari target tahun 2018 sebesar 1.221.700 ekor baru tercapai 922.900 ekor pada tahun 2015. Produksi ikan hias ini diharapkan terus meningkat sampai akhir tahun renstra 2018 sehingga dapat melebihi target.

Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Sebagai alternatif pilihan usaha

masyarakat dibidang perikanan yaitu usaha budidaya ikan hias karena selain tidak memerlukan lahan yang luas, potensi pemasaran ikan hias baik pasar lokal maupun ekspor cukup besar. Kedua indikator produksi

ikan tersebut penting untuk mewujudkan substansi Bandung Juara yaitu terwujudnya kampung lele dan kampung ikan hias.

LKIP DISPERTAPA 2015 75 Data produksi ikan konsumsi tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.7. di bawah ini :

TABEL 3.7.

PRODUKSI IKAN KONSUMSI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Jenis Ikan Produksi

Kolam (Ton)

Produksi

Sawah (Ton) Jumlah Total

Mas 209,35 324,90 534,25 Nila 445,50 201,60 647,10 Mujair 4,53 3,22 7,75 Lele 1.141,39 513,00 1.654,39 Sepat Siam 2,00 - 2,00 Tambakan 25,20 - 25,20 Ikan Lainnya - 6,31 6,31 JUMLAH 1.827,97 1.049,05 2.877,00

Sumber : Diolah sendiri (Dispertapa, 2015).

Untuk produksi ikan konsumsi diperoleh dari beberapa jenis ikan seperti ikan mas, nila, mujair, lele, sepat siam, tambakan dan ikan lainnya yang dikembangkan di kolam maupun di sawah, dengan penyumbang produksi terbesar adalah Ikan Lele, diikuti oleh Ikan Mas, Nila, tambakan, Mujair, ikan lainnya dan Ikan Sepat Siam. Daerah produksi ikan di Kota Bandung tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Cibiru, Arcamanik, dan Ujungberung. Adapun Produksi Ikan Hias dapat dilihat pada Tabel 3.8. di bawah ini :

Tabel 3.8.

PRODUKSI IKAN HIAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015

No. Jenis Ikan Produksi (ekor)

1 Barbir 26.890 2 Cupang 25.950 3 Frontosa 6.870 4 Gapi 57.670 5 Leuleupi 14.500 6 Udang Hias 142.460 7 Louhan 16.180 8 Manvis 9.790 9 Mas Koki 536.830 10 Molly 17.510 11 Plati 46.730 12 Rainbow 4.130 13 Sapu Hias 17.400 JUMLAH 922.900

LKIP DISPERTAPA 2015 76 Sedangkan jenis ikan hias ada 13 jenis, yaitu Barbir, Cupang, Frontosa, Gapi, Leuleupi, Udang Hias, Louhan, Manvis, Mas Koki, Molly, Plati, Rainbow, dan Sapu Hias, dengan penyumbang produksi terbesar adalah ikan Mas Koki dan Udang Hias. Seperti halnya ikan konsumsi, daerah budidaya ikan hias diantaranya Kecamatan Cibiru, Arcamanik, Regol, dan Ujungberung.

Indikator Produksi Ikan termasuk dalam Program Pengembangan Budidaya Perikanan pada Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan dan Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Perikanan. Outcome program tersebut yaitu meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias. Output program tersebut adalah meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias serta tersedianya induk ikan hias, induk ikan konsumsi dan benih ikan.

Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah adanya peningkatan pengetahuan petani melalui kegiatan SLPTT dari Program Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, dan peningkatan pengetahuan petugas dinas dan masyarakat melalui berbagai pelatihan, adanya peningkatan pengetahuan pelaku usaha melalui kegiatan Pelatihan Peternakan dan Perikanan, dan peningkatan pengetahuan petugas dinas dan masyarakat melalui berbagai pelatihan peternakan dan perikanan.

Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah masih sedikitnya jumlah SDM (Tenaga Penyuluh Lapangan) yang belum seimbang dengan banyaknya kecamatan yang ada di Kota Bandung. Jumlah penyuluh yang ada hanya 13 orang (3 PPL, 10 THL) untuk membina 151 kelurahan di 30 kecamatan.

LKIP DISPERTAPA 2015 77 Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target RPJMD antara lain adalah adanya penambahan jumlah SDM, khususnya tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan.

Dalam dokumen IKHTISAR EKSEKUTIF LKIP DISPERTAPA (Halaman 66-77)

Dokumen terkait