• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan

Dalam dokumen T1 232009039 Full text (Halaman 40-46)

4. Analisis Data dan Pembahasan

4.2 Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan

Pencatatan transaksi penting sekali dilakukan oleh para pengelola usaha untuk melakukan kontrol dan mengelola usahanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 :Pencatatan Yang Dilakukan

No. Transaksi dicatat Jumlah %

1. Ada pencatatan dan terorganisir 13 13,27 2. Ada pencatatan tetapi tidak terorganisir

(tidak diringkas dan diikhtisarkan) 58 59,18

3. Tidak Mencatat 27 27,55

Total 98 100

25

Hasil ini menunjukkan sebagian besar dari responden yaitu 58 responden atau kurang lebih 59,18% dari total responden melakukan pencatatan tetapi tidak terorganisir (tidak diringkas dan diikhtisarkan), 13,27% dan sisanya 27,55% menyatakan bahwa mereka tidak melakukan pencatatan transaksi dalam menjalankan usahanya.

Tabel 4.3 : Jenis Transaksi Yang Dicatat

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil penelitian dalam melakukan pencatatan transaksi sebesar 36,74% dari total responden hanya mencatat transaksi tunai saja, hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar transaksi yang mereka lakukan adalah transaksi tunai atau bahkan tidak ada transaksi kreditnya. Transaksi kredit yang berupa pembelian barang dagang tidak dicatat oleh para pengelola usaha karena pada umumnya sudah dicatat oleh supplier atau distributor. Urutan dibawahnya yaitu sebesar 35,71% dari total responden melakukan pencatatan transaksi tunai dan kredit. Walaupun sebagian responden telah melakukan pencatatan transaksi tetapi ada sebagian responden yang juga tidak melakukan pencatatan transaksi yaitu sebesar 27,55%.

No. Jenis Transaksi Jumlah %

1. Tunai 36 36,74

2. Kredit 0 0

3. Tunai dan Kredit 35 35,71

4. Tidak Mencatat 27 27,55

26

Tabel 4.4 :Transaksi Yang Dicatat

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Selain itu, mayoritas para pelaku usaha mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yaitu sebesar 36,74% dari total responden, sedangkan untuk para pelaku usaha yang hanya transaksi pengeluaran saja dan transaksi pemakaian persediaan saja tidak temukan dalam penelitian ini. Transaksi penerimaan dan pengeluaran menjadi yang paling banyak dilakukan karena mayoritas dari pelaku usaha mikro dan kecil cenderung berpikiran bahwa fokus utama dalam menjalan usaha adalah yang terpenting mendapatkan keuntungan sehingga mereka cenderung ingin mengetahui seberapa banyak keuntungan yang didapat berdasarkan penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk usaha.

No Transaksi yang dicatat

Responden

Jumlah %

1 Penerimaan 5 5,10

2 Pengeluaran 0 0

3 Pemakaian Persediaan 0 0

4 Penerimaan dan Pengeluaran 36 36,74

5 Penerimaan dan Pemakaian Persediaan 1 1,02

6 Pengeluaran dan Pemakaian persediaan 1 1,02

7 Penerimaan, Pengeluaran, dan Pemakaian Persediaan 28 28,57

8 Tidak Mencatat 27 27,55

27

Tabel 4.5 : Cara Melakukan Pencatatan Transaksi No. Cara Melakukan Pencatatan Transaksi Jumlah %

1. Per Transaksi 46 46,94

2. Secara Menyeluruh 25 25,51

3. Tidak Mencatat 27 27,55

Total 98 100

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas dari para pengelola usaha yang menjadi responden telah melakukan pencatatan transaksi dengan cara mencatat per transaksi yang terjadi yaitu sebesar 46,94% atau sebanyak 46 responden. Sedangkan 25,51% dari total responden melakukan pencatatan secara menyeluruh.

Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Model pencatatan transaksi yang digunakan berdasarkan Tabel 4.6 adalah mayoritas pengelola usaha melakukan model pencatatan dengan mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar 40,82% dan yang paling sedikit adalah hanya menulis jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual yaitu sebesar 9,18%. Hal ini terjadi karena mayoritas dari para pelaku usaha berpikiran bahwa yang terpenting adalah mengetahui jumlah keuntungan yang didapat. Dengan melakukan model

No. Model Pencatatan Jumlah %

1. Mencatat penerimaan dan pengeluaran 40 40,82 2. Hanya menulis jenis barang dan

jumlah yang dibeli atau dijual 9 9,18 3. Menggunakan model lebih dari 1 22 22,45

4. Tidak mencatat 27 27,55

28

mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran yang digunakan untuk usaha akan lebih mudah bagi para pelaku usah untuk mengetahui jumlah keuntungan yang didapat dibandingkan dengan mencatat jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual. Dengan hanya mencatat jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual maka para pelaku usaha lebih sulit dalam menghitungan seberapa banyak keuntungan yang didapat.

Dari hasil analisis sebelumnya, diketahui 59,18% dari total responden UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga telah melakukan pencatatan transaksi walaupun tidak terorganisir.

Gambar 4.7

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Dalam melakukan pencatatan transaksi, frekuensi pencatatan transaksi yang paling sering dilakukan adalah penerimaan kas yaitu sebesar 64% dan yang paling sedikit adalah mencatat pengeluaran kas saja dan pemakaian persediaan saja yaitu masing-masing sebesar 4%. Dengan hasil penelitian ini, maka dapat dilihat lebih jauh bawa mayoritas para pengelola usaha lebih mementingkan transaksi penerimaan kas sebagai tolak ukur pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.

28%

64% 4% 4%

Frekuensi Pencatatan Transaksi Yang Paling Tinggi

29

Tabel 4.7 : Tujuan Melakukan Pencatatan Transaksi

No Tujuan Jumlah %

1 Tidak Mencatat 27 27,55

2 Syarat Memperoleh pinjaman (1) 3 3,06

3 Pengelolaan usaha (2) 56 57,14

4 Dasar perhitungan pajak (3) 0 0

5 Jawaban (1 dan 2), (1 dan 3) atau (2 dan 3) saja 5 5,10

6 Semua Jawaban 7 7,14

Total 98 100

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan mayoritas para pelaku usaha yaitu sebanyak 56 responden atau 57,14% dari total responden melakukan pencatatan transaksi dengan tujuan untuk pengelolaan usaha sedangkan tidak ada dari pelaku usaha yang melakukan pencatatan transaksi murni hanya sebagai dasar perhitungan pajak. Hal ini dapat menunjukan bahwa kesadaran para pelaku usaha untuk perhitungan pajak masih rendah karena mayoritas dari usaha mikro dan kecil memiliki omzet dibawah Rp 600.000.000,00 sehingga mereka tidak dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Tabel 4.8 : Pendapat Responden

Sumber : data primer yang diolah, 2012

No Pendapat Jumlah %

1 Tidak berpendapat 15 15,30 2 Sangat membantu 67 68.37

3 Merepotkan 16 16.33

30

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 67 responden atau 68,37% dari total responden berpendapat bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka, tetapi ada juga sebagian responden yaitu 16 responden atau kurang lebih 16,33% dari total responden yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah hal yang merepotkan, sisanya yaitu 15 responden atau kurang lebih 15,30% dari total responden memilih untuk tidak berpendapat.

Dalam dokumen T1 232009039 Full text (Halaman 40-46)

Dokumen terkait