• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENCEGAHAN DAN STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

A. Pencegahan Pembiayaan Mud}a>rabah Bermasalah BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang

Sebagai lembaga keuangan, kegiatan BMT UGT Sidogiri cabang Jombang adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Salah satu produk pembiayaan di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang adalah mud}a>rabah, yakni kerja sama atau bagi hasil yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yakni antara s}ahibu>l ma>l (pemilik dana) dan mud}arib (pengelola dana). Pembiayaan mud}a>rabah ini, tentunya tidak terlepas dari permasalahan atau resiko-resiko yang akan timbul yakni pembiayaan bermasalah atau penundaan mud}arib (nasabah) dalam mengangsur kewajibannya.

Pembiayaan mud}a>rabah di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang ini modal 100% dari pihak s}ahibu>l ma>l. Oleh karena itu, untuk mencegah pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah pihak BMT UGT Sidogiri cabang Jombang sangat ketat, selektif, cermat, teliti, dan hati-hati dalam menganalisis terhadap calon nasabah atau nasabah yang mengajukan pembiayaan mud}a>rabah khususnya bagi sektor usaha pasar tradisional Legi Jombang.

Namun pada kenyataannya strategi yang digunakan masih tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Karena memang untuk menemukan strategi yang

90

tepat untuk mencegah pembiayaan bermasalah tidaklah semudah seperti terdapat pada teori.Penyelesaian diperlukan suatu sistem yang berkesinambungan.

Peneliti akan memaparkan strategi-strategi yang dijalankan oleh BMT UGT Sidogiri cabang Jombang dalam mencegah terjadinya pembiayaan yang bermasalah khususnya bagi nasabah usaha pasar tradisional Legi Jombang yang melakukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang, yaitu:

1. Analisis kondisi nasabah. Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan secara seksama oleh pemimpin BMT. Menurut peneliti dalam penilaian permohonan pembiayaan ini berhubungan dengan kelengkapan persyaratan pengajuan pembiayaan. Hal ini terlihat pada persyaratan yang telah diberikan oleh calon nasabah tidak diteliti dengan seksama oleh pihak BMT. Terkadang syarat-syarat masih saja tidak komplit dan tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

Tujuan utama analisis pembiayaan adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian. Bank harus menentukan kadar resiko yang akan dipikulkan dalam setiap kasus dan besarnya jumlah pembiayaan yang dapat diberikan mengingat resiko yang akan dihadapi.1

91

Dalam menganalisis mekanisme pengajuan pembiayaan mud}a>rabah yang dilakukan BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang memperhatikan beberapa prinsip 4C dan 5P yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah.

2. Menerapkan konsep 4C dan 5P yaitu Character (sifat), Capacity (kemampuan), Collateral (jaminan), Capital (permodalan), Personality (kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya), Purpose (kegunaan pembiayaan diajukan), Prospect (harapan keuntungan proyek yang dibiayai), Payment (dari mana dan bagaimana pengembalian pembiayaan dilakukan), Protection (bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan). Untuk prinsip ini dapat diketahui ketika survei kepada calon nasabah, namun beberapa prinsip yang diterapkan di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang ini dianggap sulit diprediksi oleh surveyer.

BMT UGT Sidogiri cabang Jombang untuk mencari informasi terkait calon nasabah tidak hanya terpacu pada satu informan saja, surveyer mencari informasi melalui kerabat terdekat dan tetangga sekitar calon nasabah.Hal itu dikarenakan untuk meminimalisasi pembiayaan bermasalah.Namun pada kenyataannya data yang telah didapatkan oleh surveyer tidak sesuai dengan keadaannya. Nasabah akan pintar untuk menutupi segala kekurangan yang mereka miliki. Hal inilah yang membuat surveyer tidak mengetahui secara

92

pasti data-data yang dibutuhkan dari nasabah itu sendiri. Menurut peneliti apabila di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang ini hanya menggunakan prinsip 4C dan 5P tersebut kemungkinan pembiayaan bermasalah akan menjadi lebih besar karena tidak memperhatikan prinsip-prinsip yang lain. 3. Pengawasan atau pemantauan penggunaan pembiayan. Setelah BMT

memutuskan untuk memberikan pembiayaan kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas BMT sebagai perantara keuangan selesai sampai disitu, melainkan itulah awal mula tugas BMT sesungguhnya dalam penyaluran pembiayaan. BMT senantiasa harus memantau pembiayaan yang telah disalurkannya. Menurut peneliti pengawasan dan pemantauan yang dijalankan di BMT UGT Sidogiri Jombang kurang maksimal dikarenakan ada beberapa hambatan seperti yang telah peneliti lakukan wawancara kepada pihak pemasaranBp Wahyudi selaku Account Officer,2 kendala atau hambatan dalam pengawasan itu terjadi karena banyaknya jumlah nasabah yang melakukan pembiayaan di BMT khususnya nasabah pada sektor pedagang pasar tradisional Legi Jombang, mengingat memang 50% nasabah yang melakukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang didominasi oleh pedagang pasar Legi Jombang, karena keterbatasan anggota karyawan yang menjadi surveyer di BMT ini, pemantauan atau pengawasan yang dilakukan BMT dijalankan setiap hari, hanya sekedar berkunjung

93

bertanya-tanya bersilaturrahim kepada nasabah pedagang pasar tradisional yang melakukan pembiayaan di BMT.

Surveyer juga menampung keluh kesah yang diutarakan oleh nasabah terkait keadaan usaha yang dijalankannya. Karena jumlah nasabah yang sangat banyak sehingga tidak menutup kemungkinan semua untuk diawasi, selain itu pihak nasabah khususnya pedagang pasar tradisional juga merasa sedikit malu ketika mereka sering didatangi petugas BMT, alasannya apabila mereka didatangi oleh pihak BMT maka mereka pasti mempunyai masalah dengan BMT, walaupun sebenarnya tidak, hal ini merupakan yang sulit untuk meyakinkan nasabah pedagang pasar tradisional Legi Jombang akan maksud baik cara ini.

Berdasarkan upaya pencegahan yang dilakukan BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang dalam pelaksanannya belum efektif hal ini terbukti semakin banyaknya jumlah nasabah yang melakukan wanprestasi dari tahun ke tahun seperti yang peneliti dapatkan dari pihak BMT sendiri. Kalau pihak BMT tidak tegas kepada para nasabah pembiayaan yang bermasalah khususnya nasabah pada Pasar Legi Jombang pembiayaan bermasalah tidak akan dimungkinkan semakin bertambah jumlah nasabah pembiayaan yang melakukan wanprestasi. Maka dari itu pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang harus tegas kepada para nasabah pembiayaan.

94

B. Strategi yang dilakukan BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang dalam menyelesaikan pembiayaan Mud}a>rabah yang Bermasalah khususnya bagi sektor usaha kecil pasar tradisional legi Jombang

Kegiatan atau aktivitas BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang antara lain menghimpun dan menyalurkan dana. Menyalurkan dana dalam lembaga keuangan Syariah disebut dengan pembiayaan. Salah satunya adalah produk mud}a>rabah. Pembiayaan seperti ini tentunya tidak terlepas dari permasalahan atau resiko-resiko yang timbul yaitu pembiayaan macet atau angsuran tersendat.

Sebagai cara untuk menyelesaiakan pembiayaan mud}a>rabah bermasalah BMT UGT Sidogiri cabang Jombang memiliki cara-cara yang digunakan. Strategi yang telah digunakan BMT UGT Sidogiri cabang Jombang selama ini telah berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa hal yang sedikit perlu diperhatikan dan diperbaiki oleh pihak manajemen BMT.

Pada kenyataan di lapangan prosedur awal yang digunakan adalah pemberian surat penagihan, menurut peneliti pada kenyataanya di lapangan sebagian besar prosedur ini tidak memberikan hasil yang maksimal, karena alasannya hanya sebuah surat pemberitahuan dan tidak berdampak terlalu besar untuk nasabah.

Tahap selanjutnya yakni penagihan oleh pengurus BMT, yaitu dengan cara meminta nasabah yang belum mampu membayar tunggakannya untuk datang ke kantor BMT UGT Sidogiri cabang Jombang. Adapun tujuannya adalah untuk

95

melakukan perundingan dengan nasabah yaitu melalui rescheduling (penjadwalan ulang), Restructuring (penataan ulang), reconditioning (persyaratan ulang). Menurut peneliti ketiga cara inilah yang menunjukkan hasil yang baik. Seperti pada contoh kasus pembiayaan yang diberikan kepada Pak Taufiq sebesar Rp 5.000.000,- dalam jangka waktu 15 bulan, akan tetapi Pak Taufiq mengalami kemacetan dalam mengangsur kewajibannya dikarenakan faktor ekonomi yang mengakibatkan omset tiap bulannya menurun, maka kebijakan BMTmelakukan Rescheduling.

Rescheduling adalah perubahan syarat pembiayaan yang menyangkut jadwal pembayaran jangka waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran pembiayaan dan mengurangi jumlah angsuran. Tentu tidak kepada semua nasabah dapat diberikan kebijakan ini oleh BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang, melainkan hanya kepada nasabah yang menunjukkan I’tikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi pembiayaan. Melalui rescheduling ini BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang memberi kebijakan dengan merubah jadwal pengangsuran.

Dengan kondisi nasabah yang sedang mengalami kemacetan dalam mengangsur kewajibannya dikarenakan penurunan omset tiap bulan dan kurangnya manajemen dengan baik maka pihak BMT UGT Sdogiri Cabang jombang memberikan kebijakan perubahan jadwal mengangsur, sehingga nasabah merasa terkurangi bebannya. Dengan kebijakan rescheduling inilah

96

nasabah yang mengalami keterlambatan dalam membayar hutang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada, yaitu dapat mengangsur kembali kewajibannya kepada BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang tanpa ada pihak yang merasa dirugikan. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kemampuan debitur yang sedang mengalami kesulitan.

Mengingat pembiayaan mud}a>rabah format atau bentuknya sudah ditentukan oleh pihak kreditor, maka diperlukan pengaturan khusus mengenai kontrak baku untuk instansi keuangan agar nasabah atau debitor tidak dalam posisi yang lemah dan tertekan sehingga tujuan syariah yang ingin dicapai oleh pihak BMT maupun nasabah dapat terpenuhi.

Untuk selanjutnya adalah melalui penyitaan jaminan. Ketika prosedur di atas tidak mampu menemukan titik terang, maka pihak BMT akan melakukan penyitaan barang jaminan nasabah. Namun pada kenyataannya masih saja terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh nasabah.Persoalan muncul ketika nasabah dengan sengaja tidak membayar dan meninggalkan barang jaminannya berupa BPKB atau sertifikat tanah saja. Barang yang akan disita oleh BMT telah dijual kepada pihak lain, hal inilah yang menjadi masalah bagi BMT, pihak BMT tidak dapat melakukan sita jaminan karena memang barang telah berpindah kepada pihak lain. Selain masalah tersebut pihak BMT juga memiliki masalah yang lain ketika barang disita telah mengalami kerusakan. Peneliti menilai

97

bahwa barang tidak akan terjual dengan maksiman karena barang yang telah disita mengalami kerusakan.

Strategi selanjutnya adalah eksekusi jaminan, menurut peneliti hal ini sangat efektif dilakukan oleh pihak BMT supaya pembiayaan mud}a>rabah bermasalah khususnya bagi sector usaha pasar tradisional Legi Jombang dapat terbayarkan.

Strategi yang paling akhir adalah penghapusan hutang (Write Off), seperti yang terjadi pada kasus di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang yaitu pembiayaan yang diberikan kepada Pak Uripan sebesar Rp 1.000.000,- dengan jangka waktu 12 bulan, akan tetapi Pak Uripan dianggap kabur/lari maka kebijakan BMT menerapkan penghapusan Hutang (Write Off).

Hal ini diakibatkan karena BMT kurang teliti dalam mencari informasi akan keberadaan nasabah. Oleh karena itu BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang menerapkan Penghapusan Hutang (Write Off). Pengahapusan sistem dan tagih dikarenakan nasabah kabur dan tidak diketahui keberadaannya lagi, sehingga BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang melakukan “pemutihan” atau mengganti kewajiban angsuran nasabah yang kabur dengan menggunakan cadangan dana penyisihan piutang.

Hal ini sesuai QS. Al Baqarah ayat 280:3

3Departemen Agama RI, Tarjamah Al Qur’an Al Karim, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), 44.

98                      

Artinya:”Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Ada juga hadits yang berkaitan dengan penundaan pembayaran, yaitu:4

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Penangguhan (pembayaran hutang) orang

kaya itu suatu kesesatan. Apabila seseorang di antara kamu hutangnya

dipindahkan kepada orang yang mampu, hendaknya ia menerima." Muttafaq Alaihi. Menurut suatu riwayat Ahmad: "Barangsiapa (hutangnya) dipindahkan, hendaknya ia menerima."

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai strategi penyelesaian pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah khususnya pada sektor pasar tradisional Legi Jombang yang ada di BMT UGT Sidogiri cabang Jombang, yakni kasus nasabah ini tidak jauh berbeda dengan teori yang sudah ada. Strategi yang dilakukan BMT untuk menyelesaikan pembiayaan mud}a>rabah bermasalah itu tergantung kondisi keadaan nasabah.

Masalah ini dapat terselesaikan berkat keuletan dan kegigihan BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang dan juga i’tikad baik dari pihak nasabah, sehingga masalah yang terjadi pada nasabah dapat terselesaikan dengan baik. Dalam menyelesaikan pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah, BMT UGT Sidogiri Cabang Jombang diharapkan benar-benar mampu menerapkan prosedur

99

penyelesaian yang sudah atau sesuai syariah, supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena pembiayaan mud}a>rabah modal sepenuhnya dari pihak kreditur sebaiknya pihak BMT menerapkan syarat khusus, yakni calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan mud}a>rabah diharapkan sudah terbukti berhasil melaksanakan akad-akad yang lain. Hal ini dilakukan guna membuktikan bahwa calon nasabah pembiayaan mud}a>rabah beri’tikad baik, dipercaya, dan mampu melaksanakan kewajibannya sehingga pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah dapat dihindari.

Apabila nantinya ada nasabah yang kabur dan sudah diketahui keberadaanya maka kekurangan tetap menjadi hutang nasabah dan tetap ditagih oleh BMT. Hal ini sesuai dengan fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tanggal 22 Februari 2005 yang berisi tentang penyelesaian piutang pembiayaan bagi nasabah yang tidak mampu membayar.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka peneliti menggarisbawahi beberapa poin yang menjadi kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk melakukan pencegahan terjadinya pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah khususnya bagi sektor usaha pasar legi Jombang melakukan 3 tindakan atau prosedur pokok, yaitu :

a. Melakukan analisis atau penilaian terhadap permohonan pembiayaan b. Analisis penilaian pembiayaan yaitu menggunakan 4C dan 5P yaitu

Character (sifat), Capacity (kemampuan), Collateral (jaminan), Capital (permodalan), Personality (kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari hari maupun masa lalunya), Purpose (kegunaan pembiayaan diajukan), Prospect (harapan keuntungan proyek yang dibiayai), Payment (dari mana dan bagaimana pengembalian pembiayaan dilakukan), Protection (bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan),

c. Yang terakhir dengan pemantauan penggunaan pembiayaan.

2. Strategi dalam menyelesaikan pembiayaan pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah khususnya bagi sektor usaha pasar tradisional legi Jombang yaitu :

101

a. Surat penagihan

b. Penagihan oleh pengurus

1) Rescheduling (penjadwalan ulang) 2) Restructuring

3) Reconditioning c. Penyitaan jaminan d. Ekesekusi jaminan

e. Penghapusan hutang (Write Off)

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi lembaga keuangan Syariah pada umumnya dan BMT UGT Sidogiri Jombang khususnya:

1. Untuk melakukan pencegahan pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah khususnya bagi sektor usaha pasar Legi Jombang alangkah baiknya pihak BMT melakukan prosedur penerimaan pembiayaan dengan teliti dan selalu melakukan pengawasan terhadap pembiayaan yang telah tersalurkan khususnya bagi sektor usaha kecil pasar tradisional legi Jombang.

2. Hendaknya penilaian pembiayaan mud}a>rabah dilakukan dengan sebaik mungkin, hal ini untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pembiayaan

102

mud}a>rabah bermasalah, khususnya bagi para nasabah pasar tradisional legi Jombang.

3. Hendaknya tidak memberikan pembiayaan kembali kepada nasabah yang pernah melakukan wanprestasi.

4. Meningkatkan pengawasan internal.

5. Hendaknya proses pengawalan (monitoring) setelah fasilitas pembiayaan dicairkan lebih ditingkatkan karena setelah pembiayaan diberikan tidak selamanya berjalan tanpa adanya hambatan atau risiko.

6. Memberikan peningkatan skill karyawan dengan mengadakan pelatihan- pelatihan megenai BMT.

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, DKK. Manajemen Biaya, Terjemahan Dra. A. Suty Ambarriani, M.Si Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Brosur produk BMT UGT Sidogiri.

Bulughul Maram. Hadits Ke 693 BAB VIII Tentang memindahkan Hutang dan menanggung.

Departemen Agama RI. Tarjamah Al Qur’an Al Karim. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009.

Edward W. Reed, dkk. Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Euis Amalia. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawai, 2009.

Fakultas Syariah & Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya, 2014.

Firmansyah. “Perkembangan industry syariah”, dalam

http://teropongbisnis.com/teropong-perbankan/perkembangan perbankansyariah-di-indonesia/ diakses pada 13 Oktober 2014.

Fitra Ananda, “Analisis perkembangan usaha mikro dan kecil setelah memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT At Taqwa Halmahera di kota Semarang”. Skripsi fakultas ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kaulitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.

http://digilin.unispasby.ac.id/download.php?id=603.html, diakses pada 19 April 2015 Pukul 19.45 WIB.

http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com/2012/08/socialization-throuhg- networking-model.html, diakses pada 16 April 2015. Pukul 10.45 WIB. http://pustakabakul.blogspot.com/2012/07/pengertian-bmt-baitul-mal-

http://www.google.co.id/#hl.id&blw.1024&blh.383&faktor+pemicu+pembiayaan+ bermasalah&aq.f&aql&aq&gsrfai&3a91333023ca. diakses pada 16 April 2015. Pukul 11:00 WIB.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers 2010. ---, Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Khoiril Umam, “Pengaruh Pembiayaan BMT Sumber Usaha Kembangsari

terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil”. Skirpsi perbankan syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012.

Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Luci, Huki. “Pengertian Pasar Tradisional”, dalam http://blog-

pelajaransekolah.blogspot.com/2013/05/pengertian-pasar-tradisional. html, diakses pada 03 Desember 2014.

Luqman Hakim, Wawancara, Jombang, 15 November 2014.

M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah (dari teori ke praktik). Depok: Gema Insani,

2001.

Modul Company Profile BMT UGT Sidogiri, 2014.

Muhammad, Manajemen pembiayaan Dana Bank Syariah. Yogyakarta: UPPAMP YKPN.2005.

---, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. ---. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.

---. Sistem & Prosedur Operasional Bank Islam. Yogyakarta: UII Press, 2000. Nur Inayah, “Strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembaiayaan

murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”. Skripsi fakultas dakwah, Universitas Islam Nergeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Nurul Huda, Mohammad heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis

dan Praktis. Jakarta: Kencana, 2010.

Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah dan Unit Jasa Keuangan Syari’ah Koperasi, 2007.

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern Inglish Press, 1991.

R. Usman. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia. Bandung : Citra Adtya Bakti, 2009.

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cetakan VIII, 2007.

Soemitra Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: kencana prenada media group, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta, 2008.

---, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung: Alfa Beta, 2008. Sulipan. “Penelitian Deskriptif Analitis”, dalam http://sekolah.8k.com, diakses

pada 15 Oktober 2014.

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan.

Dokumen terkait