• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

5.9 Interpretasi Data

5.9.3 Analisis Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawa

Mulia Medan

Berdasarkan perhitungan yang menggunakan koefisien korelasi pearson

product moment dengan bantuan program SPSS 17.0 pengaruh pengawasan melekat

terhadap disiplin kerja pegawai pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan, maka didapat hasil R Square sebesar 0,536. Hal ini menunjukkan bahwa 53,6% variabel Pengawasan Melekat (X) dapat mempengaruhi variabel Disiplin Kerja Karyawan (Y) dan hasil uji thitung dan ttabel yang diperoleh adalah pada alpha 5% adalah 2,00488. Berdasarkan tabel diatas diperoleh data

sebagai berikut : Nilai thitung untuk variabel Pengawasan Melekat (7,8910) lebih besar dibandingkan nilai ttabel (2,00488) dan sig t untuk variabel (Pengawasan Melekat (0,000) lebih kecil dari alpha (0,004). Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut maka Ha diterima yaitu pengawasan melekat memiliki pengaruh positif terhadap disiplin kerja pegawai yang bekerja di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan. Maka dari itu semakin tinggi pengawasan melekat maka semakin tinggi pula disiplin kerja pegawai.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang dilakukan peneliti terhadap variabel-variabel tentang Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan pengawasan melekat pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berdasarkan jawaban-jawaban responden mengenai pertanyaan-pertanyaan indikator pengawasan melekat yang diperoleh dari lapangan.

2. Disiplin kerja pegawai pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berdasarkan jawaban-jawaban responden mengenai pertanyaan-pertanyaan indikator pelaksanaan yang diperoleh dari lapangan.

3. Berdasarkan uji t terhadap data menunjukkan bahwa “ ada pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja ”. Karena r hitung lebih besar dari pada r tabel ( 0,732 > 0,2632), dan pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan berada pada kategori sedang. Dengan demikian hipotesa awal yang menyatakan bahwa “semakin tinggi pengawasan melekat maka akan semakin tinggi disiplin kerja karyawan”

terbukti dan dapat diterima kebenarannya. Berdasarkan perhitungan determinant (R²) maka diketahui pengaruh pengawasan melekat terhadap disiplin kerja karyawan pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan sebesar 53,6 %, sedangkan 46,4 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari penelitian ini.

4. 6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat disarankan kepada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam penerapan pengawasan melekat pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan kedepannya haruslah lebih ditingkatkan lagi agar lebih lagi dalam melakukan kontrol kerja pegawai kedepannya semakin baik dan memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan mandat, visi,misi, tujuan serta target- target organisasi.

2. Disiplin kerja pegawai pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan memang sudah bagus berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis namun harapannya lebih lagi ditingkatkan sehingga tujuan dan sasaran dari organisasi dapat tercapai. Semoga disiplin kerja pegawai yang baik dapat dipertahankan dan yang masih kurang lebih ditingkatkan lagi.

3. Pengawasan melekat (Waskat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan, maka hendaklah pimpinan Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Kehadiran pimpinan di tempat kerja untuk mengawasi dan memberikan petunjuk kepada bawahan jika ada yang mengalami kesulitan tentu dapat membuat para karyawan merasakan adanya perhatian, bimbingan, pengarahan, dan pengawasan dari atasan.

4. Dalam hal peningkatan disiplin kerja para pegawai, pimpinan/atasan hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin, sehingga dengan menggunakan faktorfaktor tersebut secara berdaya guna, dihasilkan para karyawan yang mempunyai disiplin yang tinggi yang muncul atas kesadarannya sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain penegakan aturan, motivasi, keteladanan atasan, komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan, penempatan karyawan dan lain-lain.

5. Selain itu, pimpinan/atasan hendaknya benar-benar melaksanakan tugas- tugas yang merupakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya dan menciptakan suasana kerja yang nyaman, tertib dan menciptakan komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan, sehingga karyawan merasa dihargai dan pada akhirnya apa yang menjadi tujuan organisasi dapat dicapai dengan maksimal.

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Untuk memperoleh semuanya itu maka dalam bab ini penulis akan menjabarkan metode yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang valid.

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode regresi dengan menggunakan analisa data. Penelitian regresi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar varibel (Arikunto,2006). Dalam penelitian regresi membuat estimasi atau memprediksi nilai rata-rata satu variabel didasarkan pada nilai – nilai tetap variabel – variabel lain (Gujarati, 2012). Selain itu untuk membantu menganalisis data dan fakta yang diperoleh dari lapangan. Dasar penelitian ini adalah survey, yaitu pembagian kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian guna memperoleh data yang objektif dan valid dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Jl. Simpang Tanjung No.1A Medan.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2004: 90). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pegawai Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan, dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 56 orang.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2005:96). Menurut Arikunto (1991:107) apabila subjeknya atau populasinya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya atau populasinya lebih dari 100 orang, maka diambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 56 orang.

2.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 2.4.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang diamati dari objek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer. 2.4.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Ada dua cara yang digunakan dalam teknik pengumpulan data primer, yaitu:

a) Kuesioner, yaitu menyebarkan daftar pertanyaan secara tertutup menyangkut penelitian kepada para responden dengan berbagai alternatif jawaban.

b) Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan focus penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Ada dua cara yang digunakan dalam teknik pengumpulan data sekunder, yaitu:

a) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui buku-buku, makalah, literature, internet, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b) Studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengkaji informan yang

bersumber dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang menyangkut dengan masalah penelitian.

2.5 Teknik Penetuan Skor

Teknik pengukuran skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan kepada responden (Sugiyono 2004:108).

Adapun penentuan skor adalah:  Jawaban a diberi skor 5  Jawaban b diberi skor 4  Jawaban c diberi skor 3  Jawaban d diberi skor 2  Jawaban e diberi skor 1

Kemudian untuk ,menentukan kategori jawaban responden terhadap masing- masing alternatif apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut:

Maka diperoleh :

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing- masing variabel, yaitu:

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61 Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23 Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

2.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari suatu penelitian harus dianalisis terlebih dahulu secara benar agar dapat ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode analisis regresi linear sederhana dengan bantuan Microsoft Excel yang merupakan salah satu paket program komputer yang digunakan dalam mengolah data statistik.

2.6.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan masing – masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r tabel dengan r hitung. Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan melalui besarnya koefisien korelasi, yaitu :

a. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid.

b. Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid. (Ghozali, 2006).

2.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan insturmen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda. Ghozali (2006) menyatakan teknik yang digunakan untuk mengukur realibitas pengamatan adalah Alpha dari Cohcran Chi Square dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya, dengan ketentuan jika :

a. Jika alpha > 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel.

b. Jika alpha < 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.

2.6.3 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu melalui pendekatan grafik (histogram dan P-P Plot) atau uji kolmogorov- smirnov, chi-square, Liliefors maupun Shapiro-Wilk.

Menurut Imam Ghozali (2007:110) tujuan dilakukan uji normalitas adalah Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

2.6.4 Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Analisis regersi berguna untuk mendaptkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih. Selain itu analisis regersi berguna untuk mendapatkan pengaruh antar variabel prediktor terhadap variabel kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel kriteriumnya (Usman & Akbar, 2008).

Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel- variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana (tunggal). Persamaan rumus regresi linier sederhana yaitu (Sugiyono, 2011 : 237):

Keterangan : a = konstanta

Y’ = Variabel dependen ( variabel terikat )

X = Variabel independen ( variabel bebas )

Nilai – nilai a dan b dapat dihitung dengan metode Least Square :

2.6.5 Uji Signifikan “t”

Uji parsial (uji t) dengan maksud untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas atas variabel terikat dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0.05). Untuk menguji signifikasi suatu koefisien korelasi, maka dapat menggunakan statistik uji t student dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: t : nilai uji t

r : koefisien korelasi n : jumlah sampel

Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya hipotesis, Riduwan dan Sunarto (2007:83) mengungkapkan kaidah yang digunakan dalam pengujian terhadap hipotesis penelitian sebagaimana dikutip berikut ini:

Kaidah pengujian:

a. Jika t hitung ≥ t table, maka tolak H0 artinya signifikan b. t hitung ≤ t table, maka terima H0 artinya tidak signifikan.

Nilai t tabel bisa ditemukan dengan bantuan tabel distribusi t student yang sudah tersedia secara umum.

2.6.6 Uji Determinan (R²)

Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, merupakan kuadrat dari koefisien korelasi. Koefisien ini dapat digunakan untuk menganalisis apakah variabel yang diduga atau diramal (Y) dipengaruhi oleh variabel (X) atau seberapa variabel independen ( bebas ) mempengaruhi variabel dependen ( tak bebas ).

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien deteminasi berkisar antara nol sampai satu (0< R2 < 1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (Variabel X) adalah besar terhadap variabel terikat (Variabel Y).Adapun rumus persamaan koefisien determinan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin kerja bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kedisplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, daterwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat.

Sikap disiplin kerja karyawan sangat penting bagi suatu perusahaan dalam rangka mewujudkan suatu tujuan perusahaan, hal ini sesuai dengan penjelasan Malayu S.P Hasibuan (2001:213) bahwa “Disiplin harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik sulit bagi

perusahaan untuk mewujudkan tujuannya”. Dengan adanya disiplin kerja pada setiap

karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut, akan menjadikan perusahaan itu menjadi maju. Karena setiap karyawan yang berdisiplin dalam melakukan pekerjaan

dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam perusahaan tersebut walaupun tidak secara keseluruhan menghasilkan pekerjaan yang sempurna. Tetapi dalam jangka waktu tertentu karyawan akan melaksanakan pekerjaannya menjadi lebih baik

Tingkat kedisiplinan yang ditunjukan masing – masing pegawai tentunya berbeda – beda padahal seluruh peraturan yang ada berlaku kepada seluruh pegawai yang bekerja di suatu organisasi. Disiplin ini merupakan sebuah sikap positif yang tentunya terjadi tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masing – masing pegawai untuk mematuhi seluruh peraturan yang ada di organisasi tersebut baik itu organisasi swasta ataupun suatu organisasi negeri atau pemerintah. Sikap disiplin yang baik dari para pegawai tentu sangat diharapkan oleh setiap organisasi. Dalam hal ini pemerintah tentu mengharapkan adanya etos kerja yang baik serta disiplin kerja dari para pegawai yang merupakan suatu abdi negara yang harus memberikan usaha maksimal dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik.

Peran sumber daya manusia sebagai aparatur/pegawai negara tentunya mempunyai peranan yang sangat penting dan dapat menentukan keberhasilan penyelenggaraan suatu pemerintahan dan pembangunan. Seorang karyawan yang mampu memainkan peranan dan fungsi tersebut adalah seorang karyawan yang mempunyai kompetensi yang diindikasikan dari sikap disiplin yang tinggi, kinerja yang baik serta sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada negara, bermoral dan bermental baik, sadar akan tanggung jawabnya sebagai

pelayan publik yang selalu dituntut memberikan pelayan yang terbaik kepada masyarakat.

Tingkat kedisiplinan yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang menjadikan kualitas kedisiplinan para karyawan menjadi sangat rendah. Faktor – faktor tersebut yaitu lemahnya kesadaran akan tanggung jawab, kemampuan dan keahlian dari para pegawai yang pas – pasan sampai pada pengawasan terhadap kinerja dan disiplin kerja para pegawai yang sangat lemah. Terkait masalah pengawasan terhadap kinerja dan disiplin kerja yang sangat lemah merupakan suatu permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya agar tidak menjadikan efek domino bagi pegawai yang lain.

Untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik perlu adanya disiplin kerja yang baik yang dilakukan oleh para pegawai. Disiplin kerja disini adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam disiplin kerja yang tinggi, maka suatu produktivitas kerja juga akan tercapai. Perusahaan tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para bawahannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraaturan permainan dan telah disepakati bersama, maka pelanggaraan terhadap peraturan permainan ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan (Heidjrachman dkk, 1990 : 240).

Perlu adanya suatu pengawasan yang berkesinambungan dan tidak hanya berupa himbauan atau ancaman tertulis yang sudah terbukti tidak efektif dalam memperbaiki disiplin kerja dari para pegawai. Pengawasan merupakan suatu tindakan yang berfungsi untuk memonitor atau menyoroti dan membandingkan apakah pegawai tersebut bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan merupakan suatu bentuk tindakan yang baik dan dapat diterapkan dalam sektor pemerintahan ataupun sektor swasta dan dengan adanya pengawasan yang berkesinambungan dan maksimal tentu akan memberikan kontrol kepada para pegawai bahwa setiap yang mereka kerjakan dinilai dan diamati dengan seksama.

Suatu pengawasan yang baik harus bersifat mendidik dalam arti mendidik ke arah kerja yang baik dan menjauhkan kemungkinan - kemungkinan penyelewengan. Pengawasan yang dilakukan bukanlah untuk mencari - cari kesalahan, pengawasan terutama ditujukan agar rencana - rencana dapat dilaksanakan dengan sebaik - baiknya. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari organisasi ataupun instansi tersebut. Dari pihak internal misalnya, pengawasan juga merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi setiap pekerjaan yang dikerjakan para bawahannya apakah pekerjaan yang dikerjakan sudah sesuai atau pemanfaatan waktu kerja sudah dilakukan dengan maksimal, hal ini dilakukan agar seluruh waktu kerja dapat dimanfaatkan dengan baik dan tidak ada waktu yang terbuang sia – sia.

Dan lebih lanjut pengawasan merupakan suatu bagian dari fungsi menajemen yang diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja para pegawai. Dengan pengawasan yang baik diharapkan akan berkurangnya kesalahan dan penyimpangan yang terjadi.

Apabila organisasi ataupun pimpinan mampu melaksanakan pengawasan secara baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, maka dengan sendirinya disiplin kerja pegawai akan baik. Alfred R. Lateiner (1983 : 72) menyatakan bahwa disiplin sejati apabila para pegawai datang ke kantor dengan teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempatnya, apabila mereka menggunakan perlengkapan - perlengkapan dengan hati - hati, apabila mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau organisasi dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai disiplin pegawai, Nonince Irianti (207:83) pengendalian kerja/pengawasan dapat berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai meskipun pengaruh yang diberikan hanya (13,7%) saja, sedangkan sisanya yaitu (86,3%) ditentukan oleh faktor-faktor lain. Rosmiyati Husniyah (2011:134) pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja sebesar (77%) dan sisanya (23%) adalah pengaruh dari faktor lain. Yadi Septiadi (2011:124) pengawasan memiliki pengaruh terhadap disiplin kerja pegawai sebesar (21%) dan sisanya dipengaruhi faktor lain.

Hasil penelitian terdahulu diatas menggambarkan masih banyak pegawai yang kurang berdisiplin terhadap peraturan yang ada. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan tanpa ada tindakan tepat akan menimbulkan masalah bagi para pegawai dalam bekerja dan terganggunya tujuan organisasi/lembaga yang telah ditetapkan.

Jasa Marga Belmera merupakan salah satu cabang PT. Jasa Marga yang mengoperasikan jalan tol Belawan – Medan- Tanjung Morawa (Belmera) di Sumatera Utara. Jalan Tol ini menghubungkan Pelabuhan Belawan, Kotamadya Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Sebagai perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang jasa tentunya harus memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumen sebagai pengguna jasa.

Jasa Marga memiliki visi menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. Untuk mencapai visi tersebut, Jasa Marga harus berusaha keras untuk terus memperbaiki kekurangan – kekurangan yang ada selama ini, maka dari itu diperlukan pengawasan yang terarah dari atasan yang dapat menjadikan tingkat disiplin kerja karyawan lebih baik sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.

Mekanisme pengawasan yang sudah berjalan sebagaimana prosedur yang ditetapkan oleh pusat dan berjalan dengan baik, akan tetapi belum dapat dikatakan bahwa pengawasan tersebut mencerminkan disiplin kerja para karyawan Jasa Marga

itu baik. Tingkat disiplin kerja karyawan PT. Jasa Marga perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terutama dalam hal kehadiran dan ketepatan waktu hadir. Adanya absensi elektronik yang disediakan oleh pihak kantor nyatanya tidak membuat karyawan untuk datang tepat waktu.

Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini adalah: “ Seberapa Besar Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT.

Dokumen terkait