BAB 2 : PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.5 Pembahasan
2.5.2 Analisis Pengaruh Perubahan Kebijakan terhadap
Laporan Operasional (LO) merupakan penyedia informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan. Laporan operasional merupakan komponen laporan keuangan tambahan, yang sebelumnya dalam basis kas menuju akrual tidak ada laporan operasional. Dalam laporan operasional tersedia informasi seperti:
1. Besarnya beban yang harus masih harus ditanggung oleh pemerintah;
3. Berguna untuk mengetahui pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan dalam periode mendatang;
4. Mengenai penurunan dan peningkatan ekuitas.
Pada basis kas menuju akrual Laporan Operasional (LO) bersifat optional dan disebut juga sebagai Laporan Kinerja Keuangan. Informasi dalam Laporan Operasional disajikan pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; b. Beban dari kegiatan operasi;
c. Surplus/defisit dari kegiatan non operasional, bila ada; d. Pos luar biasa, bila ada;
e. Surplus/defisit-LO;
Pendapatan-LO kegiatan operasional pada Pemerintah Kota Surabaya untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.6.763.364.876.973,10, sedangkan jumlah beban operasional adalah sebesar Rp.7.356.614.308.243,83 sehingga terdapat kekurangan dalam kas keuangan atau disebut juga defisit, defisit dari kegiatan operasional pada LO tahun 2015 adalah senilai (Rp.593.249.431.270,73). Sampai dengan 31 Desember 2015 Pemerintah Kota Surabaya mengalami Defisit-LO sebesar (Rp.593.249.431.270,73). Laporan operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan laporan operasional, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Neraca mempunyai keterikatan yang dapat dipertanggungjawabkan
Gambar 3.2 Konsepsi basis akrual dan keterkaitan antar laporan Anggaran
Basis Kas/Akrual
LRA SILPA/SILKA Laporan Perubahan SAL
Akuntansi Basis Akrual LO Surplus/Defisit-LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca Ekuitas
Sumber: Data olahan (2016)
Diatas telah dijelaskan perbedaan antara LO dengan LRA terdapat pada pengakuan belanja dan beban bahwa penyusunan LRA bila masih menggunakan basis kas, maka pada pengakuan belanja LRA yang berarti, kas yang dikeluarkan dan pendapatan dari daerah diakui saat diterimanya kas. Sedangkan pengakuan beban atau pendapatan yang timbul pada laporan operasional meskipun belum dibayarkan tetapi sudah diakui sebagai penambah ekuitas dan tidak perlu dibayarkan kembali karena adanya hak atas beban atau pendapatan tersebut.
Tabel 2.2 Perbedaan basis akrual dengan basis kas menuju akrual dalam laporan opersional
Kas Menuju Akrual Akrual
a) Berupa Laporan Keuangan Kinerja
a) Merupakan Laporan Keuangan Pokok b) Bersifat optional b) Terdiri dari pos-pos
sebagai berikut : a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; b. Beban dari kegiatan
Kas Menuju Akrual Akrual operasional; c. Surplus/defisit dari kegiatan operasional, bila ada;
d. Pos luar biasa, bila ada; e. Surplus/defisit
LO
2.5.3 Analisis Pengaruh Perubahan kebijakan terhadap Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pada suatu entitas pelaporan yang terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Nilai aset per 31 Desember 2015 pada pemerintah kota Surabaya dicatat dan disajikan sebesar Rp.38.141.031.084.021,90, yang terdiri atas Aset Lancar sebesar Rp.1.959.579.224.001,51, Aset Tetap (netto setelah akumulasi penyusutan) sebesar Rp. 33.828.856.738.994,40, dan Aset Lainnya (netto setelah akumulasi amortisasi) sebesar Rp. 373.866.556.937,35. Nilai kewajiban dan ekuitas masing-masing Rp. 356.538.149.673,53 dan Rp. 37.784.492.934.348,40. Perubahan kebijakan yang terjadi menimbulkan dampak yang signifikan dalam sisi kewajiban bagian pendapatan diterima dimuka dalam neraca tahun 2015 senilai Rp.225.519.076.199,97 dan pada neraca tahun 2014 sebesar Rp.6.784.388.303,92. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pengakuan hutang pada barang yang belum dibayarkan. Pada neraca aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Par 45).
• Aset Lancar – Kas
– Kas di Bank
– Piutang
– Persediaan
• Investasi Jangka Panjang
• Aset tetap
– Aset berwujud
– Aset tak berwujud
• Dana Cadangan
• Aset lain
• Kewajiban jangka pendek
– Hutang lancar
– Pinjaman Jangka pendek
• Kewajiban Jangka Panjang
• Ekuitas
– Ekuitas Dana Lancar
– Ekuitas Dana Investasi
– Ekuitas Dana Cadangan
Aktiva Pasiva
Komponen laporan keuangan yang ada dalam neraca sejak awal menggunakan basis akrual sehingga perubahan kebijakan yang terjadi tidak menghasilkan perubahan yang signifikan pada neraca.
Berikut gambar neraca menurut PP nomor 71 tahun 2010 :
Gambar 3.3 Neraca menurut PP 71/2010
Pada gambar diatas dijelaskan bahwa, terdapat perubahan pada ekuitas. Dalam sisi ekuitasnya tidak lagi dirinci kedalam ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, Ekitas Dana Cadangan tetapi hanya ekuitas atau kekayaan bersih pemerintah yang merupakan total dari selisih antara aset dan kewajiban. Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas (Par 84-85). Sehingga, perubahan tersebut menjadi lebih sederhana.
Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010 tentang SAP mendifinisikan aset sebagai:
Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan, diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
a. Perbedaan dalam pengakuan aset
Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal, terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.3 Perbedaan dalam Pengakuan Aset Basis Kas Menuju Akrual dengan Basis Akrual
Cash Toward Accrual Accrual
a) Piutang dibayar dimuka belum diakui
a) Aset dalam bentuk piutang dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lainnya telah atau tetap masih terpenuhi,dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi b) Aset dicatat sebesar
pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk
memperoleh aset tersebut
b) Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut
b. Perbedaan dalam pengakuan kewajiban
Tabel 2.4 Perbedaan Pengakuan Kewajiban Cash Toward Accrual Accrual
a) Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul
a) Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul b) Kewajiban dicatat
sebesar nilai nominal
b) Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar c) Belum ada pengukuran
untuk utang transfer
c) Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku
c. Perbedaan dalam persediaan
Terdapat perbedaan dalam persediaan basis kas menuju akrual dengan basis akrual, terlihat pada tabel 2.5 :
Tabel 2.5 Perbedaan Persediaan
Cash Toward Accrual Accrual
a) Nilai persediaan hanya dihitung/ disesuaikan pada akhir periode pelaporan
a) Pemakaian persediaan dicatat sebagai beban
selama periode
pemakaian b) Nilai pembelian yang
digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh
b) Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan baik metode sistematis (FIFO atau rata-rata tertimbang) maupun
Cash Toward Accrual Accrual
menggunakan harga pembelian terakhir. c) Persediaan yang
diproduksi sendiri disajikan dengan biaya standar
c) Disajikan sebesar harga pokok produksi
d. Perbedaan dalam investasi
Perbedaan basis kas menuju akrual dengan basis akrual, digambarkan seperti tabel 2.6 berikut ini
Tabel 2.6 Perbedaan Investasi Cash Toward Accrual Accrual
a) Investasi dicatat pada harga perolehan atau harga wajarnya tanpa memperhitungkan nilai diskonto atau preminya a) Nilai sebuah investasi dicatat pada nilai nominalnya dengan menambahkan akun diskonto/premi yang merupakan selisih nilai nominal dengan harga beli
b) Pengakuan
pendapatan/beban bunga dari efek adanya
diskonto/premi tidak diperhitungkan
b) Pengakuan
pendapatan/beban bunga dari efek adanya
diskonto/premi diperhitungkan
Cash Toward Accrual Accrual
bentuk saham dicatat menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama
saham yang diterima tidak menambah nilai investasi pemerintah.
e. Perbedaan dalam aset tetap
Perbedaan yang terlihat dalam neraca dengan perubahan basis akuntansi dari cash toward accrual ke akrual adalah adanya akun akumulasi penyusutan. Berikut perbedaannya dalam tabel 2.7:
Tabel 2.7 Perbedaan Aset Tetap Cash Toward Accrual Accrual
a) Penyusutan dalam aset tetap masih bersifat opsional
a) Diwajibkan untuk semua aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan
b) Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset
b) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
2.5.4 Analisis Pengaruh Perubahan kebijakan terhadap Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) menyajikan informasi berisi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan SAL hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan konsolidasinya.Laporan Perubahan SAL menyajikan laporan dengan periode sebelumnya seperti pos pos berikut :
a. Saldo Anggaran Lebih Awal; b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun sebelumnya, dan; e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. (Par 41)
Pada tanggal 1 Januari 2015 saldo anggaran lebih Pemerintah Kota Surabaya adalah sebesar Rp. 1.311.544.540.066,85, kemudian penggunaan SAL (Saldo Anggaran Lebih) penerimaan pembiayaan pada tahun berjalan senilai Rp.1.311.544.540.066,85. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp.1.414.555.771.465,82 sehingga saldo anggaran lebih akhir adalah senilai Rp.1.414.555.771.465,82.
2.5.5 Analisis Pengaruh Perubahan kebijakan terhadap Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang pelaporannya menggunakan cash basis. Laporan Arus Kas (LAK) menyajikan informasi kas yang berhubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pada pemerintah pusat maupun daerah (Par 80). Laporan arus kas ini hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Arus kas bersih dari aktivitas operasi pada Pemerintah
Kota Surabaya sebesar Rp. 1.850.589.382.962,67, sedangkan arus kas bersih dari aktivitas investasi adalah senilai (Rp. 1.802.032.332.051,00), dan Arus kas bersih dari aktivitas transistoris sebesar Rp. 3.348.445.261,00. Saldo awal kasnya sebesar Rp. 1.238.263.150.104,76 dan saldo akhir kas pada pemerintah Kota Surabaya adalah senilai Rp. 1.451.686.157.600,76. Adanya perubahan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP No.24 Tahun 2005) menjadi SAP Berbasis Akrual (PP No.71 Tahun 2010) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laporan arus kas meskipun terdapat perbedaan diantara kedua SAP tersebut. Berikut ini adalah Tabel 2.8 merupakan perbandingan antara laporan arus kas berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual) dengan basis akrual :
Tabel 2.8 Perbandingan Laporan Arus Kas Berbasis Cash Toward Accrual dengan Basis Akrual
Cash toward accrual Accrual
a) Tidak ada penegasan kas dan setara kas yang disajikan dalam laporan arus kas;
a) Informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan;
b) Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan (Par 15)
b) Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum (Par 15)
c) Arus kas masuk dan
keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset
c) Arus kas masuk dan keluar diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
Cash toward accrual Accrual
non keuangan, pembiayaan, dan non anggaraan (Par 86)
transitoris (Par 90)
Terdapat perbedaan-perbedaan lain, yaitu pergantian istilah atau perubahan nama akun pada laporan arus kas sebagaimana tercantum dalam lampiran II PP Nomor 71 Tahun 2010. Perubahan nama tersebut berpengaruh langsung terhadap penerapan basis akrual. Akun dalam aktivitas operasional yang semula menggunakan nama akun pendapatan dan belanja kini diganti menjadi penerimaan dan pembayaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerancuan dan tumpang tindih antara akun-akun pendapatan-LO, pendapatan-LRA, dan belanja pada LRA. Begitu juga pada aktivitas investasinya, istilah belanja dan pendapatan dihilangkan untuk maksud dan tujuan yang sama. Hal ini mempertegas bahwa adanya perbedaan antara laporan arus kas yang dalam penyusunannya menggunakan basis kas dengan laporan operasional yang sudah menggunakan basis akrual.
2.5.6 Analisis Pengaruh Perubahan Kebijakan terhadap Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi tentang kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos :
a. Ekuitas awal
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c. Koreksi-koreksi yang menambah/mengurangi ekuitas d. Ekuitas akhir
Ekuitas pada tanggal 1 Januari 2015 pada Pemerintah Kota Suarabaya adalah sebesar Rp.38.500.759.535.505,60 dikurangi Defisit-LO sebesar Rp.593.246.827.608,73 dalam hal ini pemerintah memiliki pengeluaran yang lebih
banyak dari penghasilan, kemudian ditambah dengan koreksi piutang senilai Rp.22.186.881.005,20, dikurangi koreksi nilai persediaan, koreksi hutang dan selisih dari revaluasi aset tetap sebesar Rp. 592.066.407,81, Rp.25.756.578.099,68, dan Rp. 118.858.010.046,19 sehingga Ekuitas Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 31 Desember 2015 adalah senilai Rp. 37.784.492.934.348,40. Koreksi-koreksi yang ada pada LO dapat menambah/mengurangi ekuitas.Adapun dampak yang timbul akibat perubahan kebijakan akuntansi pada Laporan Perubahan Ekuitas adalah terdapat pada koreksi kesalahan, misalnya:
1. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;
2. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset
2.5.7 Analisis Pengaruh Perubahan Kebijakan terhadap Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE
harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE (Par 105 & 106). Pemerintah Kota Surabayadalam penyajian LRA, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Dengan adanya perubahan kebijakan basis cash toward accrual menjadi basis akrual terdapat perbedaan hal komponen laporan keuangan yang dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.