IV. KONDISI UMUM
5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro
5.1.2 Analisis Pengaruh Struktur RTH Semak
Struktur semak tidak jauh berbeda dengan struktur pohon, yaitu memiliki kemampuan dalam menyerap radiasi matahari, memberikan nauangan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara. Namun, karena ukuran semak lebih kecil dari pada pohon maka kemampuannya dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara tidak semaksimal pohon (Brown & Gillespie, 1995). Semak juga memiliki pengaruh terhadap angin, hanya saja dalam skala lebih kecil dari pohon. Semak sama seperti pohon, terdapat beberapa karakteristik struktural semak yang dapat mempengaruhi iklim mikro diantaranya: bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk (Scudo, 2002).
Semak dengan tajuk piramidal dan bulat, ditanam berjejer/berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), serta memiliki kepadatan tajuk tinggi dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara. Sementara itu, semak dengan tajuk kolumnar/horisontal; ditanam secara tunggal; memiliki ukuran sangat rendah, rendah, atau tinggi (0,5-1 dan 2-3 meter); serta memiliki
kepadatan tajuk rendah sampai sedang memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dan menurunkan kelembaban udara. Selain berpengaruh dalam suhu udara dan kelembaban udara sama seperti halnya pohon, semak juga berpengaruh terhadap angin.
Semak memiliki fungsi untuk mengarahkan angin, menyimpan, menghalangi, maupun menyaring angin. Semak yang dapat mengarahkan angin yaitu semak dengan karakteristik sebagai berikut. Semak yang memiliki bentuk tajuk kolumnar, piramidal, atau bulat; ditanam berjejer/berkelompok; memiliki ukuran rendah hingga tinggi (0,5-3 meter); dan memiliki kepadatan tajuk yang sedang/rendah. Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH terhadap iklim mikro, dilakukan pengukuran iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada waktu yang sama seperti pengukuran pada pohon yaitu pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada struktur semak dapat dilihat pada Gambar 15, 16, dan 17.
Gambar 15 Grafik Suhu Udara Pada Semak Antar Lokasi
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa suhu udara semak secara keseluruhan pada menit awal pengukuran lebih tinggi dari pada suhu udara di menit akhir. Suhu udara semak yaitu berkisar antara 25 C - 32 C. Suhu udara yang berada diatas 28 C merupakan suhu udara yang tidak nyaman untuk manusia. Perbandingan suhu udara berdasarkan Gambar 15 yaitu suhu udara semak pada
Lokasi 1 < Lokasi 2 < Lokasi 3. Pada Lokasi 1 terlihat memiliki suhu udara lebih rendah daripada lokasi lainnya, hal ini dikarenakan tingkat penutupan awan saat pengukuran Lokasi 1 tinggi, sehingga suhu udara pun rendah. Semakin tinggi tingkat penutupan awan maka suhu udara rendah, dan sebaliknya semakin rendah tingkat penutupan awan maka suhu udara akan tinggi.
Pada Gambar 15 terlihat pula bahwa suhu udara semak pada Lokasi 2 dan Lokasi 3 relatif mirip. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kerapatan vegetasi pada lokasi-lokasi tersebut relatif sama. Penanaman semak berbeda halnya dengan pohon tetapi ada pula semak yang ditanam seperti pohon secara tunggal, jika semak ditanam secara bersama dalam pola desain atau tanam tertentu maka kerapatannya akan berbeda dengan semak yang ditanam tunggal (Asiani, 2007). Faktor-faktor tersebut berdasarkan kondisi yang terdapat di lokasi pengamatan.jika dilihat perbandingan pada suhu udara semak dapat membuktikan tujuan dilakukannya perbandingan struktur semak antar lokasi yaitu melihat ada/tidaknya pengaruh lingkungan luar KRC terhadap iklim mikro. Namun, hal tersebut juga masih dipengaruhi dengan kondisi sekitar lokasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pengukuran juga dilakukan untuk mengetahui kelembaban udara pada semak. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan Gambar 16, kelembaban udara di ketiga lokasi tersebut berada diantara 60-80%. Perbandingan kelembaban udara berdasarkan laju perubahan Lokasi 3 < Lokasi 2 < Lokasi 1. Kelembaban udara pada Lokasi 2 dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi/ kerindangan yang cukup rapat sehingga kelembaban udara juga cenderung tinggi. Jika dilihat perbandingan kelembaban udara pada semak ini merupakan perbandingan yang berbanding terbalik dengan suhu udaranya. Hal ini kembali membuktikan bahwa kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara.
Selain suhu udara dan kelembaban udara, yang diukur bersama-sama yaitu kecepatan angin pada struktur semak. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik Kecepatan Angin Pada Semak Antar Lokasi
Berdasarkan Gambar 17 dari data hasil pengukuran lapang terlihat laju perubahan kecepatan angin setiap lokasi untuk struktur semak ini relatif kecil. Perbandingan kecepatan angin yaitu Lokasi 3 < Lokasi 1 < Lokasi 2. Pada Lokasi 2 merupakan lokasi dengan kecepatan angin paling besar. Hal tersebut dapat terjadi sama halnya seperti struktur pohon yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu ketinggian tempat. Lokasi 2 merupakan lokasi pangambilan data yang titik-titik pengukurannya lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya.
Kecepatan angin pada Lokasi 1 dan Lokasi 3 relatif beriringan selama waktu pengukuran tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang relatif sama sehingga angin yang datang pada lokasi-lokasi tersebut tidak sebesar/sekencang Lokasi 2. Selain itu, kondisi Lokasi 1 dan Lokasi 3 yang tidak terlalu rindang menyebabkan kecepatan angin relatif beriringan. Faktor penting yang mempengaruhi hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin pada semak ini sama seperti pada struktur pohon dalam menciptakan iklim mikro yang nyaman.
oleh karena itu, dilakukan analisis karaktersitik struktural dan dapat dilihat pada Tabel 10.
: Analisis Suhu Udara : Analisis Kelembaban Udara
: Analisis Angin
Berdasarkan analisis pada Tabel 10 tersebut, setiap lokasi memiliki karakteristik struktur semak yang beragam namun, kemampuan meningkatkan dan menurunkan suhu udara sama seperti pohon.
Tabel 10 Analisis Karakteristik Struktural Semak
: Meningkatkan Suhu, RH, Tidak mengarahkan angin
: Menurunkan Suhu, RH, mengarahkan angin : Keduanya
Secara umum ketiga sample semak pada Lokasi 1 dengan suhu udara yaitu : titik 1 (Araucaria cunninghamii : 24,8 C); titik 2 (Araucaria cunninghamii : 24,4 C); & titik 3 (Calliandra calothyrsus : 26,2 C), memiliki karakteristik struktural untuk meningkatkan suhu udara sangat baik karena 2 dari 3 sample ditanam secara tunggal dan kepadatan tajuk yang padat. Karakteristik tersebut dapat menjadi pelengkap dari karakteristik pohon yang dimiliki Lokasi 1 untuk menciptakan suhu udara yang nyaman. Namun, ketiga bentuk tajuk pada Lokasi 1 ini berkemampuan untuk menurunkan suhu udara, hal tersebut dapat menjadi penyeimbang dalam menciptakan suhu udara yang nyaman bagi manusianya.
Berdasarkan kelembaban udara, secara umum Lokasi 1 memiliki nilai kelembaban udara yaitu (Araucaria cunninghamii : 75,5%); (Araucaria cunninghamii
: 75,7%); & (Calliandra calothyrsus : 72,2%), sedikit diatas batas nyaman. Hasil analisis suhu udara menunjukkan lebih besar berkemampuan untuk menaikkan suhu udara itu artinya berarti berkemampuan besar untuk menurunkan kelembaban udara. Kondisi tersebut dapat digunakan untuk menurunkan kelembaban udara pada lokasi ini dengan maksimal karena berdasarkan hasil pengukuran nilai kelembaban udara Lokasi 1 cukup tinggi.
Namun, analisis karakteristik struktural semak dalam melihat kemampuannya dalam mengarahkan angin, Lokasi 1 yang memiliki kecepatan angin (Araucaria cunninghamii : 0,1 m/s); (Araucaria cunninghamii : 0,4 m/s); & (Calliandra calothyrsus : 0,5 m/s), kecepatan angin tersebut berada dibawah batas nyaman. Hasil analisis struktural pada Tabel 10 menunjukkan semak pada Lokasi 1 kemampuan mengarahkan angin dan tidak mampu mengarahkan anginnya seimbang. Sehingga kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengkombinasikan kemampuan seluruh struktur RTH agar tercipta angin yang nyaman serta aman untuk kegiatan manusia.
Keadaan berbeda terjadi pada lokasi 2 dengan nilai suhu udara yaitu : titik 4 (Carex morowii : 26,8 C); titik 5 (Fagraera sp : 28,3 C); & titik 6 (semak liar : 27,3 C), diperkirakan faktor lingkungan di lokasi ini diduga memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara yang sangat baik sama halnya dengan struktur pohon, karena berdekatan dengan material yang dapat menghasilkan panas jika
terkena radiasi matahari seperti aspal dan bebatuan. Berbeda dengan pohon yang banyak ditanam secara berkelompok yang memiliki kemampuan untuk menurunkan suhu, semak pada Lokasi 2 ditanam secara tunggal sehingga berkemampuan untuk meningkatkan suhu udara yang baik tetapi hal tersebut dapat sangat membahayakan karena suhu udara semak di lokasi ini diambang batas nyaman. Jika kemampuan tersebut dimanfaatkan secara maksimal akan menimbulkan suhu udara yang tidak nyaman untuk kegiatan manusia. Padahal kemampuan berbanding terbalik yaitu dengan hasil analisis kemampuan semak dalam meningkatkan maupun menurunkan kelembaban udara.
Pada lokasi 2 mempunyai nilai kelembaban udara yaitu (Carex morowii :70,0%); (Fagraera sp : 60,3%); & (semak liar : 65,1%), yang masih pada batas nyaman masih berada di bawah 75%. Dengan melihat hasil analisis suhu udara yang berkemampuan lebih besar untuk meningkatkan suhu udara sehingga struktur semak Lokasi 2 untuk kelembaban udara memiliki kemampuan menurunkan kelembaban udara. Akan tetapi, dengan nilai kelembaban udara berdasarkan pengukuran lapang yang cukup nyaman untuk manusia maka kemampuan struktur semak untuk menurunkan kelembaban udara tersebut sebaiknya diminimalisir agar kelembaban udara pada lokasi tersebut tetap pada batas nyaman.
Hasil pengukuran semak di dua lokasi itu pun memiliki nilai yang masih cukup kecil sehingga masih di bawah batas nyaman, nilai-nilai tersebut berturut-turut yakni (Carex morowii : 0,1 m/s); (Fagraera sp : 0,8 m/s); & (semak liar : 0,7 m/s). Analisis karakteristik struktural terhadap kemampuan dalam mengarahkan angin, menghasilkan proporsi kemampuan mengarahkan maupun tidak mengarahkan angin dari struktur semak-semak tersebut seimbang.
Pada lokasi selanjutnya yaitu Lokasi 3, karakteristik yang dimilikinya mendominasi kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dengan penanaman secara tunggal dan kepadatan tajuk yang padat. Selain itu pengaruh faktor lingkungan pada titik-titik lokasi yang berdekatan dengan aspal jalan diperkirakan akan semakin memperkuat kemampuan karakteristik semak Lokasi 3 untuk meningkatkan suhu udaranya. Selain itu, kemampuan tersebut dapat membuat kondisi di lokasi ini semakin tidak nyaman untuk manusia karena Lokasi 3
memiliki suhu udara yang berada di atas batas nyaman yaitu titik 7 (Chamaedorea sp : 28,9 C); titik 8 (Duranta sp : 28,6 C); & titik 9 (Castanospermum australe : 27,3 C).
Lokasi 3 memiliki nilai kelembaban udara yaitu (Chamaedorea sp : 66,0%); (Duranta sp : 59,4%); & (Castanospermum australe : 65,0%) sama dengan Lokasi 2 yaitu pada kategori nyaman. Berdasarkan analisis karakteristik struktur semak Lokasi 3 ini memiliki kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara yang baik. Akan tetapi, dengan hasil pengukuran yang masih pada kondisi nyaman sehingga kemampuan untuk menurunkan kelembaban udara di Lokasi 3 harus tetap pada batas nyaman agar tingkat kelembaban udara pada Lokasi 3 tidak terlalu kering sehingga dapat membuat tidak nyaman untuk kegiatan manusia.
Struktur semak memiliki hasil analisis yang berbeda dengan struktur pohon sebelumnya yang didominasi oleh kemampuan pohon untuk mengarahkan angin sangat baik hampir di setiap lokasi pengamatan. Struktur semak yang memiliki tinggi mulai dari rendah hingga sangat rendah sangat mempengaruhi kemampuan setiap semak tersebut dalam mengarahkan angin. Begitu pula yang terjadi pada Lokasi 3, analisis struktural tersebut memhasilkan proporsi kemampuan mengarahkan maupun tidak mengarahkan seimbang. Hasil pengukuran semak di dua lokasi itu pun memiliki nilai yang masih cukup kecil sehingga masiih di bawah batas nyaman, nilai-nilai tersebut berturut-turut yakni (Chamaedorea sp : 0,2 m/s); (Duranta sp : 0,1 m/s); & (Castanospermum australe : 0,3 m/s).
Setelah diketahui bahwa semak suhu udara sedikit diatas batas nyaman, akan tetapi kelembaban udara dan kecepatan angin masih pada batas nyaman di seluruh area KRC. Oleh karena itu, diperlukan sedikit modifikasi pada struktur RTH semak agar dapat mereduksi suhu udara namun tetap mempertahankan kelembaban udara dan kecepatan angin agar tetap pada keadaan yang nyaman. Semak memiliki kemampuan mereduksi suhu udara lebih buruk dari pohon disebabkan oleh ukurannya yang lebih kecil daripada pohon. Untuk menurunkan suhu udara pada struktur RTH semak, dapat dilakukan melalui beberapa modifikasi.
Setelah didapatkan hasil pengukuran dan dilakukan analisis karakteristik struktural semak pada area KRC ini jika dirata-ratakan dapat menurunkan suhu udara sebesar 0,6 C. Kemampuan tersebut lebih kecil dari pada pohon, dapat dikarnakan karakteristik struktural semak yang juga berukuran lebih kecil. Pemilihan semak dengan karakteristik struktural yang baik dalam menurunkan suhu udara dapat memaksimalkan kemampuan semak dalam menurunkan suhu udara. Sama halnya dengan pohon, semak yang baik dalam menurunkan suhu udara memiliki beberapa karakteristik struktural seperti bentuk tajuk piramidal atau bulat, ditanam berjejer atau berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), dan memiliki kepadatan tajuk tinggi. Contoh spesies semak yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut antara lain: kaliandra (Caliandra sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), kembang pukul delapan (Turnera subulata), dll.
5.1.3 Analisis Pengaruh Struktur RTH Rumput Terhadap Iklim Mikro