• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Pengumpulan Data

1. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Langkah langkah dalam proses analisis data menurut Huberan (1984) dalam Sugiyono (2011, hlm. 337) adalah sebagai berikut:

1. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Malalui diskusi, maka wawasan penelitian akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2. Data Display (penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion drawing atau Verivication

Analisis data pada langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum tergambar sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

A. Simpulan

Ronggeng gunung merupakan kesenian yang berkembang secara turun temurun di Desa Sukasari Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Ronggeng gunung adalah kesenian yang multi dimensi maksudnya dalam pertunjukannya memadukan tiga bidang seni yaitu seni musik, seni tari dan seni rupa maksudnya tariannya dilakukan oleh ronggeng serta penikmat tari yang ikut menari bersama. Seni rupa yang terbentuk berupa kostum, makeup, dan asesoris yang dipakai oleh sinden, nayaga, ronggeng dan pengibing dan musik yang mengiringinya berasal dari musik gamelan yang terdiri atas waditra kendang, ketuk, goong, dan kempul.

Seiring perkembangan jaman peran ronggeng dan sinden pun sudah terpisah menjadi masing-masing. Berdasarkan data hasil penelitian tentang pertunjukan ronggeng gunung oleh grup jembar mustika di Desa Sukasari Kabupaten Pangandaran, mengacu pada rumusan masalah penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Fungsi waditra pengiring pada kesenian ronggeng gunung oleh grup Jembar mustika di Desa Selasari Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran yaitu sebagai pengiring tari-tarian ronggeng gunung saja dan tidak dilibatkan secara langsung untuk kepentingan musikal khusus. Artinya meskipun fungsi musik sebagai pengiring tetapi harus bisa memberikan dinamika atau membantu memberi daya hidup tariannya.

2. Komposisi pada kesenian ronggeng gunung yang telah dipaparkan atas pola-pola yang dihasilkan oleh waditra dan vokal. Pola tersebut dimainkan dengan cara berulang-ulang, tapi tidak bersifat baku melainkan bisa berkembang sesuai dengan feeling dan kreativitas nayaga. Untuk mengembangkan pola tersebut, pada kendang pola tabuhan yang dilakukan tidak baku, dengan kata lain nayaga bisa lebih mengembangkan pola-pola tabuhan yang disesuaikan dengan ronggeng. Pola tabuha ketuk, sesui dengan kreativitas dan feeling

dengdek dan anak hayam membawakan dengan sekar tandak dan kawungan menggunakan sekar irama merdika. Jadi komposisinya juga tidak terlepas dengan gerakan-gerakan tari, sehingga musik tersebut bisa mereprentasikan gerakan-gerakan tari.

B. Implikasi

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memotivasi untuk tetap melestarikan dan menjadi daya tarik bagi masyarakat pendatang. Dari pertunjukan kesenian ronggeng gunung agar terus berkembang dan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas sebagai seni tradisi yang berasal dari Jawa Barat yang berkembang di Kabupaten Pangandaran.

C. Rekomendasi

Sehubungan dengan kesimpulan dari hasil penelitian yang berhasil diungkapkan sebelumnya, peneliti mengungkapkan beberapa saran yang ditunjukan kepada pemerintah, pelaku seni dan masayarakat setempat diantaranya:

1. Pemerintah harus lebih memperhatikan organisasi-organisasi kesenian dan memberikan bantuan baik secara moril maupun materil dalam membina wadah-wadah kesenian ronggeng gunung.

2. Pengembangan dan pelestarian kesenian ronggeng gunung agar terus dijaga seiring perkembangan jaman yang semakin modern tanpa menghilangkan unsur-unsur keaslian dari kesenian ronggeng gunung agar tidak punah.

3. Dalam pertunjukan berlangsung sebaiknya memperkirakan waktu ibadah jagan sampai menggunakan waktu ibadah untuk pertunjukan.

4. Mengupayakan untuk mengadakan pertunjukan dan apresiasi melalui media masa baik cetak maupun elektronik seperti televisi lokal dan nasional untuk masyarakat luas sehingga kesenian ronggeng gunung ini tetap lestari.

5. Selalu mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilaksanakan, supaya hasil dari dokumentasi tersebut bisa dapat dilihat dan dipelajari oleh generasi berikutnya.

6. Pelaku kesenian ronggeng gunung hendaknya mengadakan pelatihan khusus bagi generasi muda dilingkungannya.

7. Peran aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pelestarian kesenian ronggeng gunung, karena selain hal tersebut penting untuk masyarakat setempat, juga dapat memberi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Gina Maria Ulfah, 2015

Azis, Abdul. (1983). Tari Ketuk Tilu. Bandung (ID): Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia.

[Depdiknas] departemen pendidikan nasional. (2008). Definisi Kesenian Menurut para Ahli. KBBI (kamus besar bahasa Indonesia). Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Djelantik, AAM. (1990). Pengantar Dasar Ilmu Estetika. Denpasar (ID): sekolah tinggi seni Indonesia (STSI).

Hardjana, Suka. (2013). Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Ed ke-1). Jakarta (ID): Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kayam, Umar. (1981). Seni Tradisional Masyarakat (Ed ke-1). Jakarta (ID): Sinar Harapan.

Kosim. (1985). Seni Tradisional. Jakarta (ID) Gramedia Pustaka.

Jaya, Indra. (2014). Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Kubarsah, Ubun. (2004). Waditra (Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat). Bandung (ID): CV Sempurna.

Permatasari, Yusi. (2015). Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisatahutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandran [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyadi AT. (2011). Ronggeng Gunung. Jawa Barat (ID): DISPARBUD.

[Tersedia]

pada:http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/destdet.php?id=328&la ng=id.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Ed ke-1). Jakarta (ID): GP Press Group.

Natapradja, Iwan. (2003). Sekar Gending (Ed ke-2). Bandung (ID): PT Karya Cipta Lestari.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed ke-3). Jakarta (ID): Balai Pustaka.

RRI Bandung [Skripsi]. Bandung (ID):Universitas Pendidikan Indonesia. Simanungkait, N. (2008). Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

Suganda, H. (2015). Kerajaan Galuh :legenda, takhta, dan wanita (Ed ke1). Bandung (ID): Kiblat.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung (ID): CV Alfabeta. Sukmadinata, NS. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Ed ke-5). Bandung

(ID): PT Remaja Rosdakarya.

Soedarsono, RM. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi (Ed ke-3). Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University Press.

Soepandi, Antik. (1957). Kamus Istilah Karawitan Sunda. Bandung (ID): CV. Pustaka Buana.

Soepandi, Antik. (1988). Kamus Istilah Karawitan Sunda. Bandung (ID): CV. Pustaka Buana.

Syafei P. (2011). Gamelan Salendro, Gending dan Kawih Kepesindenan Lagu-lagu Jalan. Bandung (ID): Lubuk Agung.

Upandi, P.(2011). Gamelan Salendro, Gending dan Kawih Kepesindenan Lagu-lagu Jalan. Bandung . Lubuk Agung

Thamaswara, Amas. (1984). Rawitan Penuntun Penabuh Gending Dasar (Ed ke-1). Bandung (ID): Pustaka buana.

Yoyo. (1986). Teori Gamelan. Bandung (ID): Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dokumen terkait