• Tidak ada hasil yang ditemukan

 

1 Pengoperasian alat tangkap trawl yang meliputi : data posisi dan waktu

setting, posisi dan waktu hauling, kedalaman perairan, lama towing dan

kecepatan kapal.

2 Hasil tangkapan dipisah yang berada di kantong (codend ) dan penutup kantong (cover net).

3 Penyotiran hasil tangkapan berdasarkan jenisnya.

4 Identifikasi jenis hasil tangkapan dari setiap ukuran jaring. 5 Penimbangan hasil tangkapan.

6 Pengukuran hasil tangkapan dominan (total length, body girth)

3.5 Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1 Parameter lingkungan perairan dikondisikan sama dari setiap stasiun pengamatan.

2 Ikan yang lolos dari kantong dan tertahan di penutup kantong tidak bisa keluar lagi.

3 Mata jaring bagian kantong dapat menentukan pelolosan ikan dari alat tangkap trawl, sehingga pada penelitian ini yang diuji cobakan hanya bagian kantongnya saja sedangkan pada bagian sayap dan badan jaring tidak diperhitungkan.

4 Tidak membedakan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan.

5 Dikarenakan dalam literature fish base yang ada hanya FL maka TL = 1,25 FL.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Distribusi frekuensi panjang ikan, jumlah ikan dalam kantong dan penutup kantong

Hasil tangkapan dominan yang berada di dalam codend dan cover net diambil data biometrik ikan, salah satunya data pengukuran panjang ikan (total length). Hasil pengukuran panjang ikan dikelompokkan dalam selang kelas panjang yang kemudian dibuat interval kelas. Untuk menentukan selang kelas dan interval

35   

kelas dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Walpole (1995), yaitu :. K = 1 + 3.3 log n ………...………... ( 3 ) I = R / K ………..…...…. ( 4 ) dengan : K = jumlah kelas n = banyaknya data I = interval kelas

R = nilai terbesar – nilai terkecil

3.6.2 Hubungan panjang dengan berat dan body girth ikan

Hubungan panjang dengan berat dihitung dengan menggunakan analisis biometri (Romimohtarto dan Juwana, 2001) dengan mengacu pada persamaan

eksponensial yaitu W = aLb (Teisser 1960; Carlander 1968). Kemudian dilakukan

transformasi logaritma ke dalam bentuk persamaan linier, sehingga membentuk persamaan : ... ( 5 ) dengan : W = berat (gr) a, b = kostanta L = panjang total (cm)

Jika nilai b < 3, maka pertumbuhan bersifat allometrik negatif, sedangkan pola pertumbuhan bersifat allometrik dan isometrik apabila nilai b masing-masing b > 3 dan b = 3

Hubungan antara panjang dengan body girth maxsimum dihitung dengan menggunakan analisis regresi linier (Romimohtarto dan Juwana, 2001) dengan persamaan berikut :

... ( 6 ) dengan :

Y = nilai dugaan girth maxsimum ikan (cm) a,b = konstanta

36

 

3.6.3 Tingkat Pelolosan Ikan

Seluruh hasil tangkapan yang berada di codend dan di cover net dikelompokkan berdasarkan spesies dan berat. Pelolosan ikan yang terdapat di dalam cover net dikalkulasikan sebagai berikut (Chokesanguan, 2003) :

Escape (%) = ( ) x 100% ... ( 7 )

dengan :

W(codend) = jumlah hasil tangkapan yang berada di dalam codend (ekor)

W(cover net) = jumlah hasil tangkapan yang berada di dalam cover net (ekor) 3.6.4 Analisis Statiska

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANOVA) klasifikasi satu arah yang disebut dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) (Walpole, 1995) dengan model observasi sebagai berikut :

Yij = μ + τi + βj + εij ... ( 8 ) dengan : i = 1, 2, … , t dan j = 1, 2, …, r

Yij = Pengamatan pada perlakuan mesh size ke-i dan kelompok ke-j

μ = Rataan umum

τi = Pengaruh mesh size ke-i βj = Pengaruh stasiun ke-j

εij = Pengaruh komponen acak dari mesh size

Tabel 6 Struktur tabel sidik ragam Sumber Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah F-hitung Perlakuan (mesh size) t -1 JKP KTP KTP / KTG Blok (stasiun) r – 1 JKB KTB KTB / KTG Galat (t – 1) (r – 1) JKG KTG Total tr - 1 JKT

37   

Langkah-langkah perhitungannya dapat diuraikan sebagai berikut:

FK = Faktor koreksi

... ( 9 )

JKT = Jumlah kuadrat total        t      r 

      JKT = ∑ ∑ (Yij – Y..)2 = ∑∑ Yij2 – FK ... ( 10 )

       i = 1     j = 1  

 

JKP = Jumlah kuadrat perlakuan (mesh size)        t      r 

      JKP = ∑ ∑ (Yi. – Y..)2 = ∑ Yi.2/r – FK ... ( 11 )

       i = 1     j = 1  

JKB = Jumlah kuadrat blok (stasiun)        t      r 

      JKB = ∑ ∑ (Y.j – Y..)2 = ∑ Y.j2/t – FK ... ( 12 )

       i = 1     j = 1  

JKG = Jumlah kuadrat galat        t      r 

      JKB = ∑ ∑ (Yij – Yi. - Y.j – Y..)2 = JKT – JKP – JKB ... ( 13 )

       i = 1     j = 1  

Pengujian hipotesis:

Fhitung = KTP/KTG mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang sebesar t-1 dan derajat bebas penyebut sebesar (t- 1) (r- 1). Jika

nilai Fhitung lebih besar dari Fα,dbl,db2 maka hipotesis nol ditolak dan berlaku

sebaliknya.

Fhitung = KTB/KTG mengikuti sebaran F dengan derajat bebas pembilang sebesar r-1 dan derajat bebas penyebut sebesar (t- 1) (r- 1). Jika

nilai Fhitung lebih besar dari Fα,dbl,db2 maka hipotesis nol ditolak dan berlaku

sebaliknya.

Uji lanjutan yang digunakan adalah uji Beda Nyata Terkecil (BNT). BNT = t α / 2 db galat Sүı₋үı’ ... ( 14 )

Sүı₋үı’ = + ) ... ( 15 )

dengan :

38

 

KTG : kuadrat tengah galat r : kelompok

Untuk mendapatkan keputusan apakah suatu perlakuan berbeda nyata atau tidak dengan cara membandingkan selisih nilai tengah perlakuan terhadap trawl standar (kontrol) dengan nilai BNT. Jika selisih nilai tengah perlakuan dan kontrol lebih besar dari nilai BNT berarti perlakuan berbeda nyata pada taraf α terhadap kontrol. Jika nilai tengah perlakuan lebih kecil dari nilai BNT berarti perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf α terhadap kontrol.

3.6.5 Selektivitas Alat Tangkap

Analisis selektivitas dilakukan terhadap jenis ikan hasil tangkapan yang dominan. Data yang digunakan untuk keperluan analisis selektivitas meliputi data

biometric dalam hal ini ukuran panjang ikan dan jumlah ikan yang ada di dalam codend dan cover net.

Kurva selektivitas, dalam hal ini selektivitas mata jaring kantong (mesh size

codend). Percobaan ini berkaitan dengan sebuah jaring trawl dengan bagian

kantong berukuran 1 inci, 2 inci dan 3 inci dan ditutup dengan ukuran mata jaring 0,7 inci. Hasil tangkapan setiap satu tarikan (hauling) jaring trawl dalam bentuk dua label frekuensi panjang masing-masing untuk bagian kantong dan penutupnya. Selanjutnya bagian dari hasil tangkapan total yang terdapat dalam kantong dapat dihitung dan dinyatakan sebagai bagian kelompok panjang yang terdapat dalam bagian kantong. Kurva sigmoid ini disebut "ogif selektivitas alat" (gear selection ogive). Ogif ini menyerupai seperti suatu distribusi normal kumulatif.

Ekspresi matematik yang paling mudah untuk menjelaskan ogif seleklivitas alat adalah "kurva logistik":

SL ………...………... ( 16 )

39   

L merupakan interval titik tengah panjang S1 dan S2 adalah konstata (paloheimo & Cadima, 1964; Kimura, 1977 dan Hoydal et al., 1982) yang dalam oleh Sparre dan Venema (1998).

Persamaan di atas (16) dapat ditulis kembali sebagai berikut :

………...… ( 17 )

yang mewakili suatu garis lurus, di mana S1 = a dan S2 = b. Dengan demikian pengamatan terhadap bagian yang masuk ke kantong dapat digunakan untuk menentukan kurva logistik yang sesuai terhadap pengamatan-pengamatan tersebut. Hasil estimasi kurva logistik (SL est) selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung bagian-bagian yang berkaitan dengan kurva.

Kisaran panjang di mana secara berturut-turut 25%, 50% dan 75 % dari seluruh ikan yang masuk dalam bagian kantong. Kisaran panjang dari L25% sampai L75% dengan bentuk simetris di sekitar L50% disebut “kisaran seleksi” Rumus-rumus untuk menghitung L25%, L50%, dan L75% adalah :

L25% = ……….……... ( 18 )

L50% = ………... ( 19 )

L75% = ………... ( 20 )

S1 dan S2 dapat diperoleh dari L75% dan L50% dengan menggunakan

rumus-rumus sebagai berikut :

S1 = L50% ………... ( 21 )

S2 =

= ...

( 22 )

SF dinamakan “Faktor seleksi” (selection factor)

40

 

3.6.6 Metode Swept Area

Dari gambar 22 tampak bahwa jaring trawl akan menyapu suatu alur tertentu, yang luasnya adalah perkalian antara panjang alur dengan lebar mulut jaring, yang kemudian disebut swept area atau alur sapuan efektif. Luas sapuan a dapat dihitung melalui rumus Sparre dan Venema (1999) :

a = D x hr x X2 ... ( 24 )

D = V x t ... ( 25 )

dengan :

D = jarak V = kecepatan hr = panjang ris atas t = lama penarikan jaring X2 = fraksi panjang ris atas (0.5)

              dengan :

A Jarak sapuan G Lebar sapuan B Warp H Otter board C Pendant

D Luas sapuan E Ground rope F Head rope

Gambar 22 Swept area ( Martasuganda, 2010 ).        

D A G C B H F E

 

Dokumen terkait