• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN

ANALISIS PERBANDINGAN

A. Keharusan Saling Mengenal

Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi: a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

Keharusan saling mengenal menurut pandangan Islam dan Alwi Shihab tidak ada perbedaan yang mendasar. Keduanya menerima bahwa keharusan saling mengenal itu adalah suatu yang sangat dianjurkan bagi umat muslim dan non muslim bahkan saling mengenal bersifat universal, atau semua manusia pasti memerlukan kebutuhan saling mengenal. Dalam Islam, saling mengenal merupakan ibadah hablumminannas atau ibadah antara manusia dengan manusia lain. Banyak manfaat yang di dapat manusia dalam melakukan saling mengenal, seperti lebih mengenal orang lain, atau bahkan dapat menjadi saudara. Dengan saling mengenal juga dapat memberikan pengetahuan baru dari orang lain, bertukar informasi, saling menjaga dan banyak lainnya. Begitu pentingnya sebuah silaturahmi sampai Islam menetapkan bahwa saling mengenal ini berhukum sunat, yang artinya akan mendapatkan pahala di akhirat di samping dari manfaat yang di dapat di dunia.

Menurut Alwi Shihab keharusan saling mengenal sendiri adalah sebagai antar agama yang mutlak. Tidak ada perbedaan pendapat dari siapa pun dan dari kelompok mana pun bahwa pluralisme antar agama adalah harga mati. Dalam lingkungan internal kaum Muslimin, pluralisme bukanlah hargamati, tidak mutlak, tergantung persoalannya. Pluralisme internal umat Islam terjadi dalam beberapa bentuk. Ada keragaman pemahaman tauhid, tafsir,hadits, fiqh, kelompok tarekat, organisasi keagamaan dan sebagainya, baik yang secara massal maupun invidual, baik yang menjadi aliran atau tidak.

B. Keberagamaan Keyakinan

Keberagaman keyakinan dalam Islam dan Alwi Shihab merupakan suatu keniscayaan. Keduanya memiliki pemikiran yang sama tentang keberagamaan keyakinan sebagai jalan satu-satunya kebenaran. Paham ini menegaskan bahwa agama dapat membawa seseorang menuju Tuhan. Tuhan hanya menerima amal sholeh dan keberagamaan yang benar. Semakin banyak seseorang berbuat baik maka akan semakin besar peluang dia mendapatkan syurga, tak peduli apapun agamanya. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap Agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini kerjasama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin.

Alwi Shihab dalam keberagamaan keyakinan menyatakan, bahwa ide keberagamaan keyakinan yang direalisasikan dalam bentuk kesiapan untuk saling membuka diri dan berdialog dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu masyarakat. Dan dalam tataran praktisnya, Alwi menekankan peran penting Islam sebagai agama mayoritas dan kaya dengan sekte untuk mempelopori upaya-upaya tersebut. Apalagi, pula sebagai agama formal, Alwi memang mengajarkan kebebasan beragama, yang merupakan pintu pluralisme dan kemanusiaan.

Sedangkan keberagamaan keyakinan yang dikembangkan Alwi Shihab di Indonesia, adalah pluralisme agama yang menolak sinkretisme dan bersyarat, yaitu keharusan adanya komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing, yang disandarkan pada ayat Al-Qur’an. Namun, kemudian muncul pertanyaan mengenai

sejauhmana batasan “commited” yang beliau maksud, mengingat faktanya Islam bukan sekedar agama ritual seperti halnya agama lain, melainkan merupakan “ad-

din” (sistem hidup) yang diantaranya mengatur tentang pola hubungan yang jelas antara Islam-non Islam, Muslim dan non-Muslim di dalam masyarakat Islam.

C. Keberagamaan Etnis

Dalam Islam dan Alwi Shihab keberagamaan etnis merupakan sesuatu fenomena yang tak terbantahkan. Alwi shihab menegaskan bahwa suatu kecenderungan alamiah untuk melakukan kekerasan, kehausan untuk dominasi,

hak orang lain, adalah sebab-sebab jahat dan zalim. Sementara Islam menegaskan bahwa keberagamaan etnis membuat kehidupan semakin berwarna. Karena, manusia memiliki kecenderungan untuk bersahabat, berinteraksi antar sesama. Membiasakan saling membantu dengan sesama yang ada di lingkungan sekitar, seperti gotong royong.

Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan sikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut : a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah keluarga. b. antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. c. dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan melalui musyawarah. Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus dijunjung tinggi serta dilestarikan. Untuk lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, kita dapat melaksanakan pertukaran kesenian daerah dari seluruh pelosok tanah air.

Alwi Shihab dalam memaknai keberagamaan etnis adalah suatu kecenderungan alamiah untuk melakukan kekerasan, kehausan untuk dominasi, keinginan untuk membalas dendam, keuntungan material, kemauan untuk merampas hak orang lain, adalah sebab-sebab jahat dan zalim. Dengan ringkas, agresi adalah terlarang. Bagi Alwi, perang-perang yang dilakukan nabi Muhammad saw. Menunjukkan sifat-sifat khusus perang Islam, yaitu adil dalam motifnya, defensive

dalam permulaannya, tinggi dalam cara pelaksanaannya, damai dalam tujuan akhirnya, dan berperikemanusiaan dalam memperlakukan mereka yang dikalahkan.

Alwi sendiri seperti yang terdapat dalam buku Islam Inklusif bahwa tuduhan

yang sering dilontarkan oleh sebagian kaum orientalis bahwa Islam adalah “agama

pedang”, yang menganjurkan aksi-aksi radikal pada umumnya, mendasarkan

argumentasinya dalam dua hal. Pertama adalah dalam interaksinya dengan kekuatan eksternal (non-Islam), Islam telah berhasil menyebarkan sayapnya dan menancapkan kakinya melalui ekspansi militer jauh dari titik geografis kelahirannya. Bukti sejarah menunjukkan ekspansi teritorial Islam yang tak terbendung pada masa formatifnya sampai ke daratan Eropa di Barat dan Benua India di Timur.

Jadi Disinilah kita harus mengatakan bahwa pluralisme adalah sebuah keniscayaan dan kehendak Tuhan yang tidak bisa dipungkiri. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah keniscayaan kita untuk tetap bersikap tasamuh atau toleran terhadap orang lain yang berbeda keyakinan atau Agama dengan kita, apapun itu namanya. Penolakan terhadap pluralisme bisa dipandang sama dengan penolakan terhadap realitas dan sekaligus menolak kehendak Tuhan yang maha kuasa. Tuhan sebenarnya ingin agar eksistensi pluralitas manusia dan alam semesta benar-benar dipikirkan dan direnungkan dalam-dalam oleh manusia.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pluralisme Agama dalam pandangan Islam ini meliputi: a. keharusan saling mengenal, b. keberagamaan keyakinan, c. keberagamaan etnis. Disini akan menjelaskan satu persatu, yang pertama. a. keharusan saling mengenal dalam Islam adalah Manusia ditakdirkan untuk menjadi makhluk sosial. Karena itu kita tidak bisa menghindar dari kegiatan berkumpul dengan orang lain. Sebab pada dasarnya kita dilahirkan tidak untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Maka dari itu, hidup manusia akan menjadi timpang jika lebih memilih hidup menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan orang lain sama sekali. b. keberagamaan keyakinan dalam Islam ini menyatakan bahwa ada banyak wahyu dan rasul serta kebenarannya masing-masing, maka konsekuensinya adalah segenap umat Islam menerima ajaran ini sebagai keyakinan. Tentu saja salah satu rangkaian dari wahyu-wahyu itu adalah al- Quran sendiri yang merupakan kitab suci yang datang setelah beberapa kitab suci sebelumnya, dan al-Quran membawa kebenaran dan membenarkan kitab- kitab suci sebelumnya. c. keberagamaan etnis sendiri menurut Islam yakni membentuk sikap menghormati keberagamaan Suku bangsa Bhinneka

Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.

Sementara Alwi Shihab juga menyebutkan bahwa pluralsime agama meliputi: a. keharusan saling mengenal, b. keberagamaan keyakinan, c. keberagamaan etnis. Dalam hal tersebut yang pertama di sini akan menjelaskan tentang, a. keharusan saling mengenal menurut Alwi Shihab adalah untuk saling mengenal, bukan untuk saling konflik dan berperang. Dan Alwi ini senantiasa berpegang teguh terhadap Qs. Al-Hujurat ayat 13, dan penjelasan dari ayat tersebut mengajarkan bahwa Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Jadi di sini meskipun beda agama kita sebagai umat beragama untuk saling mengenal kepada satu sama lain. b. keberagamaan keyakinan menurut Alwi Shihab tersebut bahwa dengan adanya keberagaman itu memberikan kesempatan kepada manusia untuk menguji keimanan yang dipilihnya. Alwi sendiri menjadi saksi kebenaran dengan menjadi teladan adalah penting untuk mencapai kesuksasan dalam dakwah. Karena bagaimana mungkin kita dapat mengajak orang untuk membangun karakter moral yang

tinggi dan mencegah aktivitas yang tidak Islami jika sang dai itu sendiri tidak secara terang-terangan memperlihatkan akhlak baik yang mencerminkan nilai- nilai Islam. c. Alwi Shihab dalam keberagamaan etnis sendiri memaknai sebagai kemajemukan bangsa Indonesia yang meliputi bahasa, budaya, suku, agama dan ras, bisa menjadi daya integrasi maupun disintegrasi bangsa kita. Seperti yang Alwi ketahui, dengan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras sehingga hubungan akan terjalin dengan baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai satu bangsa besar yaitu bangsa Indonesia.

Persamaan dan perbedaan pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab adalah keduanya memiliki pandangan yang relative sama. Persamaan yang menegaskan akan keharusan saling mengenal antar umat beragama. Ditambah lagi adanya keberagamaan keyakinan dikalangan umat beragama. Juga adanya keberagamaan etnis dikalangan umat manusia yang menjadi keniscayaan yang tak terbantahkan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dengan banyaknya kendala dan rintangan yang harus penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan saran-

saran dari pengalaman yang pernah penulis alami. Adapun saran-saran tersebut yaitu:

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang perbandingan agama. Diharapkan agar skripsi ini bisa dijadikan referensi atau rujukan untuk kepustakaan yang terkait sehingga bisa menyempurnakan penulis yang telah dilakukan dengan judul pluralisme agama dalam perspektif Alwi Shihab.

2. Kepada keluarga UIN Sunan Ampel Surabaya kiranya bisa menambah lagi jumlah koleksi bacaan baik itu buku-buku, majalah, ataupun lainnya agar lebih memperkaya lagi khazanah keilmuan mahasiswa/i UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Bagi para pembaca semoga hasil penulis ini bisa bermanfaat dan penulis ini bisa dilanjutkan dengan penulis-penulis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussami Humaidy dan Tahir Masnun. 2007. Islam dan Hubungan Antaragama, Yogyakarta: LKiS.

Al-Banna, Gamal. 2006. Doktrin Pluralisme dalam al-Qur’an, terj. Taufik Damas, Jakarta: Menara.

Al-Gurabi, Ali Mustafa. 1968. Tarikh al-Firaq al-Islamiyyah, Kairo: Ali Shubaikh wa Auladuh.

An-Na‘im, Abdullah Ahmad. 2008. Islam and the Seculer State: Negotiating the Foture of Shari’a, New York: tp.

Arkoen, Mohammad. 1994. Al-Fikr al-Islami:Qira’ah ‘Ilmiyah, Cet IV, Beirut: Markaz al-Tsaqafi al-Arabi.

Armas, Adnin. 2013. Pluralisme Agama: Telaah Kritis Cendekiawan Muslim, Jakarta: INSISTS.

Asy’ari dkk. 2008. Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Ampel Press.

A’la, Abd. 2005. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan Yang Berserak, Bandung: Nuansa.

A.S. Hornby et. al.. 1972. The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxfort: Oxford University Press.

Daftary, Farhad. 1990. The Isma’ilis: Their History and Doctrines, Cambridge: Cambridge University Press.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mondari Maju. Madjid, Nurcholis. 1992. Islam Doktrin Peradaban: Sebuah Telaah Krisis Tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina.

….. 1995. Islam Agama Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina.

Martin H, Marsen. 1999. Oxford Leaner’s Pokcet Dictionary, Oxford University, Third Edition.

Misrawi, Zuhairi. 2007. Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan Multikulturalisme, Jakarta: Fitrah.

Muhammad, Husein. 2011. Mengaji Pluralisme kepada Mahaguru Pencerahan, Bandung: Mizan.

Naim Ngainun dan Sauqi Achmad. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Rachman , Budhy Munawar. 2010. Argumen Islam Untuk Pluralisme, Jakarta: PT Gramedia.

Shihab, Alwi. 1999. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka, Bandung: Mizan.

Sugiono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompotensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara.

Zainuddin, M. 2010. Pluralisme Agama: Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia, Malang: UIN-Maliki Press.

Zada, Hamami. 2006. Agama dan Etnis: Tantangan Pluralisme di Indonesia dalam Sururin dan Maria Ulfa (ed), Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam, Jakarta: Nuansa-Fatayat NU-FORD Foundation.

http://www.kompasiana.com/www.kompasianakhoiri.com/bagaimana-islam- memandang-perbedaan_552c56536ea834f4678b4568 http://www.kompasiana.com/www.kompasianakhoiri.com/bagaimana-islam- memandang-perbedaan_552c56536ea834f4678b4568 http://kajian-muslimah.blogspot.com/2005/10/al-ukhuwah-al-islamiyah- persaudaraan.html http://www.academia.edu/3596964/Pluralisme_dan_Agama_Mendudukkan_P luralisme_yang_Benar_dalam_Islam http://blog.umy.ac.id/mariatulqiftiyah/arsip/toleransi-tanpa-kehilangan- sibghah/

http://dayofintanlive.blogspot.com/2013/06/ilmu-sosial-budaya-keberagaman- budaya.html http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/55325-Tafsir_Al- Quran,_Surat_Al-Maidah_Ayat_48-50 http://www.academia.edu/8554403/Mewacanakan_Nalar_Agama_yang_Inklu sif_dalam_konteks_Kemanusiaan_dan_Kemajemukan_Indonesia http://progresivitas-islam.blogspot.com/2011/02/pluralisme-agama-menurut- pemikir-islam_27.html

Dokumen terkait