Dalam scenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan pengukuran peforma WLAN menggunakan Speedtest. Pengujian menggunakan speedtest akan menghasilkan beberapa hasil kinerja dr WLAN gedung FST, antara lain throughput dan latency. Berikut adalah speedtest
yang digunakan dalam pengujian ini. 1. CBN Speedtest (speedtest.cbn.net.id)
2. Biznet Speedtest (speedtest.biznetnetwork.com) 3. Ookla Speedtest (speedtest.net)
4. Indosat Speedtest (speedtest.indosat.com) 5. XL Speedtest (speedtest-iix.xl.net.id)
4.3.1 Pengujian access point
Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran dengan speedtest
pada semua access point. Speedtest adalah alat analisis kecepatan broadband yang memungkinkan pengguna untuk menguji koneksi Internet. Speedtest menggunakan teknologi yang melakukan lebih dari satu juta tes setiap hari, sehingga standar di seluruh dunia dalam pengujian bandwidth. Penggunaan speedtest dalam pengukuran kinerja WLAN akan menghasilkan keluaran parameter throughput dan latency
jaringan.
4.3.1.1 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 1) 4.3.1.1.1 Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Besaran rata-rata throughput access point- WIFI.USD (lantai 1) dapat digambarkan seperti Gambar 4.10. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.6 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5 speedtest.
Kuat Sinyal Throughput (Mbps) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 0,7252 0,648866 0,684 0,674 0,79032 Good 0,70446 0,6032 0,5806 0,5998 0,698 Fair 0,6212 0,5408 0,4994 0,5176 0,5988 Poor 0,4668 0,4438 0,3494 0,3518 0,3102
Tabel. 4.6 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 1)
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata
throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat
throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00- 17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00 dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil
throughput sebesar 0,7252 Mbps pada kualitas sinyal excellent
pada saat jam 07.00-09.00 sudah bagus untuk standart 802.11g dengan besaran 72% dari bandwidth yang tersedia yaitu 1 Mbps/user.
Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 1)
4.3.1.1.2 Latency
Tabel 4.7 menunjukan data berupa rata-rata dari latency
terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar 4.11 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Kuat Sinyal Latency (ms) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 77,38 103,0186 71,02 75,124 87,172 Good 120,312 136,64 125,272 135,824 140,712 Fair 161,786 164,2 161,6 175,992 208,18 Poor 220,072 204,812 183,866 210,06 216,458
Sesuai dengan standart THIPON latency access point
WIFI.USD (lantai 1) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good
pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal
fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms.
Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 1) pada Gambar 4.11 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.
4.3.1.2 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 2) 4.3.1.2.1 Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata
throughput access point-WIFI.USD (lantai 2) dapat digambarkan seperti Gambar 4.12. Kualitas sinyal keseluruhan throughput
yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.8 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5 speedtest. Kuat Sinyal Throughput (Mbps) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 0,7664 0,6126 0,6602 0,625 0,7698 Good 0,7098 0,5722 0,542 0,5676 0,6852 Fair 0,6096 0,4994 0,476 0,4808 0,5756 Poor 0,48986 0,3936 0,3346 0,3438 0,2952
Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 2)
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata
throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00- 17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00 dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil
throughput sebesar 0,7664 Mbps pada kualitas sinyal excellent
pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart
802.11g dengan besaran 76% dari bandwidth yang tersedia yaitu 1 Mbps/user.
4.3.1.1.2 Latency
Tabel 4.9 menunjukan data berupa rata-rata dari latency
terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar 4.13 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Kuat Sinyal Latency (ms) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 75,3 79,14 64,9052 83,14 57,2394 Good 134,938 109,72 101,392 146,306 125,312 Fair 173,432 173,292 157,378 205,06 175,306 Poor 224,552 203,88 175,286 221,88 192,22
Tabel. 4.9 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 2)
Sesuai dengan standart THIPON latency access point
WIFI.USD (lantai 2) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good
pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal
fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms,
Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 2) pada Gambar 4.13 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.
Gambar 4.13 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 2)
4.3.1.3 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 3) 4.3.1.3.1 Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata
throughput access point-WIFI.USD (lantai 3) dapat digambarkan seperti Gambar 4.14. Kualitas sinyal keseluruhan throughput
yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.10 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5 speedtest.
Kuat Sinyal Throughput (Mbps) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 0,8374 0,63446 0,6568 0,6612 0,7818 Good 0,7376 0,581 0,5892 0,5974 0,7156 Fair 0,63872 0,5194 0,4998 0,4734 0,5488 Poor 0,4888 0,4184 0,3256 0,3254 0,3014
Tabel. 4.10 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 3)
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata
throughput. Perbedaan antara kondisi pukul 07.00-09,00 terlihat
throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00- 17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00 dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil
throughput sebesar 0,8374 Mbps pada kualitas sinyal excellent
pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart
802.11g dengan besaran 83% dari bandwidth yang tersedia yaitu 1 Mbps/user.
Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 3)
4.3.1.1.2 Latency
Tabel 4.11 menunjukan data berupa rata-rata dari latency
terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar 4.15 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Kuat Sinyal Latency (ms) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 61,56 81,76 63,52 78,3452 84,766 Good 129,54 128,132 129,86 148,786 124,412 Fair 163,04 172,74 169,32 201,632 190,558 Poor 230,84 195,166 192,7 216,978 202,54
Sesuai dengan standart THIPON latency access point
WIFI.USD (lantai 3) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good
pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal
fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms,
Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 3) pada Gambar 4.15 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai latency akan semakin besar.
4.3.1.4 Kondisi access point Wifi.USD (lantai 4) 4.3.1.4.1 Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada pukul 07.00-17.00 Besaran rata-rata
throughput access point-WIFI.USD (lantai 4) dapat digambarkan seperti Gambar 4.16. Kualitas sinyal keseluruhan throughput
yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil. Tabel 4.12 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama 5 periode waktu menggunakan 5 speedtest. Kuat Sinyal Throughput (Mbps) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 0,8294 0,619 0,713 0,6872 0,7714 Good 0,7832 0,56246 0,6438 0,59852 0,629 Fair 0,6786 0,5116 0,5338 0,4682 0,507 Poor 0,4972 0,3976 0,3284 0,3208 0,2644
Tabel. 4.12 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 4)
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara pukul 07.00-17.00 mempengaruhi besaran rata-rata
throughput lebih besar daripada kondisi pukul 09.00-17.00. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi pukul 09.00- 17.00 sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam 09.00-17.00 dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam 07.00-09.00 pada kualitas sinyal excellent. Hasil
throughput sebesar 0,8294 Mbps pada kualitas sinyal excellent
pada saat jam 07.00-09.00 sudah sangat bagus untuk standart
802.11g dengan besaran 82% dari bandwidth yang tersedia yaitu 1 Mbps/user.
4.3.1.1.2 Latency
Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari latency
terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar 4.17 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Kuat Sinyal Latency (ms) 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 Excellent 58,732 69,3 93,74 73,944 66,9 Good 140,792 79,1624 151,572 156,698 111,11 Fair 188,676 154,4 187,858 220,312 192,126 Poor 229,872 177,3 185,126 233,086 214,8
Tabel. 4.13 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 4)
Sesuai dengan standart THIPON latency access point
WIFI.USD (lantai 4) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good
pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal good pada pukul 11.00-15.00 serta kualitas fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms, Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 4) pada Gambar 4.17 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan
menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai latency akan semakin besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa kinerja jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) di Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut : 1. Kualitas jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata
Dharma memiliki kondisi performansi yang sudah baik.
2. Kualitas sinyal dan Coverage dari masing-masing access point
Wifi.USD lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4 sudah baik karena dapat menjangkau bagian setiap lantai di lingkungan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma
3. Kualitas SNR jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma yang dilakukan pada kualitas sinyal Excellent memiliki kualitas SNR outstanding (bagus sekali). Pada kondisi kualitas sinyal
Good memiliki kualitas SNR excellent (bagus). Pada kondisi kualitas sinyal fair, dan Poor memiliki kualitas yang sudah baik (good).
4. Throughput pada tiap access point dalam kategori baik. Pada pukul 07.00-09.00 throughput lebih besar dari pada pukul 09.00-17.00.
5. Rata-rata Latency untuk semua masing-masing access point pada
kualitas sinyal excellent dan good termasuk dalam kategori sangat bagus sesuai standar latency THIPON. Kualitas latency pada masing-masing
access point berada dibawah 150 ms dan itu menunjukan bahwa latency
sangat bagus.
5.2. Saran
Terdapat beberapa saran dari penulis agar penelitian selanjutnya dapat memperhatikan hal-hal dibawah ini, guna perbaikan kearah yag lenih baik. Adapun saran tersebut adalah :
1. Penguatan sinyal access point karena belum dapat mencakup seluruh Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma.
2. Perbaikan penempatan access point sesuai dengan pedoman penempatan dan tata letak access point yang baik dan benar untuk mendapatkan daerah coverage dan kuat sinyal yang bagus. Serta penambahan bandwidth bagi pengguna sehingga tercapailah efektifitas penggunaan jaringan WLAN gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma
1. Purwanto, T. D., & Cholil, W. (2013). Analisa Kinerja Wireless Radius Server Pada Perangkat Access Point 802.11 g (Studi Kasus di Universitas Bina Darma). Semantik 2013, 3(1), 371-376.
2. Yudha, Andri, 2013, Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System
(WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta”,
Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Dhani, Thomas, 2012, Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. S,to.2007.”Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom
5. Adi Kusuma, Dominikus, 2013, Analisis Perbandingan Kinerja Standar IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g Pada Teknologi Wireless LAN,
Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
6. Setiaji, Yohanes, 2013, PERBANDINGAN IPV4 DAN IPV6 TERHADAP PENGARUH BESAR PAKET DAN JUMLAH HOP PADA ROUTER CISCO 1941, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta..
7. Yanto. 2013, Analisis QOS(Quality Of Service) pada jaringan Internet (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura), Skripsi, Teknik Informatika Tanjungoura, Pontianak.
8. Sukadarmika, Gede. 2010, Analisis Coverage WLAN (Wireless Local Area Network) 802.11a Menggunakna Opnet Modeler, Skripsi, Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.
sistem pengaturan berbasis web”. Skripsi. Teknik Komputer. Unikom.
10. Hammond, John, 2003, Wireless Hotspot Deployment Guide,. Mobile Platforms Group-WVP. Intel in Communication.
11. Wibowo, Yohanes Tri Joko. 2008. “Antena Wireless Untuk Rakyat”. Yogyakarta: Penerbit Andi.
12. Tiphon. “Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Network (TIPHON) general aspect of Quality of Service”. DTR/TIPHON-
05006 (cb0010cs.PDF).1999.
13. Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters (CB21AG and PI21AG) Installation adn Configuration Guide, USA.
14. Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003,