BAB IV ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP
A. Analisis Prosedur Pelaksanaan Sidang Keliling di Pengadilan Agama
BAB IV
ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PROSEDUR PERSIDANGAN PERKARA PERCERAIAN PADA SIDANG
KELLING DI PENGADILAN AGAMA NGANJUK
A. Analisis Prosedur Pelaksanaan Sidang Keliling di Pengadilan Agama Nganjuk Pelaksanaan sidang keliling pada Pengadilan Agama Nganjuk sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Nganjuk Nomor: W13-A22/1322/HK.05/IV/2017 Tentang Penentuan Tempat Sidang Keliling Pada Pengadilan Agama Nganjuk di Balai Desa Warujayeng Kecamatan
Tanjunganom Kabupeten Nganjuk dan Nomor:
W13-A22/1323/HK.05/IV/2017 Tentang Penentuan Tempat Sidang Keliling Pada Pengadilan Agama Nganjuk di Balai Desa Kuncir Kecamatan Ngetos Kabupeten Nganjuk. Kedua wilayah tersebut dijadikan tempat sidang keliling Tahun Anggaran 2017, yang mana untuk biaya pelaksanaan Sidang Keliling tersebut dibebankan pada DIPA Pengadilan Agama Nganjuk yang ditetapkan pada tanggal 7 Desember 2016 oleh Ketua Pengadilan Agama Nganjuk.
Sidang keliling Pengadilan Agama Nganjuk dilaksanakan seminggu sekali yakni tiap hari Jumat di Kantor Balai Desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupeten Nganjuk dan Balai Desa Kuncir Kecamatan Ngetos Kabupeten Nganjuk, yang jaraknya kurang lebih 30 KM dari Kantor Pengadilan Agama Nganjuk. Dilaksanakan di tempat tersebut karena dapat menjankau beberapa kecamatan yang disekitarnya dan wilayahnya ditengah-tengah. Kecamatan tersebut dipandang memiliki jarak tempuh yang cukup
76
jauh dari Pengadilan Agama Nganjuk sehingga untuk mensukseskan program BADILAG yaitu Justice for all maka digelar sidang keliling di dua kecamatan tersebut.
Dari hasil wawancara maka yang peneliti lakukan bahwa latar belakang diselenggarakan sidang keliling di Desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom dan Desa Kuncir Kecamatan Ngetos karena letak geografis kabupaten Nganjuk yang mayoritas daerahnya tidak terjangkau dari akses trasnportasi umum dan banyaknya perkara yang masuk pada tahun sebelumnya, Pengadilan Agama Nganjuk mempunyai inisiatif untuk melaksanakan persidangan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam satu wilayah hukum yang menjadi kewenangannya. Persidangan dalam bentuk ini dikenal dengan istilah persidangan keliling. Persidangan keliling dilaksanakan selain sebagai program kerja dari Pengadilan Agama, juga merespon suara masyarakat dengan wujud memberikan kemudahan terhadap masyarakat pencari keadilan di daerah yang sangat jauh.
Selanjutnya, berdasarkan pendapat hakim bahwa adanya sidang keliling perkara perceraian oleh Pengadilan Agama Kabupaten Nganjuk memberikan keadilan, kemaslahatan, dan kepastian hukum karena dengan adanya sidang keliling membantu masyarakat untuk memenuhi ketentuan admistratif terkait pencatatan perceraian yang belum di penuhi sehingga dengan adanya keputusan pengadilan agama hak-hak peserta sidang keliling mendapat kepastian hukum.
77
Penulis setuju dengan pendapat hakim diatas dikarenakan pentingnya mendapatkan ke-inkrah-an suatu perkara perceraian dalam rangka memenuhi segala persyaratan administratif karena melihat banyaknya masyarakat yang masih tidak mendaftarkan perkara perceraiannya dikarenakan akses yang jauh untuk menuju Kantor Pengadilan Agama dan awam mengenai hukum.
Surat Edaran Mahakamah Agung RI No. 10 Tahun 2010 tentang pedoman pemberian bantuan hukum di lingkungan Pengadilan Agama, pasal 11 menyebutkan:
(1) Sidang Keliling dilaksanakan di lokasi yang jauh dari Kantor Pengadilan Agama atau di lokasi yang menyulitkan para pencari keadilan baik dari segi biaya, tranportasi maupun proses apabila sidang dilaksnakan di Kantor Pengadilan Agama.
(2) Sidang Keliling dapat dilaksanakan di kantor pemerintah, seperti Kantor Kecamatan, Kantor KUA Kecamatan, Kantor Desa, atau gedung lainnya.
(3) Ruang sidang keliling diusahakan memenuhi dekorum ruang persidangan demi menjaga martabat pengadilan.
Pasal ini secara khusus membahas masalah pemilihan lokasi dan ruang pelaksanaan sidang keliling dan sama sekali tidak menjelaskan masalah hukum acara yang digunakan dalam pelaksanaan sidang keliling. Akan tetapi, pada pasal 12 menyebutkan:
78
(1) Sidang keliling dapat dilakukan oleh sekurang-kurangnya oleh satu majlis hakim.
Pasal 12, terutama ayat (1) di atas menegaskan bahwa untuk dapat melaksanakan sidang keliling, setidaknya harus terapat satu majelis hakim. Majelis hakim yang dimaksud terdiri dari seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota. Hal ini sangat sejalan dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, pasal 17 ayat (1), yang berbunyi:
“Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim,kecuali undang-undang menentukan lain.”
Kesamaan ini menandakan bahwa tidak ada perbedaan hukum acara yang digunakan dalam persidangan di pengadilan agama pada umumnya dengan hukum acara yang dilaksanakan secara keliling. Hal ini semakin diperkuat dengan pasal 12 ayat (2), Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 10 Tahun 2010 tentang pedoman pemberian hukm di lingkungan Pengadian Agama yang berbunyi:
(2) Sidang keliling dapat diikuti oleh Hakim Mediator dan pejabat staff Pengadilan Agama lainnya sesuai kebutuhan.
Keikutsertaan hakim mediator dan staff pengadilan lain yang dibutuhkan dalam sidang keliling semakin memperkuat alasan untuk mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara hukum yang digunakan dalam prosedur persidangan umumnya di pengadilan dengan hukum acara sidang keliling.
79
Pembahasan tentang pasal 11 dan pasal 12, surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 10 Tahun 2010 tentang pedoman pemberian bantuan hukum di lingkungan pengadilan agama ini menjadi rasionalitas untuk menegakkan hukum yang disampaikan oleh Mohammad Thoha sebagai Hakim Pengadilan Agama Nganjuk yang pernah melaksanakan sidang keliling berkaitan dengan hukum acara yang digunakan dalam sidang keliling adalah benar adanya dan telah sesuai aturan yang diamanatkan oleh undang-undang.
Di dalam SK KMA No. 26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Peradilan dan SEMA No. 10 Tahun 2010 tentang Bantuan Hukum hanya menjelaskan secara rinci terkait adanya sidang keliling. Menurut ketentuan pasal 54 UU No No 7 tahun 1989 bahwasannya hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang tersebut.121
Di dalam pelakasanaan sidang keliling perkara perceraian dan sidang pada umumnya sebenarnya tidak mempunyai perbedaan, perbedaan hanya terletak pada segi lokasi dimana dalam sidang keliling tersebut lokasi sidang di laksanakan di tempat yang jauh dari pengadilan agama kabupaten malang untuk memudahkan masyarakat dalam hal biaya dan trasportasi.
Program sidang keliling tersebut diselenggarakan hampir di seluruh pengadilan agama di Indonesia. Di samping itu ruang sidang keliling
121 Achmad Fauzan, Himpunan Undang-Undang Lengkap Tentang Badan Peradilan, (Bandung: IKAPI, tt), 222.
80
diharapkan memenuhi dekorum ruang sidang pengadilan agama pada umumnya demi manjaga martabat pengadilan agama.\
Mengenai tata ruang sidang yang dilaksanakan di kantor balai desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk dan balai desa Kuncir Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk telah sesuai dengan dekorum ruang persidangan pada persidangan reguler di gedung Pengadilan Agama Nganjuk. Sesuai dengan Pasal 11 ayat (3) lampiran B SEMA No. 10 Tahun 2010, “ruang sidang keliling diusahakan memenuhi dekorum ruang persidangan demi menjaga martabat penadilan”. Ruangan dapat di buka dan di tutup. Dalam ruang sidang pada sidang keliling di Tanjunganom dan Ngetos juga terdapat bendera merah putih dan lambang Pengadilan Agama yang diletakaan di sebalelah kanan meja sidang. Dan tertenpel pada dinding belakang meja sidang lambang negara Indonesia yakni Garuda Pancasila.\
Meja sidan menurut Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1986 tentang pembakuan perlengkapan kerja di lingkungan Departeman Agama, berukuran 150 cm, 300 cm panjang. Menurut Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, dalam Buku Pedoman Kerja Pengadilan Agama 1985, disebutkan 100 cm lebar, 175 cm panjang. 122 Sehingga walaupun pelaksanaaan sidang tidak dilakukan di pengadilan agama tetapi dekorum pengadilan agama harus tercipta untuk menjaga martabat pengadilan agama.\
81
Majelis Hakim menggunakan pakaian dan atribut yang telah sesuai. Meja dan tempat duduk Majelis Hakim terletak di depan berhadapan dengan para pihak . ketua Majelis Hakim berada ditengah-tengah, sebelah kiri dan kanannya anggota majelis hakim, paling kiri adalah panitera sidang.
Hakim Mediator berada di ruangan tersendiri yakni di mushola dekat ruang sidang keliling. Hal ini sesuai dengan ketentua Surat Edaran Mahakamah Agung (SEMA) Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Bantuan Hukum, Lampiran B Pasal 12 sebagai berikut: ayat (1) sidang keliling dapat dilaksanakan oleh sekurang-kurangnya satu majelis hakim, ayat (2) Sidang Keliling dapat diikuti oleh Hakim Mediator dan Pejabat serta staff Pengadilan Agama lainnnya sesuai kebutuhan.
B. Analisis Hukum Acara Peradilan Agama Terhadap Prosedur Persidangan