• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Wudlu Untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Jalanan di UPTD

BAB IV ANALISIS DATA

1. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Wudlu Untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Jalanan di UPTD

112

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ke empat dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan analisis dari data yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara dan observasi yang telah disajikan pada bab ketiga, maka pada bab ini peneliti akan menganalisis data tersebut dengan analisis data deskriptif komparatif. Analisis deskriptif komparatif yaitu proses perbandingan antara praktek dan teori dengan membandingkan konseli sebelum dilakukan proses konseling dan sesudah dilakukan proses konseling.

Berikut adalah data tentang proses pelaksanaan serta hasil akhir dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Wudlu untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Jalanan Di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

1. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Wudlu Untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Jalanan di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

Dalam proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang telah dilakukan oleh konselor, untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak jalanan ini menggunakan langkah-langkah yaitu: identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatmen atau terapi, evaluasi dan follow up. Analisis tersebut menggunakan analisis deskriptif komparatif sehingga peneliti membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan.

113

Tabel 4.1

Perbandingan data teori dan data lapangan

No Data Teori Data Empiris(Lapangan)

1. Identifikasi masalah yaitu langkah untuk mengumpulkan data dari beberapa sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus atau masalah beserta gejala-gejala yang nampak pada konseli.

Konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber yakni konseli sendiri, teman dekat di KANRI, dan Pendamping Kognitif di KANRI. Maka, hasil yang di peroleh dari hasil wawancara dan observasi dalam menggali data konseli mengenai masalah yang terjadi pada konseli, menunjukkan bahwa konseli merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, konseli kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Setelah ayah konseli meninggal dunia, sebagai ganti mencari nafkah yakni ibu konseli. Ibu konseli bekerja di malaysia sebagai TKW. Di rumah tinggal bersama nenek konseli. Konseli dibawa di UPTD oleh bu Risma atas pemberitahuan tetangganya. Konseli baru mempunyai penyakit kulit 1 tahun setelah masuk 2 tahun di UPTD karena lingkungannya. Gejala-gejala yang menjadi konseli kurang percaya diri adalah :

Seringnya konseli malu saat bersama teman-teman disekolah

Seringnya konseli menyendiri saat jam istirahat sekolah

Seringnya minder saat ada kegiatan Kurang perhatin dari orang tua 2. Diagnosa yaitu

menetapkan masalah yang terjadi pada diri

konseli dan penyebabnya.

Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah yang telah dilakukan oleh konselor pada langkah awal dengan wawancara konseli, teman dekat konseli dan pendamping konseli. Maka konselor menetapkan masalah yang sedang di hadapi oleh konseli yakni kurang percaya diri. Karena konseli mempunyai penyakit kulit dikarenakan lingkungannya.

3. Prognosa yaitu

menentukan jenis bantuan atau terapi apa yang akan di gunakan sesuai permasalahan

konseli.

Setelah konselor menetapkan masalah yang terjadi pada diri konseli, maka selanjutnya konselor akan menetapkan jenis bantuan apa yang sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh konseli. Dalam hal ini konselor menetapkan jenis terapi yakni:

Memberikan motivasi kepada konseli, agar konseli bisa menumbuhkan rasa percaya diri

Memberikan terapi wudlu 4. Treatment yaitu

proses pemberian bantuan kepada

1. Pada tahap pertama yakni konselor memberikan motivasi kepada konseli dengan cara:

114

konseli berdasarkan prognosa.

“Man jadda Wa jadda” yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasilnya, tujuannya untuk mengingatkan konseli setiap membuka bukunya. Sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri konseli.

b. Memberikan motivasi bersyukur kepada konseli akan pengganti kasih sayang dari orang tuanya melalui pendamping di KANRI

c. Menyadarkan kepada konseli tidak ada kesulitan setelahnya pasti ada kemudahan.

2. Pada tahap kedua yakni konselor memberikan Terapi Wudlu kepada konseli dengan tujuan :

a. Konseli dapat mengetahui manfaat berwudlu untuk kebersihan konseli.

b.Konseli ketika berwudlu mengetahui tata tertib berwudlu baik secara rukun wudlu maupun sunnahnya.

5. Evaluasi dan Follow up yaitu suatu tindak

lanjut untuk mengetahui sejauh mana terapi yang sudah diberikan berhasil.

Melihat perubahan yang terjadi pada diri konseli setelah dilakukannya proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan motivasi dan terapi wudlu yaitu :

1. Konseli sudah mau mengerjakan tugas dari gurunya di kelas

2. Konseli menyadari ternyata pendamping di KANRI lebih memberikan perhatian dan kasih sayang pada konseli.

3. konseli mengetahui manfaat berwudlu untuk menjaga kebersihan konseli.

4. konseli sudah mengetahui tata cara berwudlu. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari analisis proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Wudlu Untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Jalanan di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya yang dilakukan oleh konselor dengan langkah-langkah bimbingan konseling pada umumnya yaitu meliputi identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi(treatment), dan evaluasi serta follow up.

Pemberian treatment pada proses konseling ini, yakni untuk memotivasi dan memberi pengajaran berup terapi wudlu kepada konseli, konseli juga

115

memiliki tujuan yang baik dan benar-benar berkeinginan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan mau melakukan tata wudlu dengan berurutan.

Proses konseling ini dapat berjalan dengan baik dan lancar karena kedua belah pihak saling mendukung dan konseli juga ingin menumbuhkan rasa percaya dirinya. Maka berdasarkan perbandingan antara data teori dan data lapangan yang dihimpun pada saat proses konseling diperoleh kesesuaian dan persamaan yang mengarah pada proses terapi wudlu.

2. Hasil Akhir Proses Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Wudlu