• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA SUGURO DALAM NOVEL SKANDAL KARYA SHUSAKU ENDO

3.1 Ringkasan Cerita

Suguro sebagai seorang penulis novel sangat dihormati di Jepang, bukan karena umurnya yang sudah tua, tetapi karena karya-karya yang dihasilkannya. Selain itu ia seorang novelis Katolik, yang pada waktu itu sangat langka di Jepang. Pada malam itu Suguro menghadiri penyerahan hadiah kesusastraan untuk sebuah novel yang sudah ia tulis selama tiga tahun belakangan ini. Kata sambutan diberikan oleh Kano salah seorang anggota komite penganugrahan yang sudah tiga puluh tahun lamanya berteman dengan Suguro. Sewaktu Suguro masih muda, novel yang ia tulis sering diejek oleh teman-temannya, salah seorang diantara temannya tersebut adalah Kano. Selesai Kano memberikan kata sambutannya, acara dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada para novelis.

Sebelum pulang Suguro bercakap-cakap dengan beberapa orang rekannya yang ada disana. Disela-sela perbincangan seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh tujuh tahun menyapa Suguro. Ia mengatakan sering melihat Suguro di salah satu kawasan mesum di Jalan Sakura di Shinjuku. Selain itu ia juga mengatakan bahwa Suguro pernah menghabiskan waktu bersama dengannya dalam suatu pesta di sebuah hotel dan Suguro meminta dirinya untuk dilukis. Mendengar hal itu, Suguro langsung kaget dan membantah tuduhan tersebut. Ia merasa tidak pernah berkeliaran di kawasan tersebut dan melakukan hal-hal

seperti yang dikatakan wanita tersebut. Tetapi wanita tersebut tetap ngotot, Suguro pun tidak dapat menahan emosi, ia menyentakkan jasnya yang dipegang kuat oleh wanita tersebut. Para tamu yang berkeliling langsung melihat ke arah Suguro, tetapi Suguro bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

Keesokannya ia menyusuri jalan sesuai petunjuk Kurimoto. Sesuai dengan perkataan Kurimoto kawasan tersebut memang kawasan mesum, disana banyak tersedia salon- salon tempat orang berbuat mesum. Ia mencari sebuah galeri yang memajang lukisan dirinya disana. Saat menemukan galeri tersebut ia langsung mencari lukisan dirinya dan mendapati lukisan tersebut dengan ekspresi wajah yang kejam dengan senyum mesum yang menjijikkan.

Di depan pintu masuk galeri tersebut Suguro bertemu pertama kali dengan nyonya Naruse. Ketika berada di kedai kopi untuk menenangkan diri setelah dari galeri tersebut ia bertemu lagi dengan nyonya Naruse dan mereka minum bersama. Mereka bercakap-cakap tanpa mengetahui bahwa ada seorang wartawan yang sedang memperhatikan.

Suguro mulai merasa cemas. Bersama Kurimoto ia pergi ke kawasan mesum tersebut. Disana mereka bertemu Hanae. Ketika melihat Suguro, Hanae langsung mengenalinya seakan mereka sudah cukup lama saling mengenal. Suguro langsung membantah dan menegaskan bahwa ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke kawasan ini. Orang yang sering dilihat Hanae itu mungkin orang yang sangat mirip dengan Suguro dan mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah Suguro.

Hubungannya dengan nyonya Naruse pun semakin berlanjut. Suguro sangat tertarik sekali dengan perkataan nyonya Naruse bahwa seks itu

melambangkan prilaku sehari-hari kehidupan seseorang. Pada awalnya nyonya Naruse tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut dengan Suguro, tetapi seiring berjalannya waktu ia pun semakin terbuka dengan Suguro melalui surat-surat yang ia kirimkan.

Nyonya Naruse juga mengatakan ia diberi hadiah potret diri Suguro sebagai kenang-kenangan. Suguro semakin tidak tenang mendengar itu dan diakhir pertemuan nyonya Naruse menawarkan apakah Suguno ingin bertemu dengan sosok seseorang yang mirip dirinya tersebut. Mereka menyepakati hari pertemuan tersebut dan kemudian berpisah.

Kobari terpakasa mengatakan yang sebenarnya. Ia mengatakan bahwa Suguro adalah seorang novelis gadungan di Jepang. Dalam tulisannya ia memberikan pelajaran tentang moral-moral yang sebaiknya dilakukan di masyarakat. Tetapi ia menjalani kehidupan yang lain sama sekali dengan apa yang ia tulis dan bicarakan. Ia adalah seorang yang palsu. Kobari berharap dengan tulisannya tentang Suguro yang dimuat di media massa pada suatu hari, bisa menjatuhkan popularitas Suguro. Seperti seorang wartawan, dengan tulisannya mampu memaksa seorang Perdana Menteri turun dari jabatannya. Itulah yang sangat diinginkan Kobari. Ia kesal karena orang seperti Suguro yang dihormati sebagai pengarang terkemuka bisa duduk nyaman, sementara orang miskin seperti dia harus berjuang untuk dapat bertahan hidup.

Pada hari yang telah ditentukan Suguro datang ke hotel untuk menemui orang yang mirip dirinya. Ketika berada didepan hotel, Sugundo merasa ia seakan sudah pernah kesana dan sangat mengenal hotel tersebut. Awalnya ia bertemu dengan nyonya Naruse dan mereka berbincang-bincang sebentar. Nyonya Naruse

meminta Suguro untuk melihat kamar sebelah sebentar. Disana ia melihat seorang gadis terbaring dengan menggunakan celana jeans dan sweater Rambutnya menutupi wajahnya, tetapi Suguro mengenalnya, gadis itu adalah Mitsu. Nyonya Naruse mengenal Mitsu ketika Mitsu juga ikut bekerja dirumah sakit sebagai tenaga sukarelawan. Sesudah itu nyonya Naruse membawanya ke rumah untuk menjadi pembantu.

Melihat Mitsu terbaring disana, Suguro merasa dipermainkan. Tujuannya kesini adalah bertemu dengan orang yang mirip dengannya bukan dengan Mitsu. Nyonya Naruse tidak menanggapi dan malah berkata penampilan luar Mitsu sudah semakin dewasa tapi ia masih anak-anak. Ia sangat lembut, ia tidak membiarkan seorang pun mengalami kesulitan, biarlah ia sendiri yang merasakan kesulitan tersebut. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Suguno mencintai gadis ini. Suguro merasa tersinggung dengan perkataan tersebut

Suguro bertanya apa yang akan dilakukan orang tersebut kepada Mitsu. Nyonya Naruse menjawab, ia hanya akan mengungkapkan perasaan Suguro kepada gadis tersebut. Sekali lagi Suguro membantah bahwa ia memiliki perasaan terhadap gadis tersebut. Nyonya Naruse tidak mau kalah, alam sadar Suguro memang tidak mengatakan bahwa ia menyukai gadis tersebut, tapai alam bawah sadarnya mengatakan iya

Nyonya Naruse meminta Suguro untuk memperhatikan terus apa yang terjadi di kamar tersebut. Suguro menjadi kacau balau. Sebagian dari dirinya menginginkan dengan secepatnya membawa pergi Mitsu dari situ. Tetapi ia juga sangat tergoda untuk melihat sekilas apa yang dikatakan nyonya Naruse tentang

rangsangan yang ada dalam alam bawah sadarnya yang menyebabkan ia tertarik pada Mitsu.

Nyonya Naruse menawari ia minum, meskipun dokter sudah dengan tegas melarangnya untuk minum, tetapi seklai ini tidak apa-apalah melanggar. Minuman itu membuatnnya tidak punya keinginan lagi membawa Mitsu dari sana. Ia mulai melangkah masuk ke lemari yang ditunjukkan nyonya Naruse. Sebuah lensa khusus terpasang dalam lubang itu, ia bisa melihat seluruh isi kamar dengan jelas. Selain itu juga ada alat untuk mendengar secara sembunyi-sembunyi.

Ia melihat tubuh Mitsu terbaring telanjang, tanpa dia tahu siapa yang membuka bajunya. Mungkin saja nyonya Naruse. Suguro terus menempelkan matanya ke lubang tersebut, tetapi baik nyonya Naruse maupun lelaki gadungan tersebut tidak muncul. Tidak lama kemudian terdengar suara musik dan nyonya Naruse muncul. Ia membelai kepala Mitsu yang sedang tidur, sepertinya ia mabuk. Mitsu terbangun namun nyonya Naruse membisikkan kata-kata berupa hipnotis ke telinga Mitsu hingga Mitsu tertidur lagi. Nyonya Naruse pergi, muncullah lelaki itu. Ketika melihat lelaki tersebut melakukan perbuatan yang tidak pantas kepada Mitsu, Suguno merasakan seakan-akan dirinya yang melakukan perbuatan tersebut.

Tubuhnya dilanda kelelahan, keringat bercucuran dari kening dan lehernya. Di dalam ruangan gelap dengan sempoyongan ia berjalan ke kamar sebelah. Ia bangunkan Mitsu dan menyuruhnya berpakaian. Ia pun segera membawa Mitsu ke luar. Di lobi hotel ia berpapasan dengan Kobari yang sedang memegang kamera foto. Kobari mengoceh lagi dan mengancam akan menyebarkan foto tersebut.

Suguro tidak peduli, ia semakin erat merangkul bahu Mitsu dan mengantarnya sampai ke taksi.

Suguro segera pulang untuk menenangkan dirinya. Keesokan harinya ketika ia sedang bercakap-cakap dengan istrinya, istrinya mengatakan kepala perawat menemukan ada beberapa orang yang awalnya sakarat tetapi kemudian hidup lagi. Mendengar cerita itu ia cemas istrinya bertemu dengan nyonya Naruse. Tetapi ketika ditanya, istrinya tidak bertemu dengan nyonya Naruse, ketika ia berkunjung ke rumah sakit perawat mengatakan bahwa sudah lama nyonya Naruse tidak masuk kerja.

Pada suatu hari ia dipanggil kepala perusahaan. Ia mengatakan ada seorang wartawan muda yang hendak menulis artikel tentang dirinya. Mengingat dampak negativ yang akan ditimbulkan oleh artikel tersebut, kepala perusahaan memutuskan untuk membeli foto tersebut berikut negatifnya dengan harga yang diminta si wartawan. Setelah itu foto tersebut beserta negatifnya dimusnahkan. Ia juga meminta wartawan tersebut berjanji untuk tidak menawarkan kisah tersebut kepada penerbit lain.

3.2 Analisis Tokoh Utama Suguro Cuplikan 1 hal 51-52

Suguro tersenyum kecut, menyadari betapa mulusnya pidato temannya itu. Mata para undangan di ruangan itu semuanya terarah kapada Kano. Pada saat-saat seperti itulah dia membela diri dengan mengatakan bahwa oranga yang sudah berada di dalam kekuasaan Tuhan takkan pernah bisa melepaskan diri lagi.

Analisis

Dari cuplikan cerita di atas menunjukkan bahwa Suguro tetap berbesar hati karena semua tamu undangan lebih terfokus pada pidato Kano. Dari cuplikan di atas adanya Ego yang yang menyadarkan sikap Id yang muncul dari diri Suguro yang terlihat dari sikap yang menyadarkan dirinya bahwa semua kejadian yang terjadi pada dirinya itu semua kuasa Tuhan. Suguro tetap menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan, Karena diketahui Suguro adalah seorang penulis yang taat pada agamanya. Kalau Id tadi diterangkan sebagai sumber dari ketidaksadaran manusia, maka Ego menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa sadar. Di sini Ego berhasil mengkontrol sikap Id dari tokoh utama. Karena diketahui bahwa Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Berangsur-angsur semakin banyak energi Id yang dapat diambil oleh Ego, karena Ego lebih berhasil dari pada Id dalam mereduksi tegangan. Seperti halnya sikap mengkontrol diri Suguro terhadap Kano, jika Suguro mengikuti Id maka dia akan melakukan hal-hal di bawah sadarnya, yang mungkin akan berdampak buruk terhadap dirinya maupun citra baiknya. Namun sikap Ego Suguro mampu mengkontrol terhadap keinginan Id nya itu.

Cuplikan 2 hal 57-58

“Saya tidak begitu tahu mengenai pertanyaan-pertanyaan sulit seperti itu. Tapi ada perasaan saya, mungkin karena anda Kristen, anda selalu menghubungkan seks dengan dosa.”

Saya bukan gadis sekolah yang baru menginjak akil-balik, bantah Suguro di dalam hati. Tetapi disadarinya jauh di dalam lubuk hatinya perubahan kekristenan

yang melekat pada dirinya semenjak masa remaja menyebabkan dia mengadakan pembedaan antara seks yang sehat dan seks yang mesum. seks yang sehat adalah . . . Suguro terbayang wajah istrinya.

“Maafkan pertanyaan saya ini, tetapi bagaimana pandangan anda sendiri tentang seks?”

“Terus terang saja” kata wanita itu sambil tersenyum, “saya ngeri terhadapnya.”

“Apa sebabnya? Jika saya berbicara seperti orang Kristen, anda berbicara seperti perawan.

“Tidak, bukan itu maksud saya. . . Saya merasa seolah-olah tingkah laku kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan seks mencerminkan rahasia kita yang paling terpendam. Yang oleh kita sendiripun tidak disadari adanya.”

Analisis

Dalam cuplikan cerita di atas menunjukkan sikap Id dari tokoh utama yang menanyakan hal yang berhubungan dengan seks kepada lawan bicaranya. Itu benar-benar pertanyaan yang tidak pantas diajukan kepada wanita yang lebih tua dengannya, terlebih lagi mereka baru pertama kali berjumpa. Namun pada cuplikan cerita itu juga terdapat Ego yang tidak bekerja dengan Super Ego, Karena pada dasarnya Super Ego hanya menginginkan dorongan-dorongan yang sesuai dengan nilai-nilai moral saja. Tetapi Ego yang terdapat di dalam diri Suguro yang mengkaitkan hubungan seks dan pandangan agama tentak seks itu. Di dalam seks itu adalah hal yang diidentikkan dengan dosa. Tetapi Ego yang

terdapat pada tokoh utama ini bertolak belakang dengan Super Ego yang hanya menjalankan berdasarkan moral dalam diri seoran penulis terkenal yang tidak selayaknya membucarakan seks kepada orang yang baru di kenal. Di jepang hal ini dianggap sangat tabu, dan tidak sopan.

Dari cerita di atas terlihat kalau Suguro memiliki keiniginan Id di dalam hatinya dan langsung dia lakukan. Malahan tidak ada rasa enggan ataupun canggung dalam memperbincangkan hal yang berbau dengan seks. Padahal itu tidak selayaknya dilakukan seorang penulis yang terkenal.

Cuplikan 3 hal 112

“Tetapi hubungan sekslah yang menyebabkan terbentukknya ikatan antara kami berdua-atau tepatnya, sesuatu di dalam lubuk hati kami berdua yang terwujud dalam bentuk seks. Dari segi itu ada kesatuan diantara kami.”

Akhirnya wanita itu menyentuh ke pokok persoalan yang oleh Suguro ingin sekali dibicarakan dengannya. Sebagai pengarang sangat dirasakan adanya tanggapan atau keasyikan seperti yang ikan yang menyambar umpan kailnya.

Analisis

Dari cuplikan cerita di atas menunjukkan perbincangan antara Suguro dengan Naruse. Hal yang mereka bicarakan adalah tentang seks. Di sini awal mula kedekatan hubungan antara Naruse dan Suguro. Dari cuplikan di atas adanya keinginan-keinginan dari sikap tokoh utama untuk mengetahui rahasia seks Naruse dengan pasangannya.

Dalam hal ini Ego gagal menjalakan keinginan-keinginan dari Id yang terdapat di dalam diri Suguro. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, kesenangan, dan kebutuhan. Sikapimpuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat. Id Suguro yang sangat ingin mengetahui rahasia seks Naruse dan pasangannya, tidak mampu dikontrol oleh Ego. Tapi keinginan-keinginan Id Suguro tidak dapat terealisasi, bukan karena Sikap Ego yang mampu mengkontrol dari Id tersebut, Melainkan Naruse tidak mau menceritakan hal-hal pribadinya kepada orang lain. ketika ditanya oleh Suguro, Naruse hanya menggeleng dengan sikap yang serius. Dan mengatakan bahwa hubungan seksnya dengan pasangannya yang menyebabkan terciptanya ikatan yang erat antara Naruse dengan pasangannya.

Cuplikan 4 hal 114-116

Dengan gerakan sumpit yang cekatan, nyonya Naruse menyorongkan nasi garing yang disebut shi jin guo ba, ke dalam mulutnya. Terdengar bunyi kemerisik di dalam mulut wanita itu ketika ia mengunyah-nguyah . Sementara Suguro menatap mulut yang bergerak-gerak itu, ia melihat adanya kegairaham yang nyata di situ. Suatu kesan erotis yang mengingatkan perbuata seksual dengan cara yang tidak pernah terlintas di dalam pikirannya sewaktu sedang makan bersama istrinya atau wanita lain manapun juga selama ini. Dan gerak-gerik jari-jemari tangan nyonya Naruse pada saat memainkan sumpit dan mengangakat mangkuknya ke dalam mulut mengandung kelincahan yang menyebabkan Suguro teringat pada laba-laba yang membelit korbannya di dalam jaringnya.

Analisis

Pada cuplikan cerita di atas timbul sikap-sikap Id dari Suguro. Suguro memandangi wajah Nyonya Naruse ketika makan, bayangan Suguro terhadap Nyonya Naruse pada saat itu sangat tidak layak dilakukan jika dilihat dari segi citranya sebagai seorang penulis terkenal yang taat pada agama katoliknya. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, kesenangan, dan kebutuhan.

Suguro tak henti-hentinya memandangi Nyonya Naruse dari mulai dia mengangkat sumpit sampai mengunyah makanannya, samapi-sampai Suguro menyamakan hal itu dengan seekor laba-laba yang menangkap korbannya. Dalam Cuplikan di atas terlihat dari Id tokoh utama, akan adanya ketertarikian Suguro dengan wanita yang bernama Naruse. Hubungan mereka adalah hubungan yang tidak sah. Karena hubungan mereka itu/pertemua Nyonya Naruse denga Suguro sama sekali tidak pernah diketahui oleh istri Suguro. Sikap Ego di sini tidak mampu meredam dorongan-dorongan instingtual dari Id. Ego tidak mampu memnjembatani antara keinginan Id dan mencegah dunia eksternal. Dan Id berkerja dengan hasrat yang tidak terjinakkan.

Id yang terdapat di dalam diri Suguro di lihat dengan cara dia memandangi lawan bicaranya ketika makan. Hal ini sangat tidak sopan di dalam budaya masyarakat jepang. Jika di lihat dari citranya sebagai seorang penulis novel yang sangat terkenal pada saat itu, tentu saja hal yang dilakukannya pada cuplikan di atas sudah termasuk tindakan yang tidak sopan. Apalagi sampai membandingkan Nyonya Naruse bak Laba-laba yang membelit korban ke dalam jaringnya. Korban

yang dimaksudkan di sini adalah Suguro sendiri, Suguro menganggap sudah masuk ke dalam jaring perangkap nyonya Naruse. Suguro menganggap bhwa dirinya adalah korban yang sulit untuk melepaskan dari perangkap Nyonya Naruse. Sifat Id Suguro sangat terlihat jelas disini. Perilaku semacam ini akan berdampak tidak baik dan sulit diterima masyarakat sosial. Dan dapat mempengaruhi citra dan nama baik Suguro yang dikagumi para pembaca novel dan di dalam masyarakat luas.

Cuplikan 5 hal 142-143

Suatu gumpalan getir terasa naik di dalam dada suguro, ia merasakan adanya tusukan rasa bersalah, seakan ia telah berbohong terhadap kepada anak muda yang mengirimkan surat yang begitu mutlak kepercayaanya kepada tulisan-tulisannya, bahkan berbohong terhadap semua pembacanya yang sebanyak itu. Ingin rasanya mengatakan kepada mereka, janganlah terlalu tinggi menilai diriku. Mengulangi masalah-masalahku sendiri saja, aku sudah kewalahan. Dalam ruangan Bar di Meguro itu, yang salah satu uendelanya ditutup dengan tirai yang berderak-derik, kano dan yang lain-lainya setelah membaca tulin – tulisannya pertama memberikan penilaian mereka: ‘tidak meyakinkan’. Mereka benar. Rasa bersalah menempel terus di dalam hatinya, selama tiga puluhan tahu sesudah itu dan tidak mau melonggarkan cengkramannya, tidak peduli sudah berapa lama waktu berlalu.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat kesadaran Suguro atas semua perbuatannya (Ego). Suguro menyadari dari kebanyakan isi novel yang ditulisnya bertolak

belakang dengan kehidupan pribadinya. Dia menyadari itu ketika menerima sepotong surat dari salah satu pnggemarnya, di dalam surat itu si pengirim mengatakan bahwa dia baru saja di baptis, si pengirim mengatakan dia mendapat semua pengalaman-pengalaman berharga hidup, itu semua terinspirasi dari buku-buku, novel-novel yang ditulis oleh Suguro. Dengan membaca Novel milik Suguro sehingga dia maju selangkah demi selangkah dan mengatakan Tuhan Allah bersabda kepadanya melalu karya fiksi Suguro.

Di situlah Suguro tersentak dan menyadarai, bahwa selama ini dia hanya melakukan penipuan-penipuan melalui karya fiksinya. karena semua isi karya fiksinya sangat tidak sesuai dengan hidup yang dijalaninya. Ego bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas, Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan Id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Dalam cuplikan cerita di atas Ego berkerja dengan baik dalam hal mengkontrol tindakan Id yang selama ini di lakukan oleh tokoh utama. Suguro merasa telah membohongi publik, membohongi para penggemarnya.

Cuplikan 6 hal 195-197

Sambil membuka kunci sabuk pengamannya Suguro, Suguro mengatakan dengan nada bangga kepada istrinya, “pertama-tama kita dari Ishahaya ke Obama. Dari situ terus ke Kuchinotsu dan Kazusa”.

“Dua puluh tahun yang lalu”, gumamnya kepada istrinya

“Alam memang luar biasa. Tidak pernah berubah ,” gumam istrinya mengiyakan.

Ketikan mendengarkan ‘mengalami perubahan’ Suguro menyadari bahwa itu mencakup arti lain yang semula tak terduga olehnya. Ia tidak mengatakan apa-apa kepada istrinya bahwa dia pergi makan dengan Nyonya Naruse. Itu merupakan kejadian-kejadian yang dinilainya tidak perlu diceritakan pada istrinya, pengalaman-pengalaman yang jangan sampai diketahui istrinya.

Analisis

Pada cuplikan cerita di atas Suguro memutuskan untuk tidak menceritakan kedekatannya dengan Nyonya Naruse, Suguro berusaha merahasiakan segala kejadian yang bisa menyebabkan terganggunya ketentraman rumah tangganya yang sudah tercipta lama di dalam hubungan mereka. Sikap membungkam Suguro ini dapat disamakan denhan seorang ayah yang merasa tidak tega menjelaskan fakta-fakta kehidupan kepada anak perempuannya sendiri.

Dari cuplikan di atas terlihat Ego berjalan dengan baik. Karena masih bisa mengkontrol Id yang muncul di dalam diri Suguro sehingga dia masih bisa merahasiakan segala rahasia yang menurutnya akan berdampak buruk jika dia menceritakan itu kepada istrinya. Setelah berhasilnya Ego mengkontrol Id, kemudian Suguro pun melanjutkan perjalannya bersama sang istri tercinta. Suguro banyak merencanakan mengunjungi sebuah tempat-tempat yang indah yang ada di Jepang.

Cuplikan 7 hal 256

Pelayan datang membawa dua mangkuk kecil ikan, Nyonya Naruse menjumput ikan buntal yang diiris tipis-tipis dan mengangkat mulutnya . Gerakan

pipinya memberitahu Suguro tentang keenakan rasa ikan yang dinikmatinya

Dokumen terkait