• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Analisis Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004:297) dalam bukunya “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan” adalah “angka yang diperoleh hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan

pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena penggunaannya yang relatif mudah. Menurut Warsono (2003:34) jenis rasio dikelompokkan menjadi :

1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio leverage (Leverage Ratio) 3. Rasio akitivitas (Activity Ratio)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5. Rasio penilaian (Valuation Ratio).

1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio-rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari yaitu : a. Rasio lancar (Current Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar. Ini berarti semakin besar rasio lancar, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi.

b. Rasio cepat (Quick or Acid Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio cepat menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar di luar persediaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio cepat, faktor keamanan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin tinggi.

2. Rasio leverage (Leverage Ratios)

Rasio leverage/utang atau solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran yaitu :

a. Rasio utang total terhadap aktiva total (Total Debt to Total Assets Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio utang menunjukkan besarnya utang total yang dapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio utang menunujukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap.

Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham. Semakin tinggi rasio utang terhadap ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang ditanggung perusahaan.

3. Rasio aktivitas (Activity Ratios)

Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio aktivitas dapat diukur dengan yaitu :

a. Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover)

Besarnya hasil perhitungan rasio perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persedian menjadi kas atau piutang dagang. Semakin tinggi rasio perputaran persedian, maka akan semakin cepat persediaan perusahaan menjadi kas atau piutang.

b. Rasio perputaran aktiva total (Total Assets Turnover)

Besarnya hasil perhitungan rasio perputaran aktiva total menunjukkan tingkat kecepatan seluruh aktiva perusahaan menjadi kas atau piutang. Semakin tinggi rasio perputaran seluruh aktiva, maka semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan seluruh aktiva yang dimilikinya.

4. Rasio profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan lima macam rasio yaitu :

a. Rasio margin laba kotor (Gross Profit Margin)

Besarnya hasil perhitungan margin laba kotor menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

b. Rasio margin laba operasi bersih (Net Operating Profit Margin)

Besarnya hasil perhitungan margin laba operasi bersih menunjukkan seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

d. Rasio pengembalian atas investasi (Return On Investment)

Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas investasi menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.

e. Rasio pengembalian atas ekuitas (Return On Equity)

Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas ekuitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimilikinya.

5. Rasio nilai pasar (Market Value Ratios)

Berdasarkan indonesian Capital Market Directory, rasio nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dikelompokkan menjadi dua macam ukuran, yaitu data per lembar saham (per share data) dan rasio-rasio keuangan. Kedua kelompok rasio keuangan tersebut dapat diperinci menjadi tujuh rasio, yaitu :

a. Laba per lembar saham (earnings per share/EPS)

Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap saham biasa yang digunakannya.

b. Ekuitas per lembar (Equity per share/EqPS)

Besarnya hasil perhitungan ekuitas per lembar saham menunjukkan besarnya nilai buku saham biasa setiap unitnya. EqPS yang tinggi menunjukkan akumulasi laba yang ditahan yang dihasilkan semakin besar.

c. Dividen per lembar saham (Dividend per share/DPS)

Besarnya hasil perhitungan dividen per lembar menunjukkan besarnya distribusi sebagian laba yang dihasilkan perusahaan setiap unit saham kepada para pemegang sahamnya.

d. Rasio harga/laba (price/earnings ratio/PER)

Besarnya hasil perhitungan rasio harga/pendapatan menunjukkan harga setiap unit yang berlaku untuk setiap pendapatan per lembar sahamnya. e. Rasio harga/nilai buku (Price book value/PBV)

Besarnya hasil perhitungan harga pasar saham terhadap nilai bukunya menunjukkan perbandingan antara kinerja saham perusahaan di pasar saham dengan nilai bukunya.

f. Rasio pembayaran dividen (Dividend payout ratio/DPR)

Besarnya hasil perhitungan rasio pembayaran dividen menunjukkan besarnya proporsi alokasi dari laba setiap lembar saham pada dividen setiap lembar sahamnya.

g. Yield dividen (Dividend yield/DY)

Besarnya perhitungan hasil dividen menunjukkan besarnya pengembalian yang diperoleh investor dari dividen yang dialokasikan oleh perusahaan.

Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, menurut Harahap (2004:298) keunggulan tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri yang lain.

4. Sangat berguna untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z-score atau Altman’s Bankruptcy prediction model merupakan suatu model untuk

meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang dibuat oleh Altman.

5. Menstandarisasi ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik/time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Sawir (2005:44) antara lain adalah :

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda misalnya perbedaan metode penilaian persediaan.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

Dokumen terkait