• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Akhir Proses Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking Seorang Anak Terhadap Ibu Tirinya di Desa Tlogo

BAB IV ANALISIS DATA

B. Analisis Hasil Akhir Proses Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking Seorang Anak Terhadap Ibu Tirinya di Desa Tlogo

101

ketika dengan saya.

k).Membiasakan untuk selalu mengomunikasikan segala sesuatu dengan ibu tiri saya

l). Membiasakan memanggil ibu bukan “buk na”

d. Teknik Reframing, teknik ini digunakan untuk membingkai ulang pikiran-pikiran irasional konseli ke arah yang lebih rasional.

Cermin sebagai media konselor untuk merubah pikiran-pikiran irasional konseli serta konseli menyadari bahwa pikiran-pikiran dan perilakunya selama ini tidak baik terhadap ibu tirinya.

5. Follow up/evaluasi

Mengetahui sejauh mana langkah terapi yang dilakukan dalam mencapai hasil.

Konselor melakukan pengamatan dan wawancara terhadap konseli, kakak kandung, teman dan ibu tirinya.

B. Analisis Hasil Akhir Proses Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking Seorang Anak Terhadap Ibu Tirinya di Desa Tlogo Pojok Gresik

Untuk lebih jelas lagi analisis data tentang hasil akhir dari proses pelaksanaan konseling dengan Rational Emotive Therapy yang dilakukan dari awal pelaksanaan konseling hingga akhir konseling, apakah ada perubahan yang terjadi pada diri konseli antara sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling dilakukan. Berikut pemberian gambaran dari hasil proses pelaksanaan konseling pada tabel di bawah ini:

102

102

Tabel 4.2

Analisis Keberhasilan Proses Konseling

No Kondisi konseli Sebelum proses

konseling

Sesudah proses konseling

A B C A B C

1. Berfikir negatif tentang ibu tirinya

2. Cuek dan acuh tak acuh

3. Tertutup

4. Cengeng dan perasa

5. Kurang semangat

6. Tidak akrab dengan ibu tirinya

7. Suka menyendiri √

8. Manja dan selalu

bergantung dengan orang lain √ Keterangan: A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih dilakukan

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapat konseling dengan Rational Emotive Therapy terjadi perubahan sikap dan perilaku pada diri konseli. Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi konseli yang asalnya mempunyai pikiran-pikiran negatif serta perilaku-perilaku yang tidak baik terhadap ibu tirinya sekarang kesemua itu sudah tidak ada lagi, yang semula mempunyai

103

pikiran negatif sekarang sudah hilang, dulu awalnya yang suka menyendiri dikamar sekarang sudah bisa membaur dengan ibu tirinya, yang semula tidak akrab, acuh tak acuh, cuek dan tertutup sekarang sudah mulai berkomunikasi lagi dan sudah mulai mengakrabi ibu tirinya. Konseli menyadari bahwa sikap atau perilaku yang sudah dilakukan itu membuat dampak yang tidak baik pada dirinya dan keluarganya.

Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan proses konseling dengan Rational Emotive Therapy, peneliti mengacu pada prosen tes kualitatif dengan standart uji sebagai berikut:

a. ≥ 75 % - 100 % (dikategorikan berhasil) b. 50 % - 75 % (cukup berhasil)

c. ≤ 60 % (kurang berhasil)

Perubahan sesudah konseling sesuai tabel analisis diatas adalah sebagai berikut:

a. Gejala yang tidak pernah = 6 6/8 x 100 = 75 % b. Gejala kadang-kadang = 1 1/8 x 100 = 12,5 % c. Gejala masih dilakukan = 1 1/8 x 100 = 12,5 %

Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat diketahui bahwa konseling dengan Rational Emotive Therapy dalam menangani negative thinking seorang anak terhadap ibu tirinya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentase tersebut adalah 75 % dengan standart 50 % - 70 % yang dikategorikan cukup berhasil.

104

104

Sasaran perubahan konseli berdasarkan proses konseling dengan Rational Emotive Therapy

1. Self Modeling Berperilaku baik Komunikasi yang baik Hubungan dengan baik 2. Assertive Training Membiasakan diri yang baik

Nyaman

3. Dispute Cognitive Berpikir rasional 4. Teknik Reframing Berpikir positif

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian konseling dengan pendekatan Rational Emotive Therapy yang dilakukan konselor dapat dikatakan cukup berhasil. Pada awalnya ada delapan gejala yang dialami konseli sebelum proses konseling dilakukan, akan tetapi sesudah proses konseling dilakukan, enam gejala tidak dilakukan dan satu gejala yang kadang-kadang dilakukan serta satu gejala yang masih dilakukan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, konseling dengan Rational Emotive Therapy dalam menangani negative thinking seorang anak terhadap ibu tirinya di Desa Tlogo Pojok Gresik dapat peneliti simpulka n sebagai berikut:

1. Proses Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking Seorang Anak Terhadap Ibu Tirinya di Desa Tlogo Pojok Gresik adalah dengan mengikuti langkah- langkah konseling, langkah pertama yaitu identifikasi masalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang terjadinya permasalahan dan gejala-gejala yang ada pada diri konseli. Langkah yang kedua adalah diagnosa, setelah dari hasil identifikas i masalah, konselor dapat mengambil suatu kesimpulan mengena i masalah yang ada pada diri konseli yaitu adanya pikiran-pikiran negatif mengenai ibu tirinya sehingga perilaku atau sikap konseli pun menjadi tidak baik. Langkah ketiga yaitu prognosa, menetapkan jenis bantuan atau terapi yang akan digunakan dalam membantu menyelesa ika n masalah konseli. Dalam hal ini konselor menggunakan Rational Emotive Therapy dengan menggunakan teknik Self Modeling, Dispute Cognitive, Assertive Training dan Teknik Reframing. Kemudian konselor memberikan Treatment/ terapi dengan teknik yang ada pada Rational Emotive Therapy yang sudah ditetapkan

106

dalam bentuk langkah prognosa yaitu menggunakan teknik Self Modeling, Dispute Cognitive, Assertive Training dan Teknik Reframing. Teknik Self Modeling digunakan untuk merubah pikiran-pikiran dan perilaku yang negatif terhadap ibu tirinya. Dalam hal ini konselor bertindak sebagai modeling dengan harapan agar konseli setelah mendapatkan modeling dari konselor perilaku maupun pikirannya dapat berubah. Teknik Dispute Cognitive digunakan untuk mengarahka n pikiran-pikiran negatif konseli ke arah yang positif, dengan cara mendebat argumen-argumen yang disampaikan konseli kepada konselor. Teknik Assertive Training digunakan untuk membiasaka n perilaku baik konseli terhadap ibu tirinya dengan cara menyepakati hal yang harus dilakukan antara konseli dengan konselor. Teknik Reframing digunakan untuk membingkai ulang pikiran-pikiran konseli yang irasional. Terakhir adalah evaluasi atau follow up, mengeval uas i tindakan konseli dengan melihat perubahan-perubahan yang ada pada diri konseli setelah dilakukan konseling.

2. Hasil akhir Proses Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking Seorang Anak Terhadap Ibu Tirinya di Desa Tlogo Pojok Gresik adalah dapat dikategorikan cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari prosentase sebanyak 75 %. Dan juga dapat dilihat dari perubahan-perubahan perilaku konseli yaitu konseli sudah mulai berkomunikasi dan tidak cuek, tidak acuh tak acuh terhadap ibu tirinya.

107

Pola pikir yang irasonal sekarang sudah hilang kepada ibu tirinya serta konseli juga sudah mulai bersemangat lagi.

B. Saran

Adapun saran-saran dari peneliti adalah: 1. Secara teoritik

Dalam penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif hingga dalam meningkatkannya diperlukan penelitian yang berkelanjutan agar dapat menyempurnakan penelitian ini, untuk dapat mencapai sebuah keberhasilan dalam menangani kasus negative thinking seorang anak terhadap ibu tirinya. Maka dalam proses konseling menggunaka n Rational Emotive Therapy untuk dapat mengubah konseli.

2. Secara praktis

Untuk ibu tiiri konseli, diharapkan agar selalu mempunyai sifat kesabaran yang sangat luar biasa untuk selalu memahami anaknya. Mencoba untuk terus bersikap care terhadap konseli.

Untuk konseli diharapkan agar selalu membiasakan hal-hal baik yang telah disepakati antara konselor dan konseli saat proses konseling. Konselor berharap agar konseli dapat melakukan hal-hal baik terhadap ibu tirinya bahkan lebih dari itu.

108