• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Risiko adalah suatu konsep matematis yang mangacu pada kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan akibat paparan suatu polutan. Pengkajian risiko digunakan sebagai suatu proses untuk mengukur atau menetukan sifat dan besarnya risiko, untuk mengestimasi besarnya risiko merupakan salah satu hal yang harus dilakukan adalah pembuktian hubungan dosis-efek pada individu atau hubungan dosis efek pada populasi. Hubungan dosis efek memberikan informasi tentang bagaimana risiko meningkat akibat peningkatan paparan (WHO, 2000).

Kemudian menurut Kepmen Nomor 876 (2001) analisis risiko kesehatan lingkungan adalah suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu.

Gambar 2.1 Pola Pajanan Dosis Efek

Diadopsi dari WHO (2006); Ott (2007) dalam EPA: Exposure Factors Handbook (2011)

Gambar diatas merupakan pola pajanan dosis efek yang menjelaskan agen lingkungan hingga menyebabkan efek. Agen dapat disebarkan melalui berbagai wahana lingkungan seperti udara, air, tanah, debu, dan makanan. Individu dapat bersentuhan dengan agen melalui inhalasi, menelan, atau kontak dengan kulit dan mata. Pola fisikologi, perilaku, aktivitas individu serta konsentrasi agen menentukan besar, frekuensi, dan durasi paparan. Setelah agen melintasi penghalang penyerapan seperti kulit, paru-paru, mata, saluran pencernaan, maupun plasenta, paparan akan menjadi dosis serapan. Interaksi bahan kimia atau metabolitnya dengan jaringan target dapat menyebabkan hasil yang merugikan bagi kesehatan (WHO, 2006; Ott, 2007; dalam EPA: Exposure Factors Handbook, 2011).

Proses penilaian risiko mencakup empat langkah: identifikasi bahaya, karakterisasi bahaya (penilaian dosis-respon), penilaian paparan, dan karakterisasi risiko. Keempat komponen tersebut merupakan komponen pertama dalam proses analisis risiko (IPCS, 2004).

2.8.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah tahap pertama dalam dari empat langkah dalam penilaian risiko. Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan jenis dan sifat zat toksik yang berpotensi menimbulkan efek samping terhadap suatu organisme, sistem, atau subpopulasi (IPCS, 2004).

Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan keberadaan bahaya lingkungan yang berupa zat-zat toksik atau kondisi-kondisi spesifik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada suatu lokasi tertentu (Rahman, 2004). Dalam mengidentifikasi bahaya ini perlu diketahui efek yang akan ditimbulkan oleh risk agent dan seberapa cepat menimbulkan efek dan lama memeberikan efeknya.

Identifikasi bahaya adalah mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun sistematik dan karsinogenik) (Kemenkes, 2001).

2.8.2 Analisis Dosis Respon

Analisis dosis respon adalah cara untuk melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu

kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan (Kemenkes, 2001). Menurut Departement of Health and Ageing (2012) penilaian dosis-respons digunakan untuk meneliti hubungan kuantitatif antara paparan dan efek samping.

Analisis dosis respon di dalam ARKL disebut dose-response assessment atau toxicity assessment. Seperti definisi dari Departemen of Health Ageing, bahwa dose response assessment digunakan untuk menerapkan nilai-nilai kuantatif toksistas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimia. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek karsinogenik. Analisis dosis-respon merupakan tahap paling menentukan. Hal ini dikarenakan bahwa ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang sudah ada dosis-responnya (Rahman, 2007).

RfD adalah estimasi dosis pajanan harian untuk populasi manusia yang diperkirakan tidak menyebabkan risiko kesehatan non kanker sepanjang hayat (EPA, 2011). Dosis refernsi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesti untuk makanan dan minuman) yang disebut RfDdan untuk pajanan inhalasi yang disebutreference concentration (RfC). Dalam analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup (inhaled), tertelan (ingested) dan terserap melalui kulit (absorbed) per kg berat badan per hari (mg/kg/hari). Respon atau efek nonkarsinogenik yang disebut juga efek sistemik, yang ditimbulkan oleh dosis risk agen tersebut

dapat beragam, mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ yang menetap, kelainan fungsional yang kronik, sampai kematian (Rahman, 2007).

Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah dosis yang menyebabkan efek paling rendah atau NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) (Rahman, 2007). NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat kimia yang tidak menunjukkan efek merugikan bagi organisme. NOAEL dinyatakan dalam mg atau µg per kg berat per hari. Sedangkan LOAEL merupakan dosis atau konsentrasi terendah suatu zat kimia yang ditemukan melalui percobaan atau observasi dan dapat menyebabkan efek buruk pada organisme (WHO, 2000). RfD yang digunakan untuk menentukan dosis paparanflourideyaitu sebesar 6 x10-2mg/kg-day

2.8.3 Analisis Pajanan

Analisis pajanan atau exposure assessment dilakukan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agen agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Risk agen bisa berada di dalam tanah, di udara, air, atau panganseperti ikan, daging, susu, sayur-sayur, dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan adalah semua variabel. Berikut rumus asupan / intake yang umum digunakan untuk semua jalur pajanan (Rahman, 2007; ATSDR, 2005; Louver & Louver, 1998) :

I = asupan (intake) (mg/kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/L)

R = laju asupan atau konsumsi (L/hari untuk air)

fE = frekuensi pajanan (hari/tahun)

Dt = durasi pajanan (tahun)

Wb = berat badan (kg)

t avg = periode rata-rata harian (30 x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik).

2.8.4 Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, Tingkat Risiko) untuk efek-efek nonkarsinogenik (ATSDR 2005; EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996; Louvar and Louvar 1998) dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik (EPA 2005). RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (Ink) risk agent dengan RfD atau RfC-nya (Rahman, 2007).

=

I = Intake dari hasil perhitungan penilaian pajanan (mg/kg/hari)

Hasil nilai risk quotient (RQ) perlu dikendalikan jika RQ>1, dan jika RQ 1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi segala kondisi harus dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi 1.

Dokumen terkait