• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERING RESIRKULASI

5.3.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas pada usaha pengeringan gabah ini dilakukan untuk mempelajari kemungkinan bila terjadi perubahan pada salah satu komponen biaya. Sebelum dilakukan analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dulu variabel kritis yang mungkin akan mengalami perubahan karena pengaruh dari keadaan sosial, politik dan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan perubahan biaya dan kelayakan pada usaha. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap kenaikan harga bahan bakar (minyak tanah) sebesar 10% , 12.5% , 15% dan 17,5%. Selain itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk kenaikan upah operator sebesar 30% , 40%, dan 50%. Analisis lainnya adalah terhadap penurunan rata-rata jumlah gabah yang dikeringkan per hari sebesar 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35% serta terhadap penurunan harga Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 5%, 7.5%, dan 10%.

Untuk analisis sensitivitas terhadap kenaikan tarif listrik tidak dilakukan, karena tidak begitu berpengaruh terhadap hasil kelayakan. Hasil perhitungan dari analisis sensitivitas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 21 Analisis sensitivitas kenaikan harga bahan bakar Kenaikan Harga (%) NPV (Rp) B/C IRR (%) 10 12,5 15 17,5 2876578 1549124 221671 -1105782 1.29 1.15 1.02 0.89 27.78 19.99 17.98 9.01

Dari Tabel 21 terlihat bahwa kenaikan harga bahan bakar hingga mencapai 17.5% dari sekarang (harga sekarang Rp 6.000 per liter) akan mempengaruhi kelayakan usaha jasa pengeringan. Hal ini terlihat dari nilai NPV sebesar - Rp 1.105.782 ; B/C sebesar 0.89 dan IRR 9.01, menjadi tidak karena dengan nilai NPV yang kurang dari nol, nilai B/C yang kurang dari 1, dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga.

Tabel 21 Analisis sensitivitas kenaikan upah operator Kenaikan Upah (%) NPV (Rp) B/C IRR (%) 30 40 50 3.359.288 2.118.991 141.219 1.34 1.21 1.1 38.36 34.23 22.37

Dari Tabel 22 terlihat kenaikan upah operator hingga mencapai 50% dari sekarang (upah operator sekarang Rp 20.000 per orang per hari) tidak akan mempengaruhi kelayakan usaha jasa pengeringan. Ini terlihat dari nilai NPV sebesar Rp 141.219 B/C sebesar 1.1, dan IRR sebesar 22.37%. Nilai NPV yang lebih dari nol, nilai B/C yang lebih dari 1, dan nilai IRR yang lebih dari suku bunga menunjukkan saat kenaikan upah operator mencapai 50% maka usaha jasa pengeringan dengan rata-rata jumlah gabah yang masuk 500 kg per hari masih layak.

Dari Tabel 23 terlihat penurunan rata-rata jumlah gabah yang dikeringkan per hari sebesar 35% akan mempengaruhi kelayakan usaha jasa pengeringan. Ini terlihat dari nilai NPV sebesar Rp -1.571.084., B/C sebesar 0.89 dan IRR sebesar 11.08%. Nilai NPV yang kurang dari nol, nilai B/C yang kurang dari 1, dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga menunjukkan saat

penurunan rata-rata jumlah gabah yang dikeringkan per hari mencapai 35% maka usaha jasa pengeringan menjadi tidak layak.

Tabel 23 Analisis sensitivitas penurunan rata-rata jumlah gabah yang dikeringkan per hari Penurunan

Rata-rata Jumlah Gabah per Hari (%) NPV (Rp) B/C IRR (%) 20 25 30 35 3.830.883 2.030.226 229.569 -1.571.084 1.25 1.13 1.01 0.89 24.47 2.06 15.63 11.08

Penurunan harga Gabah Kering Giling (GKG) dapat juga mempengaruhi jumlah penerimaan dari usaha jasa pengeringan tersebut. Upah pengeringan pada pengeringan ini selain dapat dibayar dengan menggunakan uang, dapat juga dibayar dengan menggunakan gabah (GKG) sebesar 0.074 kg. Nilai ini merupakan konversi dari upah pengeringan sebesar Rp 250 per kg (harga gabah yang dipakai sebesar Rp 2.840 per kg GKG, harga ini berdasarkan pada harga pembelian GKG di tingkat Bulog menurut Inpres No.1 Maret 2008).

Tabel 24 Analisis sensitivitas penurunan harga Gabah Kering Giling (GKG) Penurunan Harga GKG (%) NPV (Rp) B/C IRR (%) 5 7.5 10 4.906.740 1.230.680 -1.832.700 1.33 1.08 0.88 27.11 18.19 10.35

Dari Tabel 24 terlihat penurunan harga gabah kering giling (GKG) mencapai 10% akan mempengaruhi kelayakan usaha jasa pengeringan. Ini terlihat dari nilai NPV sebesar Rp -1.832 700, B/C sebesar 0.88 dan IRR sebesar 10.35%. Nilai NPV yang kurang dari nol, nilai B/C yang kurang dari 1, dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga menunjukkan saat penurunan harga gabah kering giling (GKG) mencapai 10% maka usaha jasa pengeringan menjadi tidak layak.

Perhitungan biaya dengan skenerio kapasitas pengering 500 kg ; 1000 kg dan 2000 kg ditampilkan pada Lampiran 4, 11 dan 13

5.4 KESIMPULAN

1) Mengingat harga alat dan mesin pertanian, khususnya mesin pengering gabah, secara umum tidak terjangkau oleh daya beli petani, sedangkan alat dan mesin pertanian sangat diperlukan untuk membantu usaha tani dalam peningkatan produksi dan mutu. Bagi petani yang diperlukan adalah ketersediaan jasa alat dan mesin pertanian tersebut, bukan kepemilikan alat dan mesin. Jasa itu disediakan secara komersial, oleh karena itu pengadaan alat dan mesin tersebut harus dilaksanakan dalam konteks yang layak secara teknis dan ekonomi bagi pengusaha jasa bersangkutan. Peningkatan usaha jasa pelayanan pengeringan akan merangsang pengembangan penggunaan mesin pengering.

2) Usaha jasa pengeringan gabah ini biasanya terintegrasi dengan unit penggilingan padi, sehingga pengembangan usaha jasa pengeringan gabah melalui pengusaha penggilingan padi, petani ataupun kelompok tani yang mengelola usaha penggilingan padi mempunyai prospek yang cukup baik. Biaya investasi untuk pengering gabah kapasitas 500 kg adalah Rp 10 juta, - ; kapasitas 1000 kg adalah Rp 15 juta,- dan kapasitas 2000 kg adalah Rp 30 juta,-. Berdasarkan hasil analisis biaya , Hasil analisis finansial usaha pengeringan gabah dengan menggunakan pengering resirkulasi menunjukkan bahwa nilai NPV adalah sebesar Rp 8.186.391,-. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tingkat suku bunga 15 % nilai NPV masih menunjukkan positif sehingga pada tingkat opportunity (discount rate) 15 % investasi usaha pengeringan layak untuk dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai net B/C sebesar 1.82 dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi usaha pengeringan gabah layak untuk dilaksanakan. Hasil analisisi menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 31.19% yang berarti bahwa bila dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank sebesar 15% investasi usaha pengeringan gabah masih menguntungkan.

3) Analisis titik impas (BEP) perlu diketahui untuk mengetahui hari pengoperasian mesin pengering gabah setiap tahun agar usaha jasa pengeringan gabah tidak mengalami kerugian. Upah pengeringan yang dikenakan Rp 250 per kg atau dalam bentuk natura (GKG) sebesar 0.074 kg. Dari perhitungan yang dilakukan, menunjukkan kapasitas volume gabah masuk yang harus diusahakan adalah sebesar 86.4 ton GKP per tahun dan 1728 jam kerja per tahun. Dari hasil perhitungan PBP, usaha ini menunjukkan waktu pengembalian modal investasi pada tahu ke dua, yang berarti investasi yang dikeluarkan akan kembali pada tahun ke dua.

4) Dengan kenaikan harga bahan bakar hingga 15% dan kenaikan upah pekerja naik 15% usaha tersebut masih layak, jika kenaikan hanya terjadi pada upah pekerja, kenaikan hingga 50% juga masih layak untuk usaha jasa pengeringan dengan menggunakan pengering resirkulasi tersebut.

Sumber energi yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran minyak jarak (sebagai salah satu energi terbarukan) dengan minyak tanah, berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan minyak jarak dicampur dengan minyak tanah dapat digunakan dengana baik, pencampuran homogen karena keduanya senyawa non-polar, serta minyak tanah sebagai pelarut yang kuat.

Perbandingkan nilai kalor minyak jarak dengan minyak tanah tidak terlalu berbeda, tetapi kekentalan minyak jarak sangat tinggi dibandingkan kekentalan minyak tanah, faktor kekentalan akan mempengaruhi panjang lidah api, sudut api dan pelepasan panas, makin kental bahan bakar tersebut makin panjang lidah api dan makin kecil sudut api serta pelepasan panas kecil.

Untuk menurunkan tingkat kekentalan minyak jarak, maka dicampur dengan minyak tanah dan dilakukan pemanasan, penggunaan campuran hingga perbandingan antara minyak jarak dengan minyak tanah hingga 3:1, dan dipanaskan hingga temperatur 60 oC memberikan hasil tingkat kekentalan 7.5 cp. Adapun minyak jarak dengan pemanasan temperatur 90 oC mempunyai tingkat kekentalan 8.03 cp, Dengan demikian kedepan dapat dimungkinkan menggunakan minyak jarak 100%, sebagai bahan bakar untuk memanaskan udara pengering.

Perlakuan antara temperatur dan waktu pengeringan terhadap penurunan kadar air, berdasarkan analisis varian terdapat perbedaan nyata, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa temperatur dan waktu pengeringan sangat mempengaruhi penurunan kadar air bahan. Laju pengeringan berbanding lurus terhadap temperatur dan waktu pengeringan.

Untuk pengeringan bertahap, proses pengeringan pertama memegang peranan penting, ketika pengeringan pertama berhenti pada tingkat kadar air di atas 18% bb, maka peningkatan rendemen beras kepala dapat ditingkatkan dengan proses tempering, tetapi ketika melewati kadar air 18% bb, bahan mendekati garis transisi gelas sehingga tempering tidak dapat meningkatkan rendemen beras kepala. Hal ini disebabkan pada bagian permukaan bahan berada dalam daerah

glassy sedangkan pada bagian pusat berada dalam daerah rubbery yang akan menimbulkan

stress pada bahan. Perbedaan keadaan tersebut mengakibatkan perbedaan sifat antar bagian, yang

Berdasarkan hasil percobaan diketahui untuk temperatur udara pengering 60 oC dengan waktu pengeringan 30 menit, kadar air menjadi 17.63% mengakibatkan rendamen beras kepala hasil pengeringan hanya 50%, perlakuan tempering tidak dapat memperbaiki besarnya rendamen, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fendly.J.W.,Siebenmorgen.T.J(2002), yang menyatakan apabila terlalu lama pengeringan dengan temperatur di atas temperatur transisi gelasnya, sehingga permukaan bahan berada dalam daerah glassy, sedangkan pusat bahan berada dalam daerah rubbery. Kondisi demikian akan mengakibatkan keretakan pada bahan dan akibatnya terjadi penurunan rendemen beras kepala,

Penggunaan simulasi komputer untuk menduga karakteristik pengeringan suatu alat pengering dapat menghemat biaya dan waktu pembuatan serta percobaan alat. Dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 dan mengasumsikan pengeringan sebagai pengering lapisan tipis dengan aliran udara pengering cross – flow. Model matematika berdasarkan persamaan Bala, dengan persamaan diferensial parsial serta persamaan lapisan tipis digunakan untuk menduga temperatur udara pengering, temperatur bahan dan kenaikan kelembaban mutlaknya.

Penyelesaian persamaan-persamaan menggunakan teknik finite difference. Hasil simulasi yang diverifikasi dengan menggunakan alat pengering resirkulasi dengan menggunakan konveyor pneumatik dan bahan bakar campuran minyak jarak yang dirancang bangun menunjukkan ketepatan pendugaan karakteristik pengeringan, dengan perbedaan antara simulasi dengan percobaan anatar 2 - 3% untuk penurunan kadar air dan 7 hingga 14% untuk waktu pengeringan, pada alat pengering, keseragaman kadar air rata-rata 14% ± 0.5%, merupakan salah satu keunggulan tipe resirkulasi ini.

Udara keluar ruang pengering masih memiliki temperatur rata-rata 45 oC dan RH 50%, sehingga untuk kedepan dapat digunakan pula sebagai inlet udara pembawa dan dapat menjadi pengeringan fluidized .

Analisis finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha jasa pengeringan menggunakan pengering tipe resirkulasi menggunakan konveyor pneumatik dengan bahan bakar campuran minyak jarak telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), serta analisis sensitivitas yang dilakukan untuk mempelajari kemungkinan bila terjadi perubahan harga salah satu atau beberapa komponen biaya. Komponen biaya tidak tetap yang paling besar adalah biaya bahan bakar yang

mencapai 71% dari biaya tidak tetap, dengan demikian apabila bahan bakar dapat diganti 100% menggunakan minyak jarak, akan dicapai harga pengeringan yang lebih murah.

Perubahan harga tersebut dapat terjadi oleh karena pengaruh keadaan sosial, politik ataupun keadaan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan kelayakan suatu usaha. Data harga-harga komponen diperhitungkan pada harga-harga saat penelitian dilakukan sebagai dasar perhitungan, sehingga perubahan harga pada saat yang akan datang dihitung kenaikan terhadap harga tersebut. Perhitungan biaya dengan beberapa skenario kapasitas alat pengering juga dilakukkan untuk memberikan gambaran kapasitas usaha jasa pengeringan, dengan perhitungan untuk kapasitas pengeringan dari 500 kg, 1000 kg dan 2000 kg per proses. Berdasarkan analisis finasial tersebut nampak bahwa usaha pengeringan layak diusahakan, walaupun terjadi kenaikan harga bahan bakar, dan upah tenaga kerja hingga 15%.

KESIMPULAN

1. Minyak jarak (Jatropha Oil) dapat digunakan sebagai substitusi minyak tanah sebagai sumber panas udara pengering, minyak jarak termasuk senyawa non-polar, demikian pula minyak tanah, sehingga dapat bercampur secara homogen. Campuran minyak jarak dengan minyak tanah yang memberikan unjuk kerja terbaik adalah 1:1.

2. Berdasarkan percobaan menggunakan pengeringan statik didapat perbandingan waktu pengeringan dengan waktu tempering 1: 3 hingga 1: 4 menunjukan hasil rendemen beras kepala 64.69%, dengan menggunakan udara pengering bertemperatur 60 oC RH 17%.

3. Telah berhasil dibuat rancang bangun pengering resirkulasi dengan menggunakan konveyor pneumatik dan bahan bakar campuran minyak jarak dengan minyak tanah.

4. Untuk menghasilkan rendemen beras kepala yang tinggi, waktu pengeringan tiap sirkulasi adalah 11.8 menit dengan waktu tempering 48.9 menit (perbandingan waktu pengering dengan waktu tempering 1: 4.1), bila kadar air awal 23.5% bb, untuk massa bahan 450 kg, diperlukan 9 kali sirkulasi untuk mencapai kadar air 14.2% dan menghasilkan nilai rendemen beras kepala 74.3% .

5. Program simulasi komputer yang dibuat dapat digunakan untuk memprediksi total waktu pengeringan dengan perbedaan antara 7-10%, hasil simulasi lebih cepat daripada hasil percobaan, dengan perbedaan kadar air akhir antara 2 – 3%.

6. Konsumsi energi spesifik antara 3.475 MJ/kg uap air hingga 4.786 MJ/kg uap air, jika diperhitungkan untuk energi non terbarukan, konsumsi energi spesifik total antara 6.499 MJ/kg uap air hingga 8.98 MJ/kg uap air dan Efisiensi pengeringan antara 22.22 – 31.10%. Konsumsi Energi listrik menggunakan konveyor pnematik 1.028 Wh/kg

7. Hasil analisis finansial usaha pengeringan gabah dengan menggunakan pengering resirkulasi menunjukan bahwa nilai NPV positif sebesar Rp 8186391,-. IRR 31.19% dan net B/C 1.82, investasi usaha pengeringan layak untuk dilakukan.

SARAN

1. Pengoperasian pengering yang terbaik dengan menggunakan campuran minyak jarak dengan minyak tanah 1:1, dengan melakukan pembersihan nosel setiap satu jam sekali.

2. Perlu diperhatikan phenomena bridging, sehingga aliran bahan sedikit terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2003.Paddy Drying. Agricultural Engineering Unit. Institute Rice Research Institute (IRRI).

[Deptan] Departemen Pertanian RI, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Keputusan Bersama No:01/SKB/BPPHP/TP.830/2003; KEP-07/UP/01/2003.

Afif.K.1988. Peluang Berhasilnya Pengeringan Padi dan Palawija di Daerah Jatiluhur. Skripsi.Jurusan Mekanisasi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Agribisnis Pangan. (http://www.bbkpjateng.go.id) . Diakses tanggal 10 Peb

2006.

Agus.W. 2008. Harga Keekonomian Jarak Pagar. Infotek Jarak Pagar. Vol 3, No 6. Balitbang Pertanian.

Arora V.K., Henderson,S.M, Burkhardt T.H. 1973. Rice drying cracking versus thermal and mechanical properties. Transactions of the ASAE;320-327. ASAE Standards. 1999. 46th ed. Thin layer drying of grains and corps. St.

Joseph, Mich. ASAE.

Bala, B.K. 1997. Drying and Storage of Cereal Grains. Mohan Ptrimlani for Oxford & IBH Publishining Co. Pvt Ltd. New Delhi.

Ban, T. 1971.Rice cracking in high rate drying, Japan Agricultural Research Quarterly, 62(2),113-116.

Banaszek,M.M.,Siebenmorgan, T.J. 1990. Moisture adsorption rates of rough rice, Transaction of ASAE, 33(4);1257-1262

Biodiesel Technocrats.2006. (http://www.boidieseltechnocrats.com).  Diakses tanggal 15 Agustus 2008

Biro Pusat Statistik. 2006. Sensus Pertanian. Biro Pusat Statistik, Jakarta Biro Pusat Statistik. 2008. Produksi Padi Indonesia, Jakarta.

Bonazzi. C et al .1994. Experimental Study On The Quality Of Rough Rice Related to Drying Conditions. Drying’94 . V. Rudolph & R.B.Key E. 1994 ; 1031-1036.

Brooker, D.B., F.W. Bakker-Arkema, and C.W. Hall. 1992. Drying and Storage of Grains and Oilseeds., Van Nostrand Reinhold Publisher New York.

Cao,W.,Nishiyama,Y., Koide, S. (2004). Simulation of intermittent drying of Maitake mushroom by simplified model. Biosystems Engineering, 87(3), 59-65.

Cnossen, A.G., T.J. Siebenmorgen. 2000. The glass transition temperature concept in rice drying and tempering; effect on milling quality. Trans. ASAE Vol. 43(6): 1661-1667.

Cnossen, A.G., T.J. Siebenmorgen, and W. Yang. 2002. The glass transition temperature concept in rice drying and tempering; effect on drying rate. Trans. ASAE Vol. 45(3): 759-766.

Component of Kerosene JIS Grade 1.

(http://www.chofu.co.jp/english/ib/s2.htm). Diakses 18 Okober 2007.

Daxesoft Ltd.2005. Head loss Theory .(http://www.pipeflow.co.uk). Diakses tanggal 18 Oktober 2007.

De Garmo, E.P. W.G. Sullivan dan J.R. Canada. 1984. Engineering Economy The 7th Edition. Macmillan Publishing Comp., New York.

Djamila, S. 1983. Masalah Susut Panen, Penggabahan, Pengeringan dan Penggilingan Padi IR 36. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.

Djamin, Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Djojomartono, M. 1990. Expansion of The Existing Simulation Model of Paddy Operations by KUD’s. Final Report of R1-Drying Consultancy on Behalf of The ASEAN Food Handling Bureau, Kualalumpur. Department of Agricultural Engineering. IPB. Bogor.

Ekstrom,G.A., Liljedah, J.B., Peart, R.M. 1966. Thermal expansion and tensile properties of corn kernel and theirrelationship to cracking during drying. Transactionof the ASAE, 9(4);556-561

Fendley, J.W., and T.J. Siebenmorgen. 2002. Effect of drying and tempering rice using a continuous drying procedure. AAES Research Series 504 : 382-389.

Giner, S.A., Bruce, D.M., Mortimore, S. (1998). Two-dimensional simulation model of steady-state mixed-flow grain drying. Part 1: The model. Journal of Agricultural Engineering Research, 71(1),37-50.

Henderson, S.M. and Perry, L.R. 1976. Agricultural Process Engineering. University of California, USA.

Holman.J.P. 1986.Perpindahan Kalor. Jasjfi.E,Alih bahasa;Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Heat Transfer

Hosokawa, et al. 1980. Nosan Kikai Gaku. Bunko, Do.Japan. Agricultural Processing Machinaries.

Ippen, T.Arthur.1958. Mechanics of Liquids on Mechanical Engineers’ Handbook.Kogakusha Company, Tokyo, Jepang.

[IRRI] International Rice Research Institute. 2004. Training Manual Paddy Drying.

Iynkaran, K., Tandy, David J. 1993. Basic Thermodynamic Applications and Pollution Control. Simon & Schuster (Asia) Pte Ltd, Singapore.

Kadariah, L., Karlina dan C. gray. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi, UI, Jakarta.

Kamaruddin Abdullah. 2007. Pengering Surya ERK tipe Resirkulasi. Unsada. Jakarta

Komuro H, Hosokawa A, editor. 1995. Rice Post-Harvest Technology, The Food Agency,Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries, Japan.

Knoe Thig Vegetable Oil Sdn Bdh. 2008. Jatropha Oil. (http://www.alibaba.com). Diakses tanggal 10 Oktober 2008.

Kubota, K. 1995. Dryer. Rice Post-Harvest Technologi. The Food Agency, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries, Japan.

Kunze, O.R. 1991. Moisture adsorption in cereal grain technology- A review with emphasis rice. Applied Engineering in Agriculture, 7(6),717-723. Kurtus.R. 2005. Polar and Non-Polar Molecules.

(http://www.school-for-champions.com). Diakses tanggal 10 Oktober 2008

LombokNews. 2007. Pasta dan kompor jarak pengganti minyak tanah.

(http://www.SumbawaNews.com). Diakses tanggal 30 Oktober 2007

Maelani. J, 2005. Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar. Pustekkom, Universitas Muhamadiyah Yokyakarta.

Manullang, 1980. Dalam Adhipratiwy, R.N.S. 2001. Analisis Biaya Produksi pada Usahatani Bunga Krisan Pot. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nishiyama. Y,.Wei Cao.,Baoming Li. 2006. Grain Intermittent Drying Characteristics Analyzed by a Simplified Model. Journal of Food Engineering 76 (2006); 272-279. Elsevier.

Perry, Robert H.,et al.1984. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 6th Ed. MGraw-Hill, New York,USA; 7 -20.

Pramudya, B. dan N. Dewi 1992. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Reksowardojo.I.K., A.Surachman., Tri Sigit., Ibrahim., T.P.Brodjonegoro, 2008. The Experience of Developed a Plant Oil-based cooking stove. Workshop on Renewable Energy Technology Applications to Support E3i Vilage. 22-24 July 2008, Jakarta.

Seluruh Konsumsi Minyak Tanah Sudah Beralih ke Elpiji Pada Tahun 2010

(http:// www.Radio Republik Indonesia.com). Diakses tanggal 10 Juli

2006

Seo.Y, Hosokawa A, editor. 1995. Moistur and Drying. Rice Post-Harvest Technology, The Food Agency,Menitistry of Agriculture,Forestry and Fisheries, Japan.

Shei.H.J., Yi Luen Chen. 2002. Computer Simulation On Intermittent Drying Of Rough Rice. Drying Technology;20(3);615-636.

Siebenmorgen, T.J., and D.A. Schluterman. 2005. Relating rough rice drying and tempering duration to Rendamen beras kepala Reduction. AAES Research Series 540 : 404-412.

Simangunsong, M.P. 1991. Akuntansi Biaya. Karya Utama, Jakarta

Spivakovsky, A.1982. PAHCПOPTИPУЮ ИE MA ИЬI. Terjemahan. Don Danemanis. Conveyors and Related Equipment. Peace Publishers, Moscow, Rusia.

Srinivasa Rao. P, Satish Bal, T.K. Goswami. 2007. Modelling and optimization of drying variables in thin layer drying of parboiled paddy. Journal of Food Engineering 2007; 78: 480-487.

Steffe, J.F., Singh, R.P.(1980). Theoritical and Practical aspects of rough rice tempering. Transactions of the ASAE, 23(3), 775-782.

Steffe, J.F., Singh, R.P., Bakshi, A.S. (1979). Influence of tempering time and cooling on rice milling yields and moisture removal. Transactions of the ASAE, 22(5), 1214-1218.

Stumpf, E., W.Mứhlbauer. 2002. Plant oil as cooking fuel: Development of a household cooking stove for tropical and sub-tropical countries, Inst. For Egr.Eng. In the Tropics and sub-tropics. Hohenheim Univ. Stuugart, Germany.

Sumangat.D, Wisnu Broto, Niken Harimurti. 2008. Teknologi Pengolahan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dan Bungkilnya Sebagai Bahan Bakar Pengganti Minyak Tanah.Prosiding

Thahir.R, Dedy A.Nasution, Joko Pitoyo, Anna Nurhasanah. 2001. Alat Pengering Sirkulasi Untuk Biji kedelai. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Alat dan alat pertanian Untuk asgribisnis. Jakarta, 10-11 Juli 2001. Jakarta: Balitbang Pertanian Deptan.hlm 187-197.

Thahir.R. 1986. Analisis Pengeringan Gabah Berdasarkan Model Silindris [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Thakur.A.K., Gupta. A.K. 2006. Two Stage Drying of High Moisture Paddy

with Intervening Rest Period. Energy Conversion &Management.47(2006);3069-3083. Elsevier.

Turns, Stephen R. 1996. An Introduction to Combustion; consepts and applications. McGraw-Hill Book Co. Singapore.

Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Yang, W., Jia, C., Siebenmorgan, T.J., Howell,T.A., Cnossen, A.G. (2002). Intra-kernel moisture responss of rice to drying and tempering treatments by finite element simulation. Transactions of the ASAE, 45(4), 1037-1044.

 

Lampiran 1 Disain alat dan spesifikasi   

  SPESIFIKASI ALAT

Tipe : Pengering Resirkulasi menggunakan Unjuk Kerja :

konveyor pneumatik Waktu loading : 30 menit Dimensi : Tinggi total 3400 mm Waktu unloading : 40 menit

Lebar total 1200 mm Laju pengeringan : 0.9%/jam Panjang total 2200 mm

Blower :

Tipe : Centrifugal, back wards curved Putaran : 2800 rpm

Daya : 370 Watt Tegangan listrik : 220 Volt

Ukuran : 80 mm

Tekanan statik : 1400 Pa Kapasitas : 990 m3/jam Pemanas :

Tipe : Kompor tekan Laju pembakaran : 0.75 – 3.0 liter/jam

 

 

Lampiran 3 Diagram alir program simulasi

inisiasi_variabel

hitung RH udara pengering, udara

lingkungan,kelembaban mutlak

hitung nilai pada kondisi awal sirkulasi

hitung t,Me,Mi,k,

deltat,tbesar,M, Mi-M0, dtperdy, dM/dt, dM/dy

Mencapai akhir Siklus kadar air 14 % ± 0.5 %

konstanta pengeringan, deltat, Me, M, Ta, Tp

Tampil grafik

Selesai mulai

tidak

 

Lampiran 4 Listing Program

Dim ta(100, 100) As Double '1 siklus 35 * 14 Dim tp(100, 100) As Double '1 siklus 35 nilai Dim dtaperdx(100, 100) As Double '1 siklus 35 Dim dtpperdy(100) As Double '1 siklus 1 nilai Dim tarata(100, 100) As Double

Dim tprata(100, 100) As Double Dim mbaris(100, 100) As Double Dim m(100) As Double

Dim Graph(20, 20) As Variant

Dim volpengering, laju, rho, volhoper Dim massa1, tpeng, massagabah, massa2

Dim thoper, massatemp, voltempering, tinggitumpukan Dim massatot, ttemp, massatiaptinggi, totalwaktu1siklus

Dim totalwaktutempering, totalpengeringan1, totalpengeringan2 Dim temperaturdb, temperaturwb, kadarairawal

Dim rh, rh1, kelembabanAbsolut As Single Public Npengeringan, idex, mlanjut, n

Dim ca, cv, hfg, ga, ha, gp, ta_awal, tp_awal, cw, cpw, cpl, hcv, cpg, cpa

Dokumen terkait