• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAGISTER TEKNIK SIPIL

C. Metode Pelaksanaan Penelitian

4. Analisis Sensivitas Dan Skenario Penggunaan Lahan

Simulasi skenario perubahan tata guna lahan dilakukan dengan mengadakan penambahan atau pengurangan terhadap luas hutan dan tata guna lahan lainnya. Simulasi tersebut dilakukan dengan jalan mengubah perkebunan, ladang, pemukiman, aau kawasan lain menjadi hutan ataupun

sebaliknya kemudian dilihat pengaruhnya terhadap kehilangan

tanah,limpasan dan debit puncak yang terjadi, hingga mencapai besaran angka yang tidak melebihi batas arahan yang ditetapkan

Setelah proses simulasi skenario skenario selesai dengan hasil keluaran yang diharapkan maka perlu ditetapkan batasan penggunaan lahan berdasarkan hasil analisis tersebut yang merupakan konsep tata guna lahan yang seharusnya diterapkan.

Analisa sensivitas dimaksudkan untuk mengetahui parameter yang paling berpengaruh terhadap hasil keluaran yang akan digunakan sebgai pedoman terhadap pengelolaan DAS.

5. Overlay

Menyusun (overlay) peta peta tematik hasil digitasi menggunakan program Quantum GIS 1.7.4 seperti peta tata guna lahan yang harus diidentifikasi nilai koefisien alirannya (C) sesuai dengan tata guna lahan masing-masing daerah serta dihitung luas masing-masing tata guna lahan (A) untuk mendapatkan nilai debit (Q) yang dihitung menggunakan metode rasional.

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. DAS Way Kuala Garuntang merupakan salah satu dari DAS besar di

Bandar Lampung dengan luas 60,39 km2dengan 11 anak sungai.

2. Sesuai dengan RTRW 2010, DAS Way Kuala Garuntang memiliki 11 jenis tutupan lahan selain dari jalan dan jalur kereta api dengan kawasan lindung seluas 4,72% dari luas DAS.

3. Setelah dilakukan pelengkapan data hujan yang hilang dan uji konsistensi, data hujan pada tahun 2000 untuk keempat stasiun tetap tidak dapat menunjukkan kekonsistensian data dikarenakan tidak adanya data hujan dari keempat stasiun pada tahun tersebut.

4. Pola hujan di Bandar Lampung terdistribusi menjadi 40% di jam pertama, 40% di jam kedua, 15% di jam ketiga dan 5% di jam keempat.

5. Sesuai dengan RTRW 2010, DAS Way Kuala Garuntang memiliki nilai koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,56.

6. Tindakan yang mempertahankan adanya ruang terbuka hijau untuk DAS Way Kuala Garuntang sangat diperlukan untuk memberikan ruang yang

cukup bagi peresapan air hujan pada suatu daerah tertentu guna keperluan penyediaan kebutuhan air tanah serta penanggulangan banjir.

7. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan skenario I, II dan III tata guna lahan dengan mempertahankan 30% dari luas DAS adalah ruang terbuka hijau, terlihat adanya penurunan debit puncak dan tidak terjadi perubahan debit puncak yang signifikan.

8. Dari hasil perhitungan debit dengan menggunakan luas tata guna lahan skenario IV, V, VI dan VII yang tidak lagi mempertahankan luas ruang terbuka hijau sebanyak 30% dari luas DAS, terlihat adanya kenaikan nilai debit puncak.

9. Perubahan debit yang paling ekstrim terlihat pada skenario V yang merubah sebagian lahan kosong menjadi kawasan pemukiman dan sebagian lahan pemukiman menjadi kawasan perdagangan dan jasa.

10. Semakin sedikit luas ruang terbuka hijau dan kawasan lindung pada suatu DAS maka perubahan nilai debit puncak akan semakin besar.

11. Penggunaan sistem informasi geografis dalam analisis perubahan tata guna lahan terhadap debit suatu DAS sangat bermanfaat dan membuat sistem proses analisis menjadi lebih efisien.

B. SARAN

1. Perlu diadakan penelitian tersendiri mengenai analisis hidrologi dan penelitian menyendiri mengenai analisis spasial pada DAS Way Kuala Garuntang secara mendalam dan terinci sehingga saat kedua analisis dioverlaykan didapat hasil yang lebih optimal.

2. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas , perlu diadakan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pada DAS Way Kuala Garuntang sebaanyak 30% dari luas DAS.

3. Arahan perencanaan pembangunan sebaiknya tetap memperhatikan fungsi dan kondisi wilayah Sehingga tidak menyebabkan kerusakan sumber daya alam dalam DAS.

Fieni Yuniarti ABSTRACT

Land use and land cover change in a watershed might drive some impacts, such as high amounts of discharge fluctuations. Way Kuala Garuntang Watersheed is one of watershed in Bandar Lampung that has changed significantly. This study analyzed land use and land cover change to determine how much its influence on discharce fluctuations based on Geographics Information System. The method used in this study comprised of hidrology, spatial and sensitivity analysis. Hidrology analysis based on daily rainfall data. Spatial data analysis aims to present geospatial data related effects of land use and land cover change on the value of discharge. Sensitivity analysis is done by creating a land use and land cover simulation scenarios and sees its effect on the peak discharge events. The results of hidrology analysis in this study showed that the rainfall data obtained from the rainfall stations around the watershed were inconsistent and it needs to be repaired. It was found that the pattern of rainfall distribution in Bandar Lampung for 4 hours consists of 40%, 40%, 15% and 5% pattern. The results of spatial analysis in this study showed that there are 11 types of land cover on the existing condition and only has a protected area covering 4.72% of the total watershed. From the results of the sensitivity analysis showed that land use scenario with availability less than 30% of the area of green open space watershed may cause an increase in the value of the peak discharge. Instead, the scenario to maintain a 30% green open spaces of wide watershed did not make a significant change in peak discharge. This action is necessary to provide enough space for the infiltration of rain water on a particular area for the purpose of supplying the needs of ground water and flood control.

Keywords: land use and land cover change, discharge, Way Kuala Garuntang

ABSTRAK

Perubahan tata guna lahan di suatu daerah aliran sungai dapat menimbulkan berbagai macam dampak, diantaranya tingginya jumlah limbah dan fluktuasi debit. DAS Way Kuala Garuntang merupakan salah satu DAS di Kota Bandar Lampung yang telah mengalami perubahan tata guna lahan yang signifikan.Penelitian ini menganalisis perubahan tata guna lahan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap fluktuasi debit yang terjadi dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Lokasi penelitian ini terletak di DAS Way Kuala Garuntang Bandar Lampung. Dalam penelitian ini dilakukan analisis hidrologi, analisis data spasial dan analisis sensitivitas. Analisis hidrologi yang dilakukan berdasarkan dari data hidrologi dan dan parameter DAS lainnya. Analisis data spasial bertujuan untuk menyajikan data geospasial terkait pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap nilai debit. Analisis sensitivitas dilakukan dengan membuat simulasi skenario tata guna lahan dan

data . Pola distribusi hujan di Bandar Lampung terdistribusi selama 4 jam dengan pola 40%, 40%, 15% dan 5%. Hasil analisis spasial pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis tutupan lahan pada kondisi eksisting dan hanya memiliki kawasan lindung seluas 4,72% dari luas DAS. DAS Way Kuala Garuntang memiliki nilai koefisien aliran permukaan sebesar 0,56. Dari hasil analisis sensitivitas tata guna lahan menunjukkan bahwa tindakan yang tidak lagi menyediakan 30% ruang terbuka hijau dari luas DAS dapat menyebabkan kenaikan nilai debit puncak. Sebaliknya, tindakan yang mempertahankan adanya 30% ruang terbuka hijau dari luas DAS tidak menyebabkan perubahan debit puncak yang signifikan. Tindakan ini sangat diperlukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada suatu daerah tertentu guna keperluan penyediaan kebutuhan air tanah serta penanggulangan banjir.

Kata Kunci: tata guna lahan, debit puncak, DAS Way Kuala Garuntang

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Seperti yang diketahui selama ini, pembangunan memberikan banyak sekali manfaat terutama penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat, tetapi di samping itu pembangunan juga membutuhkan pengorbanan-pengorbanan lingkungan seperti perubahan tata guna lahan, dari semula merupakan ruang hijau menjadi gedung-gedung bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

Perubahan tata guna lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap peningkatan nilai koefisien aliran permukaan yang berdampak pada peningkatan debit adalah penggunaan kawasan hutan menjadi penggunaan lainnya seperti pertanian, pemukiman ataupun industri. Kegiatan industri, peternakan, pertanian dan permukiman di sepanjang aliran sungai (bantaran sungai) menghasilkan bermacam limbah, baik padat maupun cair, ke dalam sungai. Kondisi ini terjadi semakin parah ketika aliran sungai mencapai kota-kota besar di Indonesia..

DAS Way Kuala Garuntang merupakan salah satu DAS di Kota Bandar Lampung yang arah alirannya melalui kawasan perkotaan dan telah mengalami kondisi perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan. Menurut Megawati (2005), pada DAS Way Kuala Garuntang telah terjadi kegiatan penggundulan hutan dan berkembangnya daerah pemukiman pada daerah hulu sungai serta aktivitas masyarakat maupun industri di sekitar sungai dan saluran drainase yang membuang limbah rumah tangga (sampah) dan limbah industri ke dalamnya. Diketahui pula bahwa sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana yang telah diperhitungkan. Namun, inetensitas hujan dan koefisien aliran yang tidak sama ataupun lebih besar saat ini maupun masa mendatang karena terjadinya perubahan tata guna lahan yang terjadi dalam suatu aliran sungai akan menyebabkan semakin besar nilai debit banjir yang melewatinya.

Mengingat begitu pentingnya kapasitas air maksimal yang dapat tertampung dalam sistem drainase DAS Way Kuala Garuntang, maka dirasa perlu

hidrologi dan data parameter DASnya.

Pengidentifikasian perubahan tata guna lahan dan pengukuran fungsi hidrologi DAS di lapangan memerlukan pemahaman tentang banyak proses yang terlibat sehingga membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang banyak. Dengan demikian ketersediaan sebuah sistem dalam bidang penyajian data geospasial yang didukung oleh kemajuan teknologi jaringan komputer sangat diperlukan. Kemampuan teknologi komputer yang semakin berkembang membuat komputer saat ini dapat digunakan untuk berbagai bidang, salah satunya adalah bidang geografi, yaitu untuk membuat sistem informasi geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem yang men-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial (keruangan) mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi operasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna bidang penyajian data geospasial guna membantu kita dalam mempelajari proses perubahan debit sungai akibat perubahan tata guna lahan pada suatu DAS.

Dokumen terkait