• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Struktur Perekonomian di Provinsi Gorontalo

5.1.1. Analisis Shift-Share

Shift-share analysis merupakan salah satu dari teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Atau dengan kata lain melakukan dekomposisi terhadap pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam suatu wilayah. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Dalam penelitian ini, wilayah referensi adalah Provinsi Gorontalo dan unit analisisnya adalah empat wilayah kabupaten (Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango) serta Kota Gorontalo. Hasil analisis ini akan menjelaskan kinerja (performance) kabupaten/kota dan membandingkannya dengan kinerjanya dalam wilayah

Provinsi Gorontalo. Hasil dekomposisi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo seperti dalam tabel berikut:

Tabel 5.1

Nilai Analisis Shift-Share di Provinsi Gorontalo rata-rata tahun 2001-2007 Uraian Pertanian Pertamban gan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air

Minum Bangunan/ Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu,Perush & Jasa Perusah Jasa-Jasa Regional Share 0.0615 Proportional Shift -0.0113 -0.0051 -0.0140 0.0097 -0.0286 0.0118 0.0080 0.0576 -0.0046 Differential Shift Kab.Gorontalo 0.0060 0.0152 -0.0226 0.0075 0.0034 -0.0384 0.0129 0.0205 -0.0025 Kota Gorontalo -0.0331 -0.0018 0.0340 -0.0192 0.0052 0.0014 0.0067 -0.0499 0.0051 Boalemo 0.0213 -0.0523 -0.0084 0.1140 -0.0310 0.0175 -0.0397 0.0079 -0.0132 Pohuwato -0.0120 -0.0226 0.0380 0.0182 0.0136 0.0802 -0.0238 0.0017 0.0392 Bonbol -0.0064 -0.0014 -0.0097 -0.0034 0.0059 -0.0417 -0.0141 0.0890 -0.0217 SSA Kab.Gorontalo 0.0563 0.0715 0.0249 0.0787 0.0363 0.0348 0.0824 0.1395 0.0544 Kota Gorontalo 0.0172 0.0546 0.0816 0.0521 0.0381 0.0747 0.0763 0.0692 0.0620 Boalemo 0.0715 0.0041 0.0391 0.1852 0.0019 0.0908 0.0298 0.1270 0.0438 Pohuwato 0.0382 0.0338 0.0856 0.0894 0.0465 0.1535 0.0457 0.1208 0.0961 Bonbol 0.0438 0.0549 0.0378 0.0678 0.0387 0.0316 0.0554 0.2080 0.0352

Sumber: Hasil Perhitungan

Ket: cetak tebal adalah sektor yang memiliki nilai tertinggi dalam wilayah; cetak garis bawah adalah nilai tertinggi dalam setiap sektor.

5.1.1.1Komponen Regional Share

Nilai regional share tak lain menunjukan besarnya pertumbuhan ekonomi provinsi. Selama kurun waktu 2001-2007, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo rata-rata meningkat sebesar 0.0615 atau 6,15% per tahun. Nilai ini juga menunjukan kontribusi rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap kabupaten dan kotanya.

Sumber: Hasil Perhitungan

Gambar 5.3

Nilai Regional Share Provinsi Gorontalo

Penurunan pertumbuhan yang cukup drastis di tahun 2008 seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya terutama disebabkan oleh faktor alam. Selama tahun tersebut, Gorontalo mengalami beberapa kali bencana banjir yang terjadi hampir di seluruh wilayah kabupaten dan kota yang menyebabkan kerusakan pada berbagai fasilitas yang dimiliki dan akhirnya berpengaruh pada proses produksi. Banyak lahan sawah yang mengalami gagal panen akibat terendam banjir. Selain itu, orientasi investasi yang lebih ditujukan pada sektor non industri menyebabkan efek pengganda pembangunan juga lebih menurun di tahun 2008.

5.1.1.2Komponen Proportionality Shift

Komponen kedua dalam analisis shift share adalah proportionality shift. Dari komponen ini diperoleh hasil secara rata-rata terdapat lima sektor yang memiliki pertumbuhan di bawah pertumbuhan provinsi, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, bangunan dan jasa. Dengan kata lain, kelima sektor tersebut aktivitas ekonominya tumbuh lebih lambat dibanding aktivitas ekonomi provinsi.

Sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki proporsi PDRB terbesar memiliki dinamika yang relatif konstan pada semua wilayah. Hal ini juga diperkuat dengan terspesialisasinya sektor ini hanya pada tahun 2002 saja. Penggunaan teknologi yang belum merata tidak hanya berpengaruh pada sektor pertanian itu sendiri, tetapi juga pada sektor industri pengolahan yang sumber

bahan bakunya berasal dari sektor pertanian. Aktivitas hotel dan restoran juga relatif tidak terspesialisasi karena aspek pariwisata belum signifikan meningkatkan pendapatan bagi daerah. Sektor jasa yang berkembang di Gorontalo umumnya masih didominasi oleh jasa pemerintah dan masih minimnya kontribusi jasa dari sektor swasta/masyarakat secara umum sehingga sektor ini pun tidak terspesialisasi.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.4

Nilai Proportionality Shift Provinsi Gorontalo

Dari gambar perkembangan nilai proportionality shift di atas, seluruh sektor pertumbuhannya fluktuatif. Sektor yang rata-rata memiliki nilai proportionality shift yang positifadalah sektor listrik, perdagangan, pengangkutan dan keuangan. Meski rata-rata memiliki nilai yang positif, sektor listrik, gas dan air minum mengalami penurunan signifikan di tahun 2006 dan 2008. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas kelistrikan yang berdampak pada pemadaman listrik bergilir diseluruh wilayah Gorontalo selama 8 tahun terakhir. Kinerja pelayanan air bersih didaerah oleh PDAM yang relatif rendah juga masih dikeluhkan para pelanggan. Untuk itu dilakukan pembenahan dengan melakukan penambahan daya pembangkit listrik. Meskipun secara rata-rata selama tahun 2002-2008 sektor ini terspesialisasi (diatas pertumbuhan ekonomi provinsi), tetapi krisis listrik di

Gorontalo makin memprihatinkan dengan meningkatnya intensitas pemadaman bergilir pada semua wilayah kabupaten kota dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga berfluktuasi tetapi pertumbuhannya relatif lebih baik dibanding sektor perdagangan dan pengangkutan. Meskipun sempat berkontraksi di tahun 2006-2007 namun di tahun 2008 kembali meningkat dan lebih tinggi dibanding tahun 2002.

Pembukaan berbagai akses sarana transportasi baik darat, perairan maupun udara merupakan tuntutan untuk dapat menarik para investor, sehingga mendorong sektor ini rata-rata tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi provinsi. Namun perkembangan yang terjadi cenderung mengalami penurunan. Kondisi geografi yang kebanyakan masih sulit terjangkau menyebabkan akses pembukaan maupun perawatan dan perbaikan sarana transportasi dan komunikasi mengalami kendala. Aktivitas banjir yang rutin melanda wilayah Gorontalo juga memperparah kondisi sektor ini, khususnya untuk transportasi darat. Meski demikian, sektor ini memiliki pertumbuhan rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi provinsi.

Penurunan pada sektor pertambangan disebabkan penutupan beberapa areal penambangan liar, khususnya untuk bahan galian di wilayah Kota Gorontalo serta pertambangan emas di wilayah Boalemo dan Pohuwato di tahun 2004 dan 2005. Peningkatan yang signifikan kembali terjadi di tahun 2006 dengan adanya penemuan areal tambang baru di wilayah Bone Bolango. Namun dalam perkembangannya pemanfaatan areal tambang ini masih menimbulkan pro kontra sehubungan dengan ancaman kerusakan lingkungan. Hal ini menyebabkan beberapa areal terpaksa ditutup dan masih menunggu kemungkinan untuk dapat dilakukan eksploitasi kembali.

Pertumbuhan negatif sektor bangunan terjadi sampai tahun 2005 dan kembali negatif di tahun 2007 sampai 2008 disebabkan bencana alam seperti banjir dan gempa bumi yang acap kali menimpa Gorontalo. Hal ini menyebabkan selama tahun 2002 sampai 2008 sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang negatif. Perkembangan usaha real estate guna menjawab pemenuhan kebutuhan perumahan sebenarnya sejak awal sudah ada. Namun perkembangan yang signifikan terjadi di tahun 2006. Hal yang hampir sama terjadi pada sektor

keuangan. Progres yang cukup baik di awal terbentuknya provinsi selanjutnya mengalami penurunan hingga tahun 2005. Selanjutnya terjadi peningkatan hingga tahun 2008 di atas sektor lainya karena aktivitas sebagai daerah dalam pengembangan merupakan rangsangan bagi setiap individu untuk eksis dalam sektor ini.

Setiap sektor dalam proportionalty shift pada masing-masing kabupaten/kota dapat dihitung besarnya nilai peningkatan/penurunan dengan mengalikan setiap nilainya dengan nilai PDRB sektor pada masing-masing kabupaten dan kota (hasilnya adalah nilai magnitude yang ada dalam lampiran). Total hasil penjumlahannya untuk setiap kabupaten/kota menunjukkan dampak dari bauran industri (industrial mix). Jika positif, berarti bauran industri berdampak positif terhadap perekonomian kabupaten kota yang bersangkutan, demikian sebaliknya. Berdasarkan perhitungan pada setiap kabupaten dan kota (lampiran 2) diperoleh hasil bahwa daerah yang memiliki dampak positif dengan adanya bauran industri selama tahun 2002–2008 adalah Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo dengan kontribusi pertumbuhan rata-rata sebesar 2,029.91 juta rupiah dan 174.81 juta rupiah. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi rata-rata selama tahun 2002–2008 yang positif pada sektor listrik, perdagangan, pengangkutan dan keuangan bagi Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo telah mampu menciptakan aktivitas perekonomian secara agregat yang tumbuh lebih cepat dan terspesialisasi dibanding aktivitas provinsi dan daerah lainnya di Gorontalo.

5.1.1.3Komponen Differential Shift

Bagian terakhir dari analisis shift share adalah differential shift yaitu komponen yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi daerah pada setiap sektor karena kondisi spesifik daerah yang kompetitif. Hasil dekomposisi pertumbuhan pada komponen ini juga dapat menggambarkan perbedaan struktur ekonomi dalam setiap wilayah pada masing-masing sektor.

A. Kabupaten Gorontalo.

Selama tahun 2001-2008, Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo merupakan wilayah yang kompetitif di sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini disebabkan keberadaan sarana transportasi udara Provinsi Gorontalo

dan transportasi laut antarpulau sebagian besar menggunakan fasiltas pelabuhan pada wilayah ini. Tetapi khusus untuk pelabuhan laut, saat ini telah menjadi aset Kabupaten Gorontalo Utara sebagai daerah mekarannya.

Aspek kompetitif daerah ini pada sektor pertanian ternyata masih lebih rendah dibanding Kabupaten Boalemo, padahal kepemilikan potensi pertanian di daerah ini lebih besar dibanding Boalemo. Misalnya luas areal sawah Kabupaten Gorontalo mencakup 65% dari total sawah di Provinsi Gorontalo sementara Kabupaten Boalemo hanya 14% saja, areal bukan sawah Kabupaten Gorontalo sebesar 25% dan Kabupaten Boalemo hanya 23%.

Dengan mengalikan nilai setiap koefisen sektor dengan nilai PDRB sektor yang bersangkutan maka akan diperoleh besarnya pertumbuhan PDRB sektor dalam rupiah, dan hasil penjumlahan dari seluruh sektor akan menggambarkan tingkat kompetitif daerah/wilayah secara agregat. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 2 diperoleh hasil bahwa pertumbuhan Kabupaten Gorontalo turun sebesar 1,641.79 juta rupiah atau secara agregat perekonomian Kabupaten Gorontalo tidak kompetitif. Jadi, sangat wajar Kabupaten Gorontalo perekonomianya secara rata-rata tidak kompetitif meskipun sektor pertanian sebagai kontributor PDRB terbesar termasuk sektor yang kompetitif. Hal ini disebabkan akumulasi pertumbuhan PDRB dari sektor pertanian dan pengangkutan tidak dapat mengimbangi besarnya nilai sektor yang tidak kompetitif. Rendahnya koefisen differential shift (tingkat kompetitif) dapat disebabkan oleh belum maksimalnya penerapan teknologi pada sektor pertanian. Selain itu, pembukaan areal pertanian pada daerah- daerah yang rawan atau pembukaan hutan yang tidak tepat telah menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor yang justru menyebabkan penurunan produksi pertanian.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.5

Nilai Differential Shift Kabupaten Gorontalo

Dari analisis tahunan seperti dalam gambar di atas terdapat penurunan signifikan maupun nilai negatif di tahun 2002 yang selanjutnya diikuti peningkatan signifikan di tahun berikutnya pada sektor industri pengolahan, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan keuangan. Faktor penyebab kelima sektor tersebut adalah adanya perubahan dinamika ekonomi secara keseluruhan karena adanya pemekaran wilayah. Disaat tahun pertama, terjadi penurunan yang sangat signifikan, selanjutnya meningkat lagi.

Sektor pertambangan, terdapat pembukaan areal pertambangan baru seperti di Kecamatan Mootilango, Sumalata dan Kecamatan Kwandang. Euforia sebagai daerah baru menyebabkan pembukaan areal tambang yang tidak terkontrol, sehingga dilakukan penertiban yang berefek pada ketidakstabilan pertumbuhan di tahun selanjutnya bahkan cenderung menurun. Sektor listrik yang rendah di tahun awal selanjutnya mengalami peningkatan yang signifkan juga merupakan respon atas pembangunan sebagai daerah baru yang terpisah dengan Sulut. Selanjutnya kinerja sektor listrik Kabupaten Gorontalo kembali menurun sebagai akibat krisis listrik yang terjadi hingga saat ini. Demikian halnya dengan sektor bangunan dan keuangan. Keduanya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, lalu berfluktuasi. Meskipun ketiga sektor ini sangat fluktuatif, tetapi akumulasinya

memberikan pertumbuhan ekonomi sektor di atas pertumbuhan ekonomi provinsi.

Sektor pengangkutan mengalami pertumbuhan negatif di tahun 2002 karena realisasi terhadap pengangkutan dan komunikasi tidak secepat sektor lainnya. Di satu sisi sarana pengangkutan dan komunikasi banyak yang mengalami kerusakan baik faktor usia maupun faktor alam.memasuki tahun 2003 dan 2004, banyak proyek di sektor ini yang direalisasikan, terutama untuk membuka areal terisolir yang masih mendominasi beberapa kecamatan di daerah ini. Penurunan kembali setelah tahun 2004 tidak berarti bahwa tidak terdapat peningkatan pada sektor ini. Jumlah absolute PDRB sektor tetap meningkat, tetapi peningkatan ini mengalami penurunan.

B. Kota Gorontalo

Kota Gorontalo sebagai pusat pemerintahan, aspek pengangkutan merupakan hal yang menjadi fokus perhatian. Selain itu, sarana pelabuhan laut yang melayani perdagangan antarpulau dan ke luar negeri mendukung sektor ini menjadi sektor yang kompetitif.

Hasil analisis differential shift menunjukkan rata-rata wilayah Kota Gorontalo selama tahun 2002-2008 memiliki keunggulan pada sektor industri pengolahan, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Sektor industri pengolahan tumbuh sebagai sektor yang kompetitif karena adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu sebagai ibu kota provinsi, Kota Gorontalo memiliki akses yang mudah terhadap bahan baku karena pada umumnya hasil-hasil dari daerah dibawa untuk diperdagangkan pada wilayah ini. Peningkatan pada sektor ini yang terbesar terjadi di tahun 2005 karena disebabkan dukungan program pemerintah berupa Usaha Ekonomi Produktif yang intens diberdayakan pada tahun 2004. Program ini banyak direspon oleh usaha kecil, namun proses pendampingan yang tidak kontinyu menyebabkan program ini mengalami kegagalan pada tahun-tahun berikutnya.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.6

Nilai Differential Shift Kota Gorontalo

Sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan signifikan sebelum tahun 2004, tetapi setelah itu mengalami pertumbuhan negatif. Fluktuasi sektor ini disebabkan aktivitas keuangan yang terjadi di Gorontalo umumnya masih didominasi oleh belanja pemerintah beserta aparatnya (PNS).

C. Kabupaten Boalemo

Sektor yang kompetitif meliputi pertanian, perdagangan, keuangan dan sektor listrik dengan nilai competitiveness yang terbesar. Sektor pertanian dan listrik merupakan sektor dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya pada masing-masing sektor tersebut.

Dekomposisi pertumbuhan dari komponen ini memberikan nilai positif karena sektor yang kompetitif memiliki kontribusi PDRB terbesar (sektor pertanian memiliki kontribusi PDRB 41% dan sektor perdagangan 13%) dan juga memiliki nilai relatif besar dibanding sektor lainnya pada daerah tersebut ataupun daerah lainnya. Selain itu, sektor listrik yang hanya memiliki kontribusi PDRB sebesar 0.6% memiliki nilai yang relatif besar (0.1093) lebih besar dibanding nilai sektor lain pada daerahnya dan juga relatif lebih besar jika dibandingkan nilai daerah lainnya.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.7

Nilai Differential Shift Kabupaten Boalemo

Dalam analisis tahunan, sektor listrik meningkat tajam di tahun 2003. Hal ini disebabkan adanya upaya dalam menangani krisis listrik yang terjadi di Gorontalo. Selain berusaha meningkatkan kapasitas pelayanan listrik yang dilakukan terpusat dengan pembangkit induk, pemerintah bersama-sama masyarakat setempat juga melakukan upaya pengadaan pembangkit listrik lokal. Selain itu dari aspek air minum, keberadaan PDAM mengalami permintaan seiring dengan perkembangan Kota Tilamuta sebagai pusat kabupaten.

Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sangat fluktuatif tidak terlepas dari perkembangan ekonomi Kabupaten Pohuwato sebagai daerah mekarannya. Tarik menarik antara kedua daerah ini disebabkan selain memiliki potensi alam dan sumber daya lainnya yang relatif sama, juga memiliki kedekatan dalam aspek geografis. Dalam gambar 5.7 dan 5.8 dapat dibandingkan perkembangan sektor perdagangan,hotel dan restoran. Di saat sektor ini naik di daerah Boalemo, maka di Pohuwato mengalami penurunan, demikian sebaliknya jika di Pohuwato mengalami peningkatan maka di Boalemo justru mengalami penurunan.

D. Kabupaten Pohuwato

Jumlah sektor yang kompetitif Kabupaten Pohuwato lebih banyak dibandingkan yang dimiliki oleh Kabupaten Boalemo sebagai daerah induk sebelum daerah ini menjadi kabupaten tersendiri. Daerah ini juga secara umum menghasilkan kontribusi competitiveness bagi perekonomiannya. Sektor yang kompetitif adalah sektor industri pengolahan, listrik, bangunan, keuangan, jasa dan perdagangan sebagai sektor yang memiliki nilai competitiveness tertinggi dibanding sektor lainnya pada daerah tersebut. Dari enam sektor tersebut, sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang memiliki nilai terbesar dibanding daerah lainnya pada masing-masing sektor yang bersangkutan.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.8

Nilai Differential Shift Kabupaten Pohuwato

Sektor industri pengolahan di Kabupaten Pohuwato perkembangannya lebih bagus dibanding Kota Gorontalo. Hal ini antara lain disebabkan kelompok masyarakat khususnya binaan dari dinas sosial lebih banyak dan kegiatannya lebih kontinyu di daerah ini. Sehingga meskipun tingkat teknologi dan sumber daya manusia yang digunakan mungkin lebih baik di Kota Gorontalo, tetapi Kabupaten Pohuwato masih lebih unggul. Kabupaten Pohuwato juga unggul dari ketersediaan bahan baku yang digunakan dalam

kegiatan industri khususnya dari sektor pertanian (hasil perkebunan, kebun, hutan, peternakan, maupun perikanan).

Sama halnya dengan industri pengolahan, sektor jasa yang kompetitif hanya dimiliki oleh daerah Kota Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato. Meski sebagai daerah yang relatif muda, tetapi perkembangan sektor jasa di wilayah ini lebih baik dibanding Kota Gorontalo (pertumbuhan sektor jasa Pohuwato 3.92% dan Kota Gorontalo 0.51%). Hal ini didukung oleh posisi wilayahnya sebagai daerah penghubung antara Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah sehingga kegiatan sektor jasa yang berkembang bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari sektor swasta.

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa fluktuasi sektor perdagangan antara Kabupaten Boalemo memiliki keterkaitan yang negatif. Terlepas dari hal tersebut, kompetitif dari sektor ini disebabkan oleh posisi kedua daerah sebagai penghubung Gorontalo dengan Sulawesi Tengah dan daerah lainnya di Sulawesi melalui angkutan darat.

E. Kabupaten Bone Bolango

Sektor kompetitif yang dimiliki hanya pada sektor bangunan dan keuangan. Meskipun sektor keuangan juga merupakan sektor dengan nilai competitiveness tertinggi dibanding sektor keuangan yang dimiliki daerah lainnya, tetapi dukungan hanya dari dua sektor saja tidak mampu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerahnya.

Banyaknya sektor yang tidak kompetitif dimungkinkan oleh kondisi daerah yang umumnya memiliki potensi yang relatif dibawah jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Misalnya untuk daya dukung sektor pertanian dari aspek pemilikan lahan, daerah ini hanya memiliki 6% areal persawahan dan 15% areal non sawah dari total provinsi, serta rata-rata produksi hasil pertanian yang relatif rendah dibanding kabupaten lainnya di Gorontalo. Selain itu juga aspek infrastruktur pendukung pembangunan yang relatif masih kurang mengingat daerah ini secara yuridis pada tahun 2003 merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo.

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 5.9

Nilai Differential Shift Kabupaten Bone Bolango

Sektor keuangan mengalami pertumbuhan yang cukup ekstrim dari tahun 2002 yang dalam posisi -0.123 dan menjadi 0.3970 di tahun 2003 sebagai posisi pertumbuhan tertinggi. Hal ini juga disebabkan oleh respon terhadap pemekaran provinsi dan dilanjutkan dengan respon terhadap berdirinya daerah ini secara yuridis di tahun 2003. Setelah itu pertumbuhan mengalami penurunan yang disebabkan berbagai konflik politik yang melanda daerah ini setelah selama 3 tahun resmi sebagai wilayah sendiri. Dengan demikian dari komponen analisis proportionality shift dan differential shift diperoleh hasil bahwa ekonomi Kabupaten Bone Bolango tumbuh sebagai perekonomian yang tidak terspesialisasi dan tidak kompetitif.

Dari hasil Shift-Share Analysis (SSA) ternyata sektor yang potensial dan pertumbuhan ekonomi yang terbesar di masing-masing kabupaten kota di Gorontalo rata-rata terjadi pada sektor non pertanian (sektor tersier dan sekunder). Artinya telah terjadi transformasi struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 2002-2008. Hasil ini dapat dilihat dari perbandingan hasil SSA dalam interval tahun 2002–2008 seperti dalam lampiran 3. Pada masing-masing wilayah diambil 3 sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar pada komponen proportionality shift dan differential shift. Diperoleh hasil bahwa sektor sekunder dan tersier memiliki dekomposisi pertumbuhan yang lebih baik dari sektor primer karena memiliki sektor yang memiliki koefisien terbesar. Hal ini sejalan dengan

pemikiran Kuznet bahwa perubahan struktur (transformasi struktural) merupakn rangkaian perubahan yang saling terkait. Perubahan yang terjadi pada sektor sekunder dan tersier disebabkan perubahan yang terjadi pada sektor primer, demikian sebaliknya. Kegiatan perekonomian perlahan beralih ke sektor sekunder dan tersier sehingga menyebabkan sektor primer semakin konstan.

Rata–rata hasil SSA selama periode tahun 2001–2007 menunjukkan:

 Kabupaten Gorontalo: memiliki nilai SSA sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan (0,1395) lebih besar dibanding Diferential Shift (0,0205), Proportionality Shift (0,0576) dan Regional Share (0,0615). Ini berarti bahwa sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang paling kompetitif di daerah ini.

 Kota Gorontalo: memiliki nilai SSA sektor industri pengolahan (0,0816) lebih besar dibanding Diferential Shift (0,0340), Proportionality Shift (-0,0140) dan Regional Share (0,0615). Ini berarti bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling kompetitif di daerah ini.

 Kabupaten Boalemo: memiliki nilai SSA sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan (0,1395) lebih besar dibanding Diferential Shift (0,0205), Proportionality Shift (0,0576) dan Regional Share (0,0615). Ini berarti bahwa sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang paling kompetitif di daerah ini.

 Kabupaten Pohuwato: memiliki nilai SSA sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan (0,1395) lebih besar dibanding Diferential Shift (0,0205), Proportionality Shift (0,0576) dan Regional Share (0,0615). Ini berarti bahwa sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang paling kompetitif di daerah ini.

 Kabupaten Bone Bolango: memiliki nilai SSA sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan (0,2080) lebih besar dibanding Diferential Shift (0,0890), Proportionality Shift (0,0576) dan Regional Share (0,0615). Ini berarti bahwa sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang paling kompetitif di daerah ini.

Dokumen terkait