• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan

Dalam dokumen T1 232008141 Full text (Halaman 31-44)

4. Data dan Analisis

4.3 Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan

Analisis keberadaan SPI dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sistem Pengendalian Intern Dalam

Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Indikator SPI Dilakukan

Kadang-kadang Tidak dilakukan Keterangan Saran 1.Penggunaan Wewenang Secara Tepat Otorisasi dari Pejabat yang memiliki wewenang pada dokumen: SKRD (karcis) Surat Izin Potong Hewan

Penggunaan wewenang secara tepat untuk otorisasi telah dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

Selalu menggunakan Dokumen SKRD dengan cetakan yang telah di tandatangani Bupati Toraja Utara dan Ketua DPPKAD Toraja Utara dengan pemberian stempel oleh Bendahara Barang Berharga sebagai bukti dokumen telah diotorisasi.

Setiap Dokumen Surat Izin Potong Hewan yang dikeluarkan oleh Kecamatan telah diotorisasi dengan bukti telah

Surat Setoran Retribusi Potong Hewan Surat Tanda Setoran Penggunaan wewenang sesuai struktur organisasi

ditandatangani oleh Camat setempat.

Surat Setoran Retribusi Potong Hewan selalu diotorisasi dengan adanya tanda tandan oleh Petugas Kecamatan yang menyetor dan tandatangan oleh Bendahara Khusus Penerima serta Cap dan tanda tangan pada bagian penyimpanan kas.

Surat Tanda Storan yang dikeluarkan selalu diotorisasi dengan tandatangan Bendahara Khusus Penerima.

Penggunaan wewenang secara struktur organisasi belum sepenuhnya dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

Bagian Penagihan tidak selalu secara langsung mengawasi penerimaan retribusi di tempat kegiatan Potong khususnya apabila ada kegiatan yang terjadi bersamaan

Pihak DPPKAD sebaiknya melakukan evaluasi sistem yang memungkinkan efektivitas dan efisiensi fungsi penagihan misalnya dengan memaksimalkan fungsi petugas penagihan

di beberapa lokasi sedangkan petugas tidak mencukupi .

di tingkat kecamatan dan lembang. 2.Pembagian Tugas Pembagian tugas dipisahkan sesuai dengan fungsinya fungsi Operasi dipisahkan dengan fungsi Penyimpanan dan fungsi Pencatatan

Pembagian tugas dengan fungsi terpisah belum sepenuhnya dilakukan dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

Belum ada Peraturan Daerah yang mengatur dengan jelas mengenai pembagian tugas tidak dapat dievaluasi kepatuhannya. Namun dalam praktek, fungsi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Fungsi Operasi dilakukan oleh Petugas Lembang dan Petugas Kecamatan yang berfungsi untuk menagih dan mengumpulkan jumlah Penerimaan Retribusi pada tempat diselenggarakan kegiatan Potong Hewan. Fungsi Penyimpanan dilakukan oleh Bendahara Khusus Penerima di DPPKAD Sebaiknya ditetapkan Standar Operating Prosedur (SOP) yang dapat secara jelas mengatur tata kerja dan fungsi masing-masing pejabat terkait.

untuk kemudian disimpan ke Bank.

Fungsi Pencatatan dilakukan oleh Bagian Akuntansi di

DPPKAD yang juga befungsi membuat Daftar Laporan Realisasi Pendapatan. 3.Dokumen dan Catatan yang Memadai Perancangan dokumen dan catatan yang memadai SKRD (karcis) Surat Izin Potong Hewan

Perancangan dokumen dan catatan telah memadai dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan:

Dokumen SKRD telah memiliki format yang memadai dengan pemberian tanggal dan nomor urut pada tiap lembar dokumen.

Surat Izin Potong Hewan dalam formatnya telah memadai dengan menggunakan nomor seri dan tanggal saat dikeluarkannya surat Izin Potong Hewan.

Surat Setoran Retribusi Potong Hewan Surat Tanda Setoran Buku Kas Buku Besar

Perancangan dokumen yang memadai telah dilakukan pada dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dengan memberikan tanggal dan nomor urut pada dokumen sesuai dengan waktu saat dokumen dikeluarkan.

Surat Tanda Setoran telah menggunakan perancangan yang memadai dengan pemberian tanggal dan nomor urut saat dokumen dikeluarkan.

Buku kas telah dibuat dengan perancangan yang memadai yang berfungsi sekaligus sebagai jurnal dan telah dibuat dengan format yang sederhana.

Perancangan catatan Buku Besar telah memadai pada formatnya dengan memiliki ketetapan waktu pembukuannya.

Penggunaan dokumen dan catatan yang memadai SKRD (karcis) Surat Izin Potong Hewan Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dan Surat Tanda

Penggunaan

dokumen dan catatan belum sepenuhnya memadai karena masih ada bagian yang belum sepenuhnya

dilakukan:

Pembuatan dokumen SKRD kadang-kadang tidak dilakukan segera pada saat terjadinya transaksi khususnya aktivitas pemotongan hewan yang dilakukan diluar jadwal

penerimaan tamu adat (saat umumnya terjadi pemungutan retribusi).

Surat Izin Potong Hewan hanya memuat tagihan pajak untuk objek pajak berupa hewan kerbau dan tidak untuk jenis hewan lainnya.

Dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan dan Surat Tanda Setoran dalam penggunaannya

Sebaiknya dokumen SKRD segera dibuat pada saat teridentifikasi timbulnya objek pajak dan disosialisasikan dengan intensif kepada masyarakat untuk selalu meminta SKRD sebagai bukti pembayaran pajak pada saat membayar pajak.

Dilakukan pengawasan secara intensif di lokasi pemungutan pajak dan sosialisasi intensif kepada masyarakat untuk selalu meminta SKRD sebagai bukti pembayaran pajak pada saat membayar pajak.

Setoran

Buku Kas

Buku Besar

sudah memadai karena dokumen selalu dikeluarkan bersamaan saat terjadi transaksi.

Pencatatan kedalam Buku kas selalu dilakukan pihak

DPPKAD dengan mencatat setiap

penerimaan kas dan setiap transaksi yang terjadi dalam Buku rekap harian

penerimaan Retribusi Potong Hewan .

Penggunaan catatan Buku Besar telah dilakukan dengan selalu mencatat setiap setoran yang dilakukan ke dalam Buku tanda bukti setoran yang memuat rincian objek bulanan.

4.Keamanan yang memadai

Pembatasan akses dan penyimpanan aset dan catatan untuk

Pembatasan akses dan penyimpanan aset dan catatan untuk menghindari terjadinya pencurian belum sepenuhnya

menghindari terjadinya pencurian uang hasil Penerimaan Retribusi Pengamanan oleh aparat keamanan

dilakukan: Penerimaan retribusi oleh petugas lapangan (petugas lembang dan kecamatan) tidak selalu disetorkan ke DPPKAD dalam waktu 24 jam sebagaimana diatur dalam Perda. Alasannya adalah untuk efisensi waktu dan biaya ke DPPKAD khususnya di lokasi pemungutan pajak yang jauh dari kota Kabupaten. Shubungan dengan itu apabila terjadi kegiatan adat yang bersamaan disuatu

desa/kecamatan maka penyetorannya menunggu selesainya semua acara tersebut.

Polisi selalu melakukan

pengamanan di lokasi pemungutan pajak dan pada saat Bendahara khusus penerimaan DPPKAD

menyetorkan kas ke

- Menyediakan tempat yang aman untuk penyimpanan sementara dan brankas yang hanya bisa diakses petugas lapangan terkait.

- Petugas kecamatan harus hadir pada saat pelaksanaan kegiatan dan bila waktu selesainya acara masih memungkinkan melakukan

Pengamanan catatan

bank. Kecuali untuk penyetoran pemungut pajak di lembang ke kecamatan dan dari kecamatan ke DPPKAD tidak dilakukan pengawalan oleh polisi. Bonggol karcis (SKRD) disimpan oleh petugas lembang.

Buku catatan khusus penerimaan potong hewan disimpan oleh petugas kecamatan.

Catatan penerimaan kas dibuat oleh Bendahara Khusus Penerimaan . penyetoran ke DPPKAD maka segera disetor dengan dikawal polisi. Namun jika tidak bisa maka polisi sebaiknya mengawal petugas kecamatan ke lokasi penyimpanan kas sementara kecamatan. - Perlu dipertimbangkan kebijakan khusus penyimpanan sementara untuk wilayah yang terkategori sangat jauh dari lokasi DPPKAD untuk efisensi biaya pengiriman kas.

5.Pengecekan Semua catatan mengenai aktiva dibandingkan secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik Lembang/ Lurah Kecamatan

Pengecekan semua catatan secara periodikdengan aktiva yang ada belum sepenuhnya dilakukan: Petugas Lembang kadang melakukan pengecekan jumlah penerimaan kas berdasarkan Bonggol Karcis dengan jumlah Uang hasil pungutan Retribusi Potong Hewan sebelum diserahkan kepada Petugas Kecamatan .

Pada akhir tahun pada saat penyerahan bonggol karcis (SKRD) oleh petugas lembang ke kecamatan kadangkala dilakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan catatan khusus penerimaan di kecamatan oleh petugas kecamatan.

-

Pengecekan sebaiknya selalu dilakukan sebelum menyetorkan kas kepada petugas Kecamatan.

-

Petugas Kecamatan sebaiknya selalu melakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan catatan khusus penerimaan di kecamatan pada saat menerima bonggol tersebut dari petugas lembang .

DPPKAD

Pada akhir tahun pada saat penyerahan bonggol karcis (SKRD) oleh petugas kecamatan ke DPPKAD selalu dilakukan pengecekan kesesuaian bonggol dengan Catatan penerimaan kas di Bendahara Khusus Penerimaan .

-

Sebaiknya penyerahan bonggol ke DPPKAD dilakukan lebih sering misalnya per 6 bulan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan keterlambatan laporan karena pemeriksaan bonggol yang banyak.

Dari tabel tersebut diatas dapat terlihat beberapa hal dari Sistem Pemungutan Retribusi Potong Hewan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara masih belum sesuai dengan Sistem yang berjalan atau yang dilakukan pada lokasi dilangsungkan Upacara Adat Potong Hewan. Dalam PERDA tentang Retribusi Rumah Potong Hewan yang mengatur tentang pemungutan Retribusi Potong Hewan, tidak sepenuhnya dilakukan. Kenyataan yang terjadi antara lain:

1) Penggunaan Wewenang Secara Tepat

Dalam Struktur Organisasi Bagian Penagihan memiliki tugas dan fungsi sebagai pengawas dalam hal ini seharusnya Bagian Penagihan dari DPPKAD ada yang turun langsung pada tempat dilaksanakannya kegiatan Potong Hewan untuk mengawasi secara langsung pemungutan Retribusi yang dilakukan oleh petugas Lembang dan kecamatan. Pada kenyataannya anggota Bagian Penagihan DPPKAD tidak berada di tempat pemungutan Retribusi saat ada kegiatan Potong Hewan. Seperti yang dikatakan oleh narasumber pada DPPKAP hal ini terjadi dengan alasan karena seringkali kegiatan Potong

Hewan dilakukan dibeberapa Desa berbeda dalam waktu yang bersamaan dan jumlah anggota Bagian Penagihan juga terbatas untuk bisa turun langsung pada lokasi yang terletak jauh dari kantor DPPKAD.

2) Pembagian Tugas

Dalam Pembagian Tugas khususnya pada Prosedur pemungutan Retribusi yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur pemungutan pajak dalam Peraturan Daerah tersebut. Secara garis besar Peraturan Daerah tersebut mengatur tentang Retribusi Daerah secara keseluruhan dan Retribusi Potong Hewan hanya mengikuti prosedur yang kira-kira relevan dengan Retribusi Potong Hewan sendiri. Hal ini berimplikasi pada ketidakkonsistenan pihak DPPKAD terhadap Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan. Akibatnya pihak DPPKAD tidak tegas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, karena pedoman pemungutan Retribusi Potong Hewan tidak jelas.

3) Dokumen-dokumen dan Catatan

a) Dalam mendata Wajib Pajak untuk pembuatan Surat Izin Potong Hewan tidak ada perangkapan dokumen format yang baku sehingga hanya dicatat pada lembaran kertas biasa.

b) Surat Teguran atas keterambatan penyetoran Retribusi oleh kolektor Kecamatan ke DPPKAD tidak ada, tetapi hanya berupa pemberitahuan secara lisan. Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan ini terjadi karena dalam satu Lembang/Lurah biasanya terjadi lebih dari satu upacara adat sehingga kolektor harus menunggu sampai semua upacara adat tersebut rampung. Hal ini merupakan indikasi bahwa DPPKAD tidak konsisten dengan Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan yaitu mengharuskan kolektor Kecamatan menyetor jumlah Raetribusi dalam jangka waktu 24 jam.

4) Keamanan yang memadai

Keamanan yang memadai terhadap pengendalian uang hasil penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan dengan penyimpanan menggunakan almari besi dan kunci dipegang oleh Bendahara Khusus Penerima. Tetapi keamanan belum sepenuhnya memadai karena pengamanan oleh aparat dalam Sistem

Penerimaan Retribusi hanya dilakukan dengan adanya Pengawasan Polisi saat dilaksanakannya proses Pemungutan Retribusi Potong Hewan dan saat Bendahara akan menyetor ke Bank. Tetapi saat petugas Kecamatan menyetor ke Daerah tidak diawasi oleh Polisi.

5) Pengecekan

Melakukan pengecekan kembali dengan cara mencocokkan kembali SKRD dengan jumlah pungutan Retribusi bisa saja tidak efektif dilakukan, karena pelaporannya hanya menggunakan surat pengantar, dan penyerahan Bonggol SKRD pada DPPKAD baru dilakukan setiap akhir tahun. Jumlah hasil yang dipungut pada tempat kegiatan Potong Hewan bisa saja tidak sesuai dengan jumlah yang disetor karena tanpa dilengkapi dengan Bonggol SKRD saat penyetoran.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen T1 232008141 Full text (Halaman 31-44)

Dokumen terkait