4.1 Hasil Penelitian
4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Sumber: Output SPSS, 2020
Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa unit penelitian (N)
dalam penelitian ini sebesar 50. Jumlah tersebut merupakan total data penelitian yang terdiri dari
6 tahun pengamatan mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019, di mana setiap tahunnya
terdapat 10 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian.
1. Good Corporate Governance
Hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa good corporate
governance memiliki rentang nilai 67 hingga 115. Nilai terendah (minimum) variabel good corporate governance sebesar 67 yang dimiliki oleh PT japfa Comfeed Indonesia Tbk pada tahun
2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa 67% sudah menerapkan good corporate governance
dengan baik. Sedangan nilai tertinggi (maximum) variabel good corporate governance sebesar 115
yang dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk pada tahun 2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa
115% sudah menerapkan good corporate governance dengan baik.
Variabel good corporate governance memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 91,06 ,
sedangan nilai standar deviasi sebesar 12,226. Nilai standar deviasi lebih rendah dari nilai
rata-Descriptive Statistics 50 ,0011 ,9748 ,243690 ,2745038 50 ,0002 ,3635 ,241134 ,0768311 50 ,2400 ,9250 ,646256 ,2060293 50 ,0220 ,3711 ,128614 ,1079104 50 11 16 13,70 1,199 50 67 115 91,06 12,226 50 Transfer Pricing Penghindaran Pajak Kepemilikan Asing Profitabilitas Ukuran Perusahaan Good Corporate Governance Valid N (listwise)
ratanya sehingga variabel good corporate governance memiliki simpangan data yang relatif kecil
atau sebaran data yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa data variabel good
corporate governance dikatakan cukup baik.
Persebaran data Good Corporate Governance perusahaan manufaktur dapat dilihat pada
pada tabel distribusi frekuensi tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Good Corporate Governance.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 86,21 - 96,00 Sangat Tinggi 4 6,67% 2 76,41 - 86,20 Tinggi 12 20,00% 3 66,61 - 76,40 Sendang 21 35,00% 4 56,81 - 66,60 Rendah 5 8,33% 5 47,00 - 56,80 Sangat Rendah 8 13,33% Total 50 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2020
Tabel distribusi frekuensi pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) good
corporate governance sebesar 91,06 berada pada interval 86,21 sampai dengan 96,00. Hal ini
berarti bahwa rata-rata perusahaan manufaktur menerapkan prinsip good corporate governance
dalam kategori yang sangat tinggi. Tabel 4.2 juga menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
tertinggi yaitu sebesar 6,67% yang berada pada kategori sangat tinggi. Tabel 4.2 juga menunjukkan
bahwa jumlah perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance yang sangat tinggi
hanya sebesar 6,67%. Frekuensi good corporate governance paling banyak berada pada kategori
governance paling sedikit berada pada kategori rendah dengan jumlah 4 unit analisis atau sebesar
6,67%.
Hasil tersebut mencerminkan bahwa selama periode penelitian secara statistik bahwa
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019
sebagian perusahaan belum menerapkan prinsip good corporate governance dengan maksimal.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari perusahaan untuk pentingnya menerapkan prinsip
good corporate governance, sehingga perusahaan masih kurang memperhatikan prinsip good corporate governance.
2. Transfer Pricing
Hasil statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai terendah (minimum)
Transfer Pricing sebesar 0,0011 dimiliki oleh Tempo Scan Pasific Tbk pada tahun 2016. Proporsi
piutang pihak berelasi yang digunakan sebesar Rp 1.115.708.910,00 sedangkan total piutang
sebesar Rp 1.060.198.216.272,00 Hal ini dapat diartikan jika perusahaan dalam memberikan
piutang lebih cenderung memberikan kepada pihak yang tidak berelasi. Sedangkan nilai tertinggi
(maksimum) transfer pricing sebesar 0,9748 dimiliki oleh Mandom Indonesia Tbk pada tahun
2014. Proporsi utang yang digunakan oleh perusahaan sebesar Rp 313.689.080.745,00 sedangkan
penggunaan modal sendirinya sebesar Rp 321.782.740.697,00. Hal ini dapat diartikan jika
perusahaan dalam memberikan piutang lebih cenderung memberikan kepada pihak yang berelasi.
Nilai rata-rata transfer pricing sebesar 0,243690. Rata-rata transfer pricing sebesar 24,4%
yang menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Standar deviasi transfer pricing perusahaan sebesar 0,2745038 yang berarti tingkat sebaran data
dari variabel tersebut sebesar 0, 2745038.
Persebaran data transfer pricing perusahaan manufaktur dapat dilihat pada pada tabel
distribusi frekuensi tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi transfer pricing.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 0,7801 - 0,9748 Sangat Tinggi 5 8,33% 2 0,5853 - 0,7800 Tinggi 0 0,00% 3 0,3905 - 0,5852 Sendang 7 11,67% 4 0,1958 - 0,3904 Rendah 9 15,00% 5 0,0011 - 0,1957 Sangat Rendah 29 48,33% Total 50 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2020
Tabel distribusi pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) transfer pricing
sebesar 0,2436 berada pada interval 0,1958 sampai dengan 0,3904. Hal ini berarti bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur menerapkan keputusan transfer pricing dalam kategori yang rendah. Tabel
4.4 juga menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tertinggi yaitu sebesar 48,33% yang berada pada
kategori sangat rendah. Tabel 4.3 juga menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang menerapkan
keputusan transfer pricing yang sangat tinggi hanya sebesar 8,33%.
Tabel distribusi frekuensi 4.3 menunjukkan hasil bahwa selama periode penelitian secara
statistik bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2014-2019 sebagian besar mengambil keputusan transfer pricing pada kategori sangat rendah yaitu
sebanyak 29 unit analisis atau sebesar 48,33% dan hanya sedikit perusahaan yang masuk dalam
3. Penghindaran pajak
Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penghindaran pajak
memiliki rentang nilai 0,0002 hingga 0,3635. Penghindaran pajak terendah (minimum) sebesar
0,0002 yang dimiliki oleh PT Thaiso Pharmaceutical Indonesia Tbk pada tahun 2015. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan praktik penghindaran pajak cukup rendah, yaitu
sebesar 0,02% dari penggunaan total laba sebelum pajak yang dimiliki. Penghindaran pajak
tertinggi (maximum) sebesar 0,3635 yang dimiliki oleh PT japfa Comfeed Indonesia Tbk pada
tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan praktik pengghindaran pajak sebesar
36,35% dari total laba sebelum pajak yang dimiliki.
Variabel penghindaran pajak menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,241134
Standar deviasi dari variabel penghindaran pajak yaitu 0,0768311 yang berarti kecenderungan data
penghindaran pajak antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain selama periode
pengamatan memiliki tingkat penyimpangan sebesar 0, 0768311. Dari hasil analisis statistik
deskriptif, dapat diketahui bahwa nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-ratanya
sehingga penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur memiliki sebaran data yang tidak jauh
berbeda atau simpangan datanya relatif kecil. Oleh karena itu, data variabel penghindaran pajak
dikatakan cukup baik karena sampel berada di daerah rata-rata perhitungannya.
Persebaran data penghindaran pajak perusahaan manufaktur dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi penghindaran pajak.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 0,2908 - 0,3635 Sangat Tinggi 8 13,33% 2 0,2181 - 0,2907 Tinggi 31 51,67% 3 0,1455 - 0,2180 Sendang 7 11,67% 4 0,0728 - 0,1454 Rendah 0 0,00% 5 0,0002 - 0,0727 Sangat Rendah 4 6,67% Total 50 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2020
Distribusi frekuensi pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) pada
variabel penghindaran pajak sebesar 0,2411 yang berada pada kelas interval 0,2181 sampai dengan
0,2907 dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019 memiliki tarif pajak efektif dengan
jumlah tinggi. Frekuensi penghindaran pajak paling banyak berada pada kategori tinggi dengan
jumlah 31 unit analisis atau sebesar 51,67%. Sedangkan frekuensi penghindaran pajak paling
sedikit berada pada kategori rendah dengan jumlah 0 unit analisis atau sebesar 0%.
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi 4.4 menunjukkan bahwa selama periode penelitian
secara statistik perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagian besar
memiliki tarif pajak efektif dengan kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 yang berada
pada kategori sangat rendah dengan 4 unit analisis atau sebesar 6,67%.
4. Kepemilikan Asing
Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki
rentang nilai 0,2400 hingga 0,9250. Pengungkapan kepemilikan asing terendah (minimum) 0,2400
kepemilikan saham oleh pihak asing yang diungkapkan perusahaan masih dalam skala kecil.
Sedangkan perusahaan yang memiliki pengungkapan kepemilikan asing tertinggi (maximum)
adalah HM Sampoerna Indonesia Tbk pada tahun 2017 sebesar 0,9250 di mana perusahaan
memiliki kepemilikan saham oleh asing sebesar Rp. 107.594.221.125,00. Hal ini menunjukkan
bahwa HM Sampoerna Indonesia Tbk memiliki kepemilikan asing yang besar dibandingkan
dengan perusahaan lain dalam perusahaan manufaktur. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
kepemilikan saham oleh pihak asing yang diungkapkan oleh perusahaan dalam skala besar.
Variabel kepemilikan asing memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,646256 atau sebesar
64,6% kepemilikan saham asing. Nilai standar deviasi yaitu sebesar 0,2060293 di mana nilai ini
lebih rendah dari nilai rata-ratanya sehingga kepemilikan asing perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia memiliki sebaran data yang tidak jauh berbeda atau simpangan datanya relatif lebih
kecil. Oleh karena itu, simpangan data kepemilikan asing dikatakan cukup baik karena sampel
berada di daerah rata-rata perhitungannya.
Persebaran data kepemilikan asing perusahaan manufaktur dapat dilihat pada pada tabel
distribusi frekuensi table 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi kepemilikan asing.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 0,8321 - 0,9800 Sangat Tinggi 10 16,67% 2 0,6841 - 0,8320 Tinggi 15 25,00% 3 0,5361 - 0,6840 Sendang 7 11,67% 4 0,3881 - 0,5360 Rendah 13 21,67% 5 0,2400 - 0,3880 Sangat Rendah 5 8,33% Total 50 100%
Distribusi frekuensi kepemilikan asing pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) pada variabel kepemilikan asing sebesar 0,6462 yang berada pada kelas interval 0,5361
sampai dengan 0,6840 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019 memiliki
kepemilikan asing dengan jumlah sedang. Frekuensi kepemilikan asing paling banyak berada pada
kategori tinggi dengan jumlah 15 unit analisis atau sebesar 25,00%. Sedangkan frekuensi
kepemilikan asing paling sedikit berada pada kategori sangat rendah dengan jumlah 5 unit analisis
atau sebesar 8,33%.
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi kepemilikan asing 4.5 menunjukkan bahwa selama
periode penelitian secara statistik perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebagian besar memiliki kepemilikan asing dengan kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.5 yang berada pada kategori sangat rendah dengan 5 unit analisis atau sebesar 8,33%.
5. Profitabilitas
Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas memiliki rentang nilai 0,0220 hingga 0,3711. Nilai terendah (minimum) variabel
profitabilitas sebesar 0,0220 yang dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba cukup rendah, yaitu sebesar 0,02% dari penggunaan total aset yang dimiliki.
Nilai tersebut pada tahun 2014 dimiliki oleh PT japfa Comfeed Indonesia Tbk,. Sedangkan nilai
tertinggi (maximum) dari variabel profitabilitas sebesar 0,3711 yang dimiliki oleh PT Thaiso
Pharmaceutical Indonesia Tbk pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu
Persebaran data profitabilitas perusahaan manufaktur dapat dilihat pada pada tabel
distribusi frekuensi tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi profitabilitas.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 0,3481 - 0,4300 Sangat Tinggi 4 6,67% 2 0,2661 - 0,3480 Tinggi 6 10,00% 3 0,1841 - 0,2660 Sendang 1 1,67% 4 0,1021 - 0,1840 Rendah 3 5,00% 5 0,0200 - 0,1020 Sangat Rendah 36 60,00% Total 50 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2020
Distribusi frekuensi profitabilitas pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) pada variable profitabilitas sebesar 0,1286 yang berada pada kelas interval antara 0,1021
sampai dengan 0,1840 dengan kategori rendah. Tabel distribusi frekuensi profitabilitas 4.6
menunjukkan bahwa frekuensi variabel profitabilitas paling banyak yaitu berada pada kategori
sangat rendah dengan jumlah 36 unit analisis atau sebesar 60,00%. Sedangkan frekuensi variabel
profitabilitas yang paling sedikit termasuk dalam kategori sedang di mana pada kedua kategori
tersebut terdapat 1 unit analisis atau sebesar 1,67%.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi 4.6, sebagian besar perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019 dalam kemampuan menghasilkan
laba perusahaan termasuk dalam kategori sangat rendah dan hanya sedikit perusahaan dalam
kemampuan menghasilkan labanya termasuk dalam kategori sedang. Kondisi ini menggambarkan
bahwa perusahaan sektor pertambangan cenderung tidak tertarik dalam kemampuan menghasilkan
labanya berdasarkan modal dari perusahaan sehingga perusahaan cenderung memilih cara yang
6. Ukuran Perusahaan
Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
memiliki rentang nilai 11 hingga 115. Nilai terendah (minimum) ukuran perusahaan sebesar 11.
Perusahaan yang memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 11 adalah ASET japfa Comfeed Aset
Tbk pada tahun 2014 di mana perusahaan memiliki total aset sebesar Rp 15.759.000.000,00. Hal
ini menunjukkan bahwa ASET japfa Comfeed Aset Tbk memiliki ukuran perusahaan terkecil jika
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur lainnya yang menjadi sampel. Sedangkan nilai
tertinggi (maximum) ukuran perusahaan sebesar 115 dimiliki oleh ASET Tempo Scan Pasific Tbk
pada tahun 2019 di mana perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 8.372.770.000.000,00 Hal
ini menunjukkan bahwa ASET Tempo Scan Pasific Tbk memiliki ukuran perusahaan yang besar
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam perusahaan manufaktur di mana hal ini tercermin dari
total aset yang dimiliki.
Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 13,70. Nilai tersebut
menunjukkan rata-rata perusahaan manufaktur memiliki total aset sebesar 13,70. Standar deviasi
ukuran perusahaan sebesar 1,199. Nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya
menunjukkan jika sebaran data pada ukuran perusahaan tidak jauh berbeda atau simpangan datanya
lebih kecil.
Persebaran data ukuran perusahaan perusahaan manufaktur dapat dilihat pada pada tabel
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi ukuran perusahaan.
No. Interval Kriteria Jumlah Presentase
1 34,025 - 36,660 Sangat Tinggi 5 8,33% 2 31,389 - 34,024 Tinggi 12 20,00% 3 28,853 - 31,388 Sendang 14 23,33% 4 26,117 - 28,752 Rendah 18 30,00% 5 23,480 - 26,116 Sangat Rendah 1 1,67% Total 50 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2020
Distribusi frekuensi ukuran perusahaan pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
(mean) pada variabel ukuran perusahaan sebesar 23,700 yang berada pada kelas interval 23,480
sampai dengan 26,116 dengan kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2019
memiliki ukuran perusahaan dengan jumlah sangat rendah. Frekuensi ukuran perusahaan paling
banyak berada pada kategori tinggi dengan jumlah 18 unit analisis atau sebesar 30,00%. Sedangkan
frekuensi kepemilikan asing paling sedikit berada pada kategori sangat rendah dengan jumlah 1
unit analisis atau sebesar 1,67%.
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi ukuran perusahaan 4.7 menunjukkan bahwa
selama periode penelitian secara statistik perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebagian besar memiliki ukuran perusahaan dengan kategori rendah. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 4.7 yang berada pada kategori sangat rendah dengan 1 unit analisis atau sebesar
1,67%. Besar kecilnya perusahaan dalam tabel frekuensi tersebut dapat berubah-ubah seiring
dengan pertumbuhan ekonomi di tempat perusahaan melakukan kegiatan serta banyaknya kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini menyebabkan klasifikasi ukuran perusahaan dapat
4.1.3 Analisis Statistik Inferensial
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji suatu data penelitian sebelum melakukan uji
regresi. Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi
benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
A. Apabila angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. > 0,05 menunjukkan data
berdistribusi secara normal.
B. Apabila angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. < 0,05 menunjukkan data tidak
berdistribusi secara normal.
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS, 2020
Hasil pengujian normalitas terhadap 50 data pada Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,782 dan nilai asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,574.
Nilai signifikansi 0,574 menunjukkan nilai lebih dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan
bahwa data residual dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable independen.
Uji multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dari nilai variance inflation factor (VIF)
dan tolerance dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai tolerance > 0,01 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan model penelitian terbebas dari
gejala multikolinearitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
50 ,0000000 9,03756319 ,111 ,052 -,111 ,782 ,574 N Mean Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
b. Jika nilai tolerance < 0,01 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan bahwa model penelitian terjadi
gejala multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Output SPSS, 2020
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa data penelitian yang digunakan tidak terjadi
multikolinearitas. Hal ini bisa dilihat bahwa variabel independen tidak ada yang memiliki nilai
tolerance < 0,01. Begitu juga dengan nilai VIF tidak ada yang melebihi 10. Artinya bahwa tidak
ada korelasi antara variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini atau bisa dikatakan
bahwa model regresi yang digunakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji
Durbin-Watson menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW Tabel (dL dan dU).
Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson yang disajikan
pada Tabel 4.10 sebagai berikut:
Coefficientsa -,022 -,145 -,112 ,758 1,320 ,135 ,478 ,418 ,529 1,892 -,067 -,498 -,441 ,479 2,086 -,310 -,618 -,602 ,464 2,157 ,032 ,427 ,362 ,546 1,830 Penghindaran Pajak Kepemilikan Asing Profitabilitas Ukuran Perusahaan Good Corporate Governance Model 1
Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Transfer Pricing a.
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)
Sumber: Output SPSS, 2020
Berdasarkan Tabel 4.10 uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson
sebesar 2,242, nilai ini selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai table dengan tingkat
signifikansi 5% jumlah sampel 90 (n) dan jumlah variable independen 5 (k). Dari tabel
Durbin-Watson didapatkan nilai dL = 1,3346 dan nilai dU = 1,7708. Oleh karena nilai DW 2,242 lebih
besar dari batas atas (dU) 1,7708 dan kurang dari 5 – 1,7708 (5 – dU), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians antar residual pengamatan (Ghozali, 2016:134). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan scatter plot antara ZPRED dan
SRESID. Jika titik-titik pada scatter plot tidak membentuk pola tertentu, serta menyebar di atas
dan di bawah angka nol sumbu Y, maka tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi. Berikut
Model Summaryb ,642a ,412 ,346 ,2220607 2,242 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Good Corporate Governance, Kepemilikan Asing, Penghindaran Pajak, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
a.
Dependent Variable: Transfer Pricing b.
ini adalah hasil uji heteroskedastisitas menggunakan scatter plot yang disajikan pada Tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot)
Sumber: Output SPSS, 2020
Berdasarkan scatter plot tabel 4.11, dapat dilihat bahwa titik-titik pada scatter plot tidak
membentuk pola tertentu, serta menyebar di atas dan di bawah angka nol sumbu Y, Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13 sebagai berikut:
Regression Standardized Predicted Value 3 2 1 0 -1 -2
Regr
ession
St
uden
tized
Residu
al
2 0 -2 -4 ScatterplotTabel 4.12 Hasil Persamaan Regresi 1
Sumber: Output SPSS, 2020
Dari Tabel 4.12 maka dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
GCG = 0,277penghindaran pajak - 0,097kepemilikan asing + 0,169profitabilitas + 0,664ukuran perusahaan + e1
Tabel 4.13 Hasil Persamaan Regresi 2
Coefficientsa -11,101 18,200 -,610 ,545 44,142 19,041 ,277 2,318 ,025 -5,777 8,953 -,097 -,645 ,522 19,196 17,804 ,169 1,078 ,287 6,772 1,304 ,664 5,192 ,000 (Constant) Penghindaran Pajak Kepemilikan Asing Profitabilitas Ukuran Perusahaan Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: Good Corporate Governance a. Coefficientsa 1,838 ,430 4,272 ,000 -,461 ,474 -,129 -,971 ,337 ,765 ,212 ,574 3,614 ,001 -1,619 ,425 -,637 -3,814 ,000 -,202 ,039 -,884 -5,209 ,000 ,011 ,004 ,490 3,136 ,003 (Constant) Penghindaran Pajak Kepemilikan Asing Profitabilitas Ukuran Perusahaan Good Corporate Governance Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: Transfer Pricing a.
Sumber: Output SPSS, 2020
Berdasarkan tabel 4.13, maka dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
Tranfer Pricing = -0,129penghindaran pajak + 0,574kepemilikan asing - 0,637profitabilitas –
0,884ukuran perusahaan + 0,490good corporate governance + e2
Persamaan regresi pada Tabel 4.12 memberikan makna sebagai berikut:
a. Signifikansi penghindaran pajak yang dihasilkan dari persamaan regresi 1 tersebut sebesar
0,025. Sedangkan koefisien regresi penghindaran pajak sebesar 0,277 artinya setiap kenaikan
1% penghindaran pajak akan menaikkan pengungkapan good corporate governance sebesar
0,277 dengan variabel lain yang mempengaruhi dianggap konstan.
b. Signifikansi kepemilikan asing yang dihasilkan dari persamaan regresi 1 tersebut sebesar
0,522. Sedangkan koefisien regresi kepemilikan asing sebesar -0,097. hal ini menunjukkan
bahwa variabel kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap good corporate governance.
c. Signifikansi profitabilitas yang dihasilkan dari persamaan regresi 1 tersebut sebesar 0,287.
Sedangkan koefisien regresi profitabilitas sebesar 0,169. hal ini menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap good corporate governance.
d. Signifikansi ukuran perusahaan yang dihasilkan dari persamaan regresi 1 tersebut sebesar
0,000. Sedangkan koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,664 artinya setiap kenaikan
1% ukuran perusahaan akan menaikkan pengungkapan good corporate governance sebesar
0,664 dengan variabel lain yang mempengaruhi dianggap konstan.
e. e1 merupakan standar eror atau jumlah variance variabel good corporate governance yang
f. dijelaskan oleh penghindaran pajak, kepemilikan asing, profitabilitas dan ukuran perusahaan.
Berikut adalah perhitungan nilai e1 :
el = √(1 − R2) = √(1 − 0,0405) = 0,979
Nilai R2 didapat dari nilai Adjusted R Square dalam perhitungan persamaan regresi 1.
Setelah menguji persamaan regresi 1, langkah selanjutnya yaitu menguji persamaan
regresi 2. Berikut ini adalah hasil pengujian persamaan regresi 2:
Berdasarkan persamaan regresi 2 pada Tabel 4.13 memberikan makna sebagai berikut:
a. Signifikansi penghindaran pajak yang dihasilkan dari persamaan regresi 2 sebesar -0,129. Hal
ini berarti bahwa penghindaran pajak tidak berpengaruh terhadap Tranfer Pricing.
b. Signifikansi kepemilikan asing yang dihasilkan dari persamaan regresi 2 sebesar 0,001.
Sedangkan koefisien regresi sebesar 0,574 artinya setiap kenaikan 1% kepemilikan asing akan
menaikkan Tranfer Pricing sebesar 0,574 dengan variable lain yang mempengaruhi dianggap
konstan
c. Signifikansi profitabilitas yang dihasilkan dari persamaan regresi 2 sebesar -0,637. Hal ini
berarti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Tranfer Pricing.
d. Signifikansi ukuran perusahaan yang dihasilkan dari persamaan regresi 2 sebesar -0,884. Hal