• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Deskriptif statistik keseluruhan variabel penelitian mencakup nilai maksimal, minimal, rata-rata (mean), standar deviasi dan variance seperti yang terlihat dalam hasil output di atas. Hasil output regresi di atas menggambarkan secara deskriptif variabel-variabel independen maupun variabel dependen secara statistik dalam penelitian ini. Maksimal merupakan nilai terbesar dari pengamatan, minimal merupakan nilai terkecil, rata-rata (mean) adalah penjumlahan seluruh nilai data di bagi dengan total data yang dimiliki. Standar deviasi adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Standar deviasi juga merupakan standar yang menunjukkan penyimpangan nilai dari dari nilai rata-rata data yang diperoleh. Sedangkan variance adalah jumlah kuadrat dari nilai standar deviasi. Untuk lebih memahami statistik deskriptif dari model regresi yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation Variance

X1 30 -0,77 4,94 0,9900 0,85630 0,733 X2 30 -1,71 1,89 0,4437 0,83564 0,698 X3 30 -5,00 17,77 1,7197 3,33489 11,121 X4 30 -1,15 1,84 0,8537 0,71006 0,504 Y 30 0,57 0,89 0,7310 0,07976 0,006 Valid N (listwise) 30

Sumber: Lampiran 1 Output SPSS

Berdasarkan Tabel 4.10 hasil output statistik deskriptif diatas, maka dapat diketahui bahwa dari 30 sampel yang digunakan nilai standar deviasi indeks gray

leverage (X1) sebesar 0,85630 dengan nilai variance sebesar 0,733. Artinya jika semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin kecil pula penyimpangan dari nilai rata-rata indeks gray leverage yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Semakin rendah nilai variance maka semakin rendah pula rentang antara nilai minimum dan nilai maksimum indeks gray

leverage. Berdasarkan lampiran 3 perusahaan yang memiliki indeks gray leverage

paling tinggi yaitu Bank Eksekutif International sebesar 4,94. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai leverage Bank Eksekutif International lebih tinggi menerapkan standar PSAK dibanding IFRS. Sedangkan perbankan yang memiliki indeks gray leverage terkecil adalah Bank Kesawan dengan nilai indeks gray

leverage sebesar -0,77 yang berarti bahwa nilai leverage Bank Kesawan lebih

tinggi menerapkan standar IFRS. Nilai rata-rata indeks gray leverage sebesar 0,9900 yang menunjukkan bahwa leverage dibawah standar IFRS lebih baik daripada leverage PSAK.

Pada indeks gray likuiditas diperoleh nilai standar deviasi sebesar 0,83564 dengan nilai variance sebesar 0,698. Artinya jika semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin kecil pula penyimpangan dari nilai rata-rata indeks gray likuiditas yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Semakin rendah nilai variance maka semakin rendah pula rentang antara nilai minimum dan nilai maksimum indeks gray likuiditas. Berdasarkan lampiran 3 perusahaan yang memiliki indeks gray likuiditas paling tinggi yaitu Bank Himpunan Saudara 1906 sebesar 1,89. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai likuiditas Bank Himpunan Saudara lebih tinggi menerapkan standar PSAK dibanding IFRS. Sedangkan perbankan yang memiliki indeks gray likuiditas terkecil adalah Bank Sinarmas dengan nilai indeks gray likuiditas sebesar -1,71 yang berarti bahwa nilai likuiditas Bank Sinarmas lebih tinggi ketika menerapkan standar IFRS. Nilai rata-rata indeks gray likuiditas sebesar 0,4437 yang menunjukkan bahwa likuiditas dibawah standar IFRS lebih baik daripada likuiditas PSAK.

Pada indeks gray profitabilitas diperoleh nilai standar deviasi sebesar 3,33489 dengan nilai variance sebesar 11,121. Artinya jika semakin besar nilai

standar deviasi maka semakin besar pula penyimpangan dari nilai rata-rata indeks gray profitabilitas yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Semakin tinggi nilai variance maka semakin tinggi pula rentang antara nilai minimum dan nilai maksimum indeks gray profitabilitas. Berdasarkan lampiran 3 perusahaan yang memiliki indeks gray profitabilitas paling tinggi yaitu Bank Eksekutif International sebesar 17,77. Hasil tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas Bank Eksekutif International lebih tinggi ketika menerapkan standar IFRS dibanding PSAK. Sedangkan perbankan yang memiliki indeks gray profitabilitas terkecil adalah Bumiputera Indonesia dengan nilai indeks gray profitabilitas sebesar -5,00 yang berarti bahwa profitabilitas Bank Sinarmas lebih tinggi ketika menerapkan standar PSAK. Nilai rata-rata indeks gray profitabilitas sebesar 1,7197 yang menunjukkan bahwa profitabilitas dibawah PSAK lebih baik daripada profitabilitas IFRS.

Pada indeks gray porsi saham publik diperoleh nilai standar deviasi sebesar 0,71006 dengan nilai variance sebesar 0,504. Artinya jika semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin kecil pula penyimpangan dari nilai rata-rata indeks gray porsi saham publik yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Semakin rendah nilai variance maka semakin rendah pula rentang antara nilai minimum dan nilai maksimum indeks gray porsi saham publik. Berdasarkan lampiran 3 perusahaan yang memiliki indeks porsi saham publik paling tinggi yaitu Bank Mayapada Internasional sebesar 1,84. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Bank Mayapada Internasional lebih baik menerapkan standar PSAK dibanding IFRS. Sedangkan perbankan yang memiliki indeks gray porsi saham publik terkecil adalah Bank BNI dengan nilai indeks gray porsi saham publik sebesar -1,15 yang berarti bahwa laporan keuangan Bank Sinarmas lebih baik menerapkan standar IFRS. Nilai rata-rata indeks gray porsi saham publik sebesar 0,8537 yang menunjukkan bahwa porsi kepemilikan saham publik IFRS lebih baik daripada likuiditas PSAK.

Pada variabel pengungkapan laporan keuangan diperoleh nilai standar deviasi sebesar 0,7976 dengan nilai variance sebesar 0,006. Artinya jika semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin kecil pula penyimpangan dari nilai

ratarata Indeks Wallace (IW) yang diperoleh, sedangkan variance adalah kuadrat dari nilai standar deviasi. Semakin rendah nilai variance maka semakin rendah pula rentang antara nilai minimum dan nilai maksimum IW. Berdasarkan lampiran 3 perusahaan yang memiliki IW paling tinggi yaitu Bank Central Asia sebesar 0,89. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai pengungkapan Bank Central Asia lebih tinggi saat menerapkan standar PSAK dibanding IFRS. Sedangkan perbankan yang memiliki IW terkecil adalah Bank Tabungan Nasional dan Bank Windu Kentjana International dengan nilai IW sebesar 0,57 yang berarti bahwa laporan keuangan Bank Tabungan Nasional dan Bank Windu Kentjana International lebih baik menerapkan standar IFRS. Nilai rata-rata IW sebesar 0,7310 yang menunjukkan bahwa IFRS lebih baik daripada profitabilitas PSAK.

Dokumen terkait