• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis status metabolisme total serum induk mencit

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 27-32)

Pengambilan serum darah pada mencit dilakukan sebanyak dua kali, pengambilan darah pertama dilakukan pada saat induk mencit belum diberikan perlakuan padan dan kedua setelah induk mencit melahirkan atau pada akhir perlakuan pemberian ransum. Proses pengambilan serum dilakukan dengan membius mencit dengan dietil eter, kemudian darah diambil melalui ekor. Darah diambil menggunakan jarum suntik bervolume spuit 3ml, kemudian dilakukan proses disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 1000 rpm pada suhu 4

0C sehingga dihasilkan serum (cairan jernih) pada bagian atas dan bekuan darah terpisah dibagian bawah tabung. Serum darah dipisahkan kemudian dilakukan analisis kadar asam folat, vitamin A dan zat besi.

4.3.4.1 Status metabolisme asam folat serum

Pada awal perlakuan formula biskuit menunjukkan kondisi hewan percobaan berada pada kelompok antara marjinal dan defisit. Nilai kadar folat pada awal penelitian ini bisa dikatakan rawan bagi kecukupan folat ibu hamil, karena asam folat sangat penting terutama pada masa-masa awal kehamilan, karena pada masa itu sistem saraf bayi sedang terbentuk. Asam folat akan mencegah terjadinya cacat bawaan seperti cacat tabung syaraf (Neural Tube Defects), spina bifida, anenchepaly. Kekurangan konsumsi asam folat bisa berdampak lahirnya bayi-bayi cacat yang sudah terbentuk sejak dua sampai empat minggu kehamilan. Cacat ini sudah muncul bahkan sebelum si ibu menyadari dirinya hamil. Standar pengelompokan status metabolisme asam folat menurut WHO dibedakan atas tiga kelompok, yaitu defisit asam folat (<3ng/ml), marjinal (3-6ng/ml) dan cukup (>6ng/ml). Gambaran hasil analisis asam folat pada serum darah mencit dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Hasil analisis dan perubahan kadar asam folat serum (ng/ml)

Formula Asam Folat (ng/ml)

Awal Akhir Perubahan

F1 6,048 10,109 4,062 F2 6,117 6,326 0,208 F3 5,777 10,244 4,468 F4 6,360 6,619 0,259 F5 6,017 6,166 0,149

Pada akhir perlakuan hasil uji terhadap kadar folat serum pada formula biskuit yang ditambahkan fortifikan yaitu formula F1 menunjukkan peningkatan sebesar 4,062 ng/ml menjadi 10,109 ng/ml, pada formula F2 menunjukkan peningkatan sebesar 4,468 ng/ml menjadi 10,244 ng/ml. Sedangkan formula biskuit non fortifikan, formula F2 meningkat sebesar 0,208 ng/ml menjadi 6,326 ng/ml dan formula F4 meningkat sebesar 0,259 ng/ml menjadi 6,619. Formula kontrol meningkat sebesar 0,149 menjadi 6,166 ng/ml. Peningkatan signifikan terjadi pada formula biskuit yang difortifikasi dengan asam folat, hal ini menunjukkan bahwa penambahan fortifikan asam folat dalam biskuit memberikan pengaruh nyata dalam peningkatan kadar folat serum dalam darah.

Pada formula non fortifikan dan formula kontrol kadar asam folat mendekati kelompok marjinal (3-6ng/ml). Kondisi ini masih rawan terjadi gangguan pada fisik bayi yang dilahirkan, karena kadar asam folat dalam darah

yang rendah dapat menyebabkan: (1) Kelainan Janin seperti rheumatoid arthritis, lupus, psoriasis, asthma, sarcoidosis, dan inflammatory bowel disease; (2) Mengurangi risiko neural tube defects (kelainan pada sumsum tulang belakang) pada bayi baru lahir; (3) kerusakan DNA dan dapat memicu kanker (Sapin 2000).

4.3.4.2 Status metabolisme retinol serum

Humphrey et al. (1992) diacu dalam Sayuti (2002) menyatakan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi mikro mikro larut lemak yang berperan pada penglihatan, reproduksi, pertumbuhan dan pengaturan proliferasi sel. Oleh karena itu, vitamin A esensial saat kehamilan akan sangat berpengaruh pada fetus serta bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dalam kondisi konsentrasi vitamin A rendah akan lebih beresiko sakit karena status imunnya lemah.

Ketidaknormalan kandungan retinol dalam darah pada saat kehamilan juga memberikan dampak pada gangguan penyakit kandungan (IUGR dan gangguan plasenta) Sapin et al. (2000).

Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh WHO (1994), klasifikasi kadar vitamin A (retinol serum) dalam darah dibedakan sebagai berikut: (1) retinol serum <10 µg/dl = defisiensi; (2) retinol serum antara 10-20 µg/dl = marjinal; (3) antara 20-30 µg/dl = cukup; dan (4) >30 µg/dl = baik. Analisis vitamin A (retinol serum) pada penelitian dilakuan pada tahapan sebelum intervensi (perlakuan biskuit) dan sesudah perlakuan. Hasil analisis retinol serum disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30 Hasil analisis dan perubahan kadar retinol serum (µg/dl)

Formula retinol serum (µg/dl)

Awal Akhir Perubahan

F1 17,508 30,706 13,197 F2 20,441 22,203 1,762 F3 18,896 30,075 11,179 F4 18,124 21,690 3,566 F5 18,421 20,790 2,369 Dari hasil analisis yang dilakukan pada awal sebelum perlakuan formula biskuit, kondisi retinol serum hewan percobaan tidak berbeda signifikan antara satu dengan lainnya. Rata-tara kadar retinol serum masuk dalam kategori marjinal (10-20 µg/dl). Pada kadar retinol <20 µg/dl (status defisiensi dan marjinal) perbaikan dengan penambahan konsumsi vitamin A dapat membantu memperbaiki kadar retinol serum, tetapi dalam kondisi ini terdapat kemungkinan

kerusakan jaringan yang tidak dapat diperbaiki lagi. Sedangkan pada kadar 20-30 µg/dl (cukup), penambahan konsumsi vitamin A dapat memperbaiki status retinol serum tanpa meninggalkan kerusakan fungsi jaringan, kecuali pada beberapa individu (Gibson, 1990).

Analisis kadar retinol serum pada akhir perlakuan menunjukkan peningkatan. Peningkatan paling signifikan terjadi pada formula biskuit yang difortifikasi dengan vitamin A yaitu formula F1 yang meningkat sebesar 12,197 µg/dl menjadi 30,706 µg/dl, formula F3 yang meningkat sebesar 11,179 µg/dl menjadi 30,075 µg/dl, kedua formula ini termasuk dalam kategori baik. Pada formulasi biskuit non fortifikan yaitu formula F2 yang meningkat sebesar 1,762 µg/dl menjadi 22,203 µg/dl, formula F4 yang meningkat sebesar 3,566 µg/dl menjadi 21,690 µg/dl, dan formula kontrol juga meningkat sebesar 2,369 µg/dl menjadi sebesar 20,790 µg/dl. Pada formula biskuit non fortifikan dan formula kontrol juga mengalami peningkatan kadar retinol serum, tetapi nilai peningkatan keduanya formula tersebut tidak menunjukkan nilai nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan fortifikan vitamin A dalam formulasi biskuit ini memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan status metabolisme retinol serum dalam tubuh.

4.3.4.3 Status metabolisme feritin serum

Zat besi dalam tubuh disimpan sebagai feritin atau hemosiderin dalam beberapa jaringan organ tubuh, terutama pada hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Pada laki-laki dewasa, simpanan besi berkisar antara 500-1000mg, sedangkan pada wanita lebih rendah dan jarang mencapai 500mg. Banyak wanita di negara industri dan negara sedang berkembang tidak memiliki simpanan besi sama sekali (Hallberg 1988).

Zat besi atau feritin dapat menggambarkan banyaknya simpanan besi (Fe) dalam darah. Gibson (1990) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan cadangan besi sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan positif antara kadar feritin serum dengan cadangan besi sumsum tulang belakang; (2) turunnya kadar feritin serum, sejalan dengan perubahan cadangan besi dalam hati; (3) terapi zat besi dan transfusi dapat meningkatkan kadar feritin serum.

Pengelompokan feritin berdasarkan pada ketentuan WHO (1994) yaitu

≤12µg/l didefinisikan sebagai defisiensi Fe, sedangkan kadar feritin >12µg/l di adalah normal.

Kekurangan feritin membawa resiko pada kehamilan, karena besi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, selain itu zat besi juga diperlukan untuk mempertahankan kesehatan ibu hamil itu sendiri baik selama kehamilan maupun pasca melahirkan. Simpanan besi sangat diperlukan bagi ibu hamil dalam persiapan menghadapi persalinan, karena dalam proses persalinan kadang memerlukan ekstra tambahan darah guna mengganti kehilangan besi yang merupakan komponen sel darah merah yang hilang pada saat melahirkan.

Hallberg (1988) menyatakan pada saat proses kelahiran, seorang ibu bisa kehilangan darah hingga 200 mg besi.

Analisis zat besi (feritin serum) pada penelitian dilakuan pada tahapan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan formula biskuit. Hasil analisis feritin serum disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Hasil analisis dan perubahan kadar feritin serum (µg/liter)

Formula Feritin serum (µg/liter)

Awal Akhir Perubahan

F1 16,103 28,159 12,056 F2 15,877 23,118 7,241 F3 17,554 31,352 13,798 F4 19,146 21,232 2,086 F5 17,200 21,796 4,596 Data yang diperoleh pada Tabel 31 menunjukkan rata-rata nilai awal kandungan feritin serum pada formula fortifikan F1 adalah sebesar 16,103 µg/liter, formula F3 sebesar 17,554 µg/liter, sedangkan untuk non fortifikan sebesar 15,877 µg/liter dan formula F4 sebesar 19,146 µg/liter. Pada kontrol (F5) adalah sebesar 17,200 µg/liter. Dari formula yang diuji pada awal sebelum diberikan perlakuan formula biskuit, diperoleh gambaran kandungan feritin serum dari kelima perlakuan tidak ada perbedaan nyata. Hal ini dipengaruhi oleh pola pemeliharaan, jenis dan jumlah formula biskuit yang diberikan sebelum perlakuan, kondisi ruang perlakuan, dan asal indukan biskuit adalah seragam.

Pada akhir perlakuan, rata-rata nilai feritin serum pada kelompok formula biskuit fortifikan F1 meningkat sebesar 12,056 µg/liter, formula F3 meningkat sebesar 13,797 µg/liter. Sedangkan pada kelompok non fortifikan formula F2 meningkat sebesar 7,241 µg/liter dan formula F4 sebesar 2,086 µg/liter. Formula biskuit kontrol sebesar 4,596 µg/liter. Hasil analisis menggambarkan bahwa kadar feritin serum pada awal pengamatan dalam kondisi normal, dan pada akhir perlakuan kadar feritin serum juga dalam keadaan normal, tetapi terjadi peningkatan yang signifikan pada formula biskuit yang difortifikasi dengan zat besi (F1 dan F3) kondisi ini secara nyata menggambarkan bahwa ada pengaruh penambahan fortifikan zat besi (Fe) terhadap perubahan kadar feritin serum.

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 27-32)

Dokumen terkait