• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Cikole Jayagiri Resort

4.4 Metode Analisis Data

4.4.2 Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Cikole Jayagiri Resort

Pengembangan strategi alternatif kawasan Cikole Jayagiri Resort menggunakan analisis SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats). Analisis SWOT sendiri merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi pemecahan permasalahan. Analisis ini pada dasarnya dipertimbngakan secara logika dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). (Rangkuti 1997).

4.4.2.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE)

Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal suatu objek wisata yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan di kawasan Cikole Jayagiri Resort, sedangkan matriks EFE digunakan untuk menganalisis peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi pengembangan kawasan Cikole Jayagiri Resort. Pengisian tabel matriks IFE dan EFE dapat dilakukan dengan langkah- langkah berikut (Rangkuti 1997):

1. Data yang telah diperoleh diklasifikasikan berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

2. Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada setiap data tersebut, dimulai dari skala 0.0 ( tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan kawasan Cikole Jayagiri Resort. Jumlah dari semua bobot yang

21 diberikan tidak boleh lebih dari skor 1.00. Kemudian setiap data tersebut diberikan rating mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak berpengaruh (diberikan niali 1). Kemudian setiap bobot dikalikan rating untuk memperoleh faktor pembobotan. Hasil yang diperoleh akan menunjukan rating dari unsur internal (Tabel 5).

Tabel 5 Analisis faktor internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating (Skor)

Kekuatan (strengts) Kelemahan (weakness)

Total

Sumber: Rangkuti (1997)

3. Menentukan data faktor eksternal dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan data faktor internal terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 6).

Tabel 6 Analisis faktor eksternal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot*Rating (Skor)

Peluang (opportunites) Ancaman (therats)

Total

Sumber: Rangkuti (1997)

4.4.2.2 Matriks Kuadran SWOT

Berdasarkan Rangkuti (1997) agar mengetahui secara pasti posisi strategi yang sesungguhnya maka dilakukan pemetaan dari masing-masing hasil pengurangan matrks IFE dan EFE dengan melaui tahapan:

1. Melakukan pengurangan antara skor faktor kekuatan dengan kelemahan dalam matriks IFE. Kemudian dipetakan dalam matriks kuadran SWOT pada sumbu x. 2. Melakukan pengurangan antara skor faktor peluang dengan ancaman dalam

matriks EFE. Kemudian dipetakan dalam matriks kuadran SWOT pada sumbu y.

3. Mencari posisi strategi pengembangan yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran matriks SWOT (Gambar 2).

22

Gambar 2 Matriks kuadran SWOT 1. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

2. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

23 4. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

4.4.2.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyususn formulasi strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi, diantaranya strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan- ancaman), dan strategi WT (kelemahan-ancaman). Tujuan dari formulasi strategi ini adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan kawasan Cikole Jayagiri Resort yang disesuaikan dengan faktor internal dan eksternal yang dimiliki kawasan dengan pendekatan matriks SWOT (Tabel 7).

Tabel 7 Matriks SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) Faktor-faktor kekuatan Weakness (W) Faktor-faktor kelemahan Opportunities (O). Faktor-faktor Peluang Strategi S-O Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi W-O Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang

Threats (T) Faktor-faktor

Ancaman

Strategi S-T Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi W-T

Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti 1997

4.4.3 Analisis Pemilihian Prioritas Produk Wisata Alam

Penyusunan strategi prioritas bertujuan untuk menentukan strategi yang paling baik yang dapat dijalankan oleh Cikole Jayagiri Resort. Penggunaan AHP bertujuan untuk menyederhanakan persoalan yang kompleks dan proses pengambilan keputusannya dipercepat. Secara grafis, AHP dapat dikonstruksikan

24

sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif.

Prinsip kerja dari AHP itu sendiri, yaitu :

1. Decomposition, yaitu pemecahan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan tehadap unsur-unsurnya sampai tak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan (hirarki) dari persoalan tadi.

2. Comparative Judgement. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian itu merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penelitian disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison (Tabel 8). Tabel 8 Kategori perbandingan penentuan tingkat kepentingan elemen

Kategori Perbandingan Nilai

Faktor vertikal sama penting dengan faktor horisontal 1

Faktor vertikal lebih penting dari faktor horisontal 3

Faktor vertikal jelas lebih penting faktor horisontal 5

Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor horisontal 7

Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor horisontal 9

Apabila ragu-ragu diantara kedua nilai elemen yang diperbandingkan didekati dengan nilai tengah yang berdekatan.

2,4,6,8

Kebalikan dari keterangan nilai tingkat 2-9 1/(2-9)

Sumber: Saaty (1983)

3. Synthesis of Priority. Pada setiap matriks pairwise comparison terdapat prioritas lokal. Oleh karena pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan keseluruhan prioritas harus dilakukan sintesa diantara prioritas lokal tersebut. Pengurutan elemen-elemen tersebut menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting

25 Sasaran

Kriteria

Alternatif

Gambar 3 Struktur hirarki penentuan prioritas

4. Logical consistency. Konsistensi dalam hal ini mempunyai dua makna. Pertama bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dari relevasinya. Kedua bahwa tingakat hubungan Antara objek- objek didasarkan pada kriteria tertentu misalnya sama penting, jelas lebih penting, mutlak lebih penting.

Dokumen terkait