• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Struktur Mikro

Hasil Uji Kekerasan Vickers Sproket Kawasaki

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600

Jarak Uji Dari Tepi ( µm )

Non Original Original 1 Jam 3 Jam 5 Jam

Grafik 4.3 Grafik hasil uji kekerasan Vickers sproket KAWASAKI

Dalam table 4.4 perbandingan hasil dari peningkatan kekerasan sprocket

non original yang telah di karburising dilanjutkan quenching yang dibandingkan

dengan kekerasan sprocket original dan non original mula-mula (tanpa perlakuan).

Pada semua spesimen (semua merk) yang memperoleh perlakuan panas

karburising dilanjutkan quenching mengalami peningkatan kekerasan yang cukup

signifikan. Bahkan kekerasannya mencapai peningkatan di atas 3 kali lipat jika

dibandingkan dengan kekerasan sprocket non original mula-mula (tanpa

perlakuan).

4.2. Analisis Struktur Mikro

Sproket setelah dikarburising gambar 4.1(b) mengalami pertambahan karbon,

dimana karbon terlihat lebih banyak pada bagian tepi spesimen yang semakin ke

memperoleh/tanpa perlakuan (gambar 4.1 (a)). Dalam gambar 4.1 merupakan

keterangan gambar menyeluruh mengenai gambar foto mikro

Gambar 4.1 Struktur mikro sprocket Keterangan :

a. Struktur mikro sproket mula - mula (tanpa perlakuan)

b. Struktur mikro sproket setelah dikarburising dilanjutkan quenching

Hasil foto diperoleh dari pemotretan mikroskop foto dengan perbesaran

50x. Dari hasil pemotretan dengan ukuran kertas 3R pada perbesaran 50 kali dapat

dicari ukuran sebenarnya. Ukuran tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu

dengan membandingkan foto mikro kawat tembaga 110m pada pembesaran 50

kali. Dari foto tersebut diameter kawat tembaga terukur 9mm, sehingga 1 mm

pada cetakan foto sebanding dengan 110m /9mm.

misal jarak 16,5 mm = 9 5 , 16 x 0,11 = 0.200 mm (200m) iFerrit Perlit a b Martensit

46

Sproket original tanpa perlakuan 200µm

Perlit

Ferrit

200µm Sproket non original tanpa perlakuan

Perlit

Ferrit

Sproket non original karburising 1 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Sproket non original karburising 3 jam dilanjutkan dengan quenching Martensit

Sproket non original karburising 5 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Gambar 4.2 Struktur mikro sproket YAMAHA dengan masing-masing perlakuan

Sproket original tanpa perlakuan 200µm

Perlit Ferrit

Sproket non original tanpa perlakuan Perlit

Ferrit

200µm

Sproket non original karburising 1 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Sproket non original karburising 3 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Sproket non original karburising 5 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Gambar 4.3 Struktur mikro sproket SUZUKI dengan masing-masing perlakuan

48

Gambar 4.4 Struktur mikro sproket KAWASAKI dengan masing-masing perlakuan

200µm Sproket non original tanpa perlakuan

Perlit

Ferrit Sproket original tanpa perlakuan

200µm

Perlit Ferrit

Sproket non original karburising 1 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Sproket non original karburising 3 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Martensit

Sproket non original karburising 5 jam dilanjutkan dengan quenching 200µm

Dalam gambar 4.2-4.4 menunjukkan foto strukur mikro sproket original

dan non original tanpa perlakuan maupun dengan perlakuan karburising

dilanjutkan quenching. Pada sproket non original terlihat bahwa struktur mikro

spesimen mula-mula tanpa perlakuan hanya terdiri dari ferit dan perlit. Ferit

memberikan sifat yang liat, sedangkan perlit memberikan sifat yang lebih getas

dan keras. Ferit atau besi murni ditunjukkan oleh butiran yang berwarna putih

sedangkan perlit ditunjukkan oleh butiran yang berwarna hitam. Warna hitam ini

juga menunjukkan kadar karbon yang terkandung di dalamnya. Jika diamati,

butiran yang berwarna hitam lebih sedikit dibandingkan dengan butiran yang

berwarna putih.

Sebaliknya pada sproket original menunjukkan butiran yang berwarna hitam

(perlit) lebih banyak dibandingkan butiran yang berwarna putih (ferit) pada

sprocket original. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan karbon pada sprocket

original lebih tinggi dari sprocket imitasi dan kondisi ini sesuai dengan data yang

diperoleh dari uji komposisi kimia yang menyatakan kandungan karbon yang

berbeda-beda untuk semua merk dan jenis. Dari hasil pemotretan didapat adanya

perubahan pada besar butir, jumlah besar butir dan kadar karbon dari setiap

periode waktu perlakuan panas. Hal itu disebabkan karena kadar karbon pada

setiap jenis spesimen yang tidak sama.

Pada sproket non original untuk semua merk setelah proses karburising

dengan arang kayu pada suhu 9000C dengan waktu penahanan 1 jam, 3 jam dan 5

jam kemudian diquenching dengan media pendingin oli jumlah perlit semakin

bertambah dan jumlah ferrit semakin berkurang. Kondisi ini menunjukkan terjadi

50 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada sproket sepeda motor YAMAHA,SUZUKI

dan KAWASAKI sesuai dengan hasil analisis pengujian dan perhitungan yang

telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan dan

perubahan struktur mikro. Pada benda uji mula-mula struktur mikronya hanya

terdiri dari ferrit yang memberikan sifat liat dan juga perlit yang memberikan

sifat keras dan getas pada permukaan spesimen. Sedangkan pada benda uji

yang telah mengalami proses karburising dan quenching terlihat adanya ferrit,

perlit dan martensit. Jumlah perlit semakin banyak sejalan dengan semakin

tingginya waktu penahanan proses karburising.

2. Lama waktu karburising berpengaruh terhadap kekerasan suatu bahan dan

pertambahan kedalaman karbon yang masuk. Semakin lama waktu penahanan

karburising, kekerasan permukaannya akan semakin tinggi.

5.2 Saran.

Dari hasil penelitian yang penukis lakukan ada beberapa saran akan

1. Pack karburising / kotak sementasi. Harus betul-betul rapat dan terhindar dari

kebocoran. Karena permukaan spesimen akan kehilangan karbon, dengan

demikian kekerasan spesimen akan menurun.

2. Temperatur pemanas harus dijaga, karena perubahan permukaan ke suatu

konsentrasi karbon tentu sangat tergantung pada suhu.

3. Permukaan benda uji kekerasan diusahakan rata dan sehalus mungkin agar

pada saat melakukan pengujian kekerasan dapat berhasil dengan maksimal.

4. Arang kayu harus ditumbuk sehalus mungkin agar pada saat pencampuran

Daftar Pustaka

Bahan Kuliah Bahan Teknik Manufaktur, ATMI, Solo

Holman, JP., 1985, Metode Pengukuran Teknik, edisi keempat, Erlangga, Jakarta.

Setyahandana, B.,Bahan Kuliah Bahan Teknik Manufaktur, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Surdia, T., Saito, S.,1985, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta.

Dieter, G.E., 1988, Metalurgi Mekanik, edisi ketiga jilid I dan II, Erlangga, Jakarta.

Mathers, G., Hardness Testing Part 1,www.twi.com,diakses 24 Desember 2006 Rockwell-Hardness-Testers, www.hardnesstesters.com, diakses 24 Desember 2006

54

Lamp 1. Tata Nama Baja Menurut SAE dan AISI

Elemen Tambahan Seri Elemen Tambahan 10xx Baja karbon tanpa S dn P

48xx Ni : 3,50 % Mo : 0,25 % 11xx Baja karbon dengan S 51xx Cr : 0,8 % 12xx Baja karbon dengan S dan

P 514xx

Corrosion and resisting steels

13xx Mn : 1,6-1,9 %

515xx Corrosion and resisting steels 23xx Ni : 3,50 % 52xx Cr : 1,5 % 25xx Ni : 5 % 61xx Cr : 0,78 % V : 0,13 % 31xx Ni : 1,25 % Cr : 0,60 % 86xx Ni : 0,55 % Cr : 0,50 % Mo : 0,20 % 32xx Ni : I,75 % Cr : 0,60 % 87xx Ni : 0,55 % Cr : 0,50 % Mo : 0,25 % 33xx Ni : 3,50 % Cr : 1,55 % 88xx Ni : 0,55 % Cr : 0,50 % Mo : 0,25 % 34xx Ni : 3,50 % Cr : 1,50 % 92xx Mn : 0,80 % Si : 2,00 %

303xx Corrosion and heat

resisting steels 93xx Ni : 3,25 % Cr :1,20 % Mo : 0,12 % 40xx Mo : 0,25 % 94xx Mn : 0,95-1,25 % Ni : 0,45 % Cr : 0,40 % Mo : 0,20 % 41xx Cr : 1,00 % Mo : 0,2 % 97xx Ni :0,55 % Cr : 0,17 % Mo : 0,20 % 43xx Ni : 1,83 % Cr : 0,80 % Mo : 0,25 % 98xx Ni : 1,00 % Cr : 0,80 % Mo : 0,25 % 46xx Ni : 1,75 % Mo : 0,25 %

56

58

Lamp 6. Hasil pengujian kekerasan Vickers pada roda gigi imitasi yang dikejutkan kedalam oli

Dokumen terkait