2. Rencana Strategis
4.3.1 Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Output
a. Analisis SWOT Aspek Input
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,01. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 % guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman
guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara), belum memadahinya ruang atau tempat untuk kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih, hijau dan aman.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80), posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
b. Analisis SWOT Aspek Proses
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek proses (Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah 75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler, kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik, adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX, keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan profesi.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
c. Analisis SWOT Aspek Output
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan
eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh
hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output (Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan, prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya peserta didik yang diterima disekolah favorit.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut (peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
4.3.2 Rencana Strategis
a. Rencana Strategis Aspek Input
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai berikut ini:
Renstra pertama Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat strategis namun pengelolaan pengembangan lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah
sudah mengambil kebijakan untuk menambah petugas kebersihan namun belum berdampak terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga sekolah yang selama ini belum terbangun dengan baik. Seringkali warga sekolah masih membuang sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan kesepakatan bersama antar warga sekolah dan membuat regulasi yang mendukung terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond, menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain. Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan
green school dengan cara memperindah taman sekolah
diseluruh area sekolah serta merencanakan perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan keamanan warga sekolah pada saat menyeberang
jalan raya. Warga sekolah sangat rentan terhadap kecelakaan dikarenakan jalan yang sangat ramai. Sekolah sudah memiliki 2 petugas dan seorang polisi yang menyeberangkan warga sekolah namun perlu dipikirkan untuk membangun jembatan layang agar keselamatan terjamin. Sekolah dapat bekerjasama dengan instansi-instansi atau alumni untuk membangun jembatan tersebut.
Renstra kedua Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis. Sekolah sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga memungkinkan untuk diadakannya kegiatan klub prestasi untuk memfasilitasi peserta didik yang berprestasi untuk lebih menggali potensinya sehingga nantinya akan menyumbangkan prestasi-prestasi yang mampu meningkatkan mutu sekolah. Klub yang sangat mungkin untuk dilaksanakan disekolah antara lain; klub bahasa, klub sains, klub olahraga, klub seni, dan klub jurnalistik.
Renstra ketiga Memberdayakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. Alokasi anggaran peningkatan SDM sekolah semestinya
ditambah untuk pengembangan-pengembangan yang selama ini masih minim.
Renstra keempat Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik. Masih minimnya penggunaan TIK dalam proses pembelajaran baik oleh guru ataupun peserta didik menjadi hambatan sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah perlu memperkuat jaringan internet, baik jaringan wifi ataupun jaringan kabel, dimana saat ini masih belum optimal dan terbatas.
Renstra kelima Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien. Sekolah belum memiliki tim evaluasi program, dimana peran tim ini sangat penting untuk mengevaluasi yang selanjutnya untuk menyusun program sekolah yang lebih baik. Sebaiknya sekolah segera untuk membentuk tim evaluasi program sekolah agar kekurangan atau kelemahan yang ada dapat segera dideteksi yang selanjutnya akan diperbaiki. Melihat jumlah dan potensi guru yang cukup banyak maka tidak sulit untuk membentuk tim tersebut.
b. Rencana Strategis Aspek Proses
Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menunjukkan strategi di kuadran SO
(Strengths – Opportunities), yaitu strategi agresif yang
mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar sekolah. Berikut ini adalah rencana strategis yang dapat dibuat untuk meningkatkan mutu dari aspek proses SMPN 1 Bawen.
Renstra peratama, mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan menitikberatkan kualitas. Melihat kualifikasi guru yang sudah sesuai dengan pelajaran yang diampunya serta didukung oleh kemampuan kepala sekolah yang sudah baik sangat memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan profesi guru.
Renstra kedua, mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, salah satunya adalah berjeraring dengan instansi atau lingkungan yang mendukung pembelajaran kontekstual seperti pasar, instansi pemerintah lainnya (bank, kecamatan, kepolisian, TNI, rumah sakit, dll.)
serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam
kegiatan-kegiatan pengembangan yang
diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih optimal.
Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan. Prestasi kegiatan ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus
karena baru beberapa cabang kegiatan
ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band, bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi terhadap sekolah.
Renstra keempat, lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler). Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler kurang produktif adalah kerjasama yang kurang efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.
c. Rencana Strategis Aspek Output
Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan seoptimal mungkin. Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan anggaran untuk kegiatan
ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non akademis menjadi keuntungan sekolah untuk melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya
rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih produktif dan memiliki motivasi tinggi.
Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran yang menitikberatkan pada pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif. Visi misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi yang mudah difahami dan laksanakan untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Renstra ketiga Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak
sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa strategi menignkatkan mutu sekolah.
Renstra keempat Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik, salah satunya mengupayakan agar kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai percepatan peningkatan prestasi akademis antara sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya menghentikan kerjasama tersebut dan mencari lembaga yang lebih baik.