ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
a. Analisis tabulasi silang Perputaran Modal Kerja dengan Return On Investment.
Tabel 5.17 Tabulasi silang Perputaran Modal Kerja dengan Return On Investment
Perputaran_Modal_Kerja
Total Sangat
Rendah Rendah Tinggi
Sangat Tinggi
ROI Sangat Rendah 40 7 2 4 53
Rendah 17 0 1 0 18
Tinggi 2 0 1 0 3
Sangat Tinggi 2 0 0 0 2
Total 61 7 4 4 76
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.18 Symmetric Measures Perputaran Modal Kerja dengan Return On Investment
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.17, diketahui bahwa perusahaan dengan tingkat perputaran modal kerja yang semakin rendah maka ROI cenderung tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran modal kerja yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
Pada tabel 5.18, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara perputaran modal keerja dengan ROI. Nilai Spearman menunjukan -0,163 yang
Value
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,163
berarti hubungan perputaran modal kerja dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif yang berarti perusahaan manufaktur yang memiliki perputaran modal kerja yang rendah maka cenderung memiliki ROI tinggi dan sebaliknya apabila perputaran modal kerja tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
b. Analisis tabulasi silang Perputaran Kas dengan Return On Investment
Tabel 5.19 Tabulasi silang Perputaran Kas dengan Return On Investment S u m b e
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Perputaran_Kas Total
Sangat Rendah
Rendah Tinggi Sangat
Tinggi ROI Sangat Rendah 43 6 3 1 53 Rendah 17 1 0 0 18 Tinggi 3 0 0 0 3 Sangat Tinggi 1 0 1 0 2 Total 64 7 4 1 76
Tabel 5.20 Symmetric Measures Perputaran Kas dengan Return On Investment
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.19, diketahui bahwa perusahaan dengan tingkat perputaran kas yang semakin rendah maka ROI cenderung tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran kas yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
Pada tabel 5.20, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara perputaran kas dengan ROI. Nilai Spearman menunjukan -0,107 yang berarti hubungan perputaran kas dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif yang berarti perusahaan manufaktur yang memiliki perputaran kas yang rendah maka cenderung memiliki ROI tinggi dan sebaliknya apabila perputaran kas tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
Symmetric Measures
Value
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
-.107
c. Analisis tabulasi silang Perputaran Piutang dengan Return On Investment.
Tabel 5.21 Tabulasi silang Perputaran Piutang dengan Return On Investment
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.22 Symmetric Measures Perputaran Piutang dengan Return On Investment
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.21, diketahui bahwa perusahaan dengan tingkat perputaran piutang yang semakin rendah maka ROI cenderung
Perputaran_Piutang Total
Sangat Rendah
Rendah Tinggi Sangat
Tinggi ROI Sangat Rendah 42 9 1 1 53 Rendah 14 3 0 1 18 Tinggi 2 1 0 0 3 Sangat Tinggi 1 0 0 1 2 Total 59 13 1 3 76 Symmetric Measures Value
Ordinal by Ordinal Spearman
Correlation
.086
rendah. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran piutang yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang tinggi.
Pada tabel 5.22, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan positif antara perputaran piutang dengan ROI. Nilai Spearman menunjukan 0,086 yang berarti hubungan perputaran piutang dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan positif yang berarti perusahaan manufaktur yang memiliki perputaran piutang yang rendah maka cenderung memiliki ROI rendah dan sebaliknya apabila perputaran piutang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang tinggi
d. Analisis tabulasi silang Perputaran Persediaan dengan Return On Investment.
Tabel 5.23 Tabulasi silang Perputaran Persediaan dengan Return On Investment
Perputaran_Persediaan Total
Sangat Rendah
Rendah Tinggi Sangat
Tinggi ROI Sangat Rendah 32 16 3 2 53 Rendah 11 6 1 0 18 Tinggi 3 0 0 0 3 Sangat Tinggi 2 0 0 0 2 Total 48 22 4 2 76
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.24 Symmetric Measures Perputaran Persediaan dengan Return On Investment
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.23, diketahui bahwa perusahaan dengan tingkat perputaran persediaan yang semakin rendah maka ROI cenderung
Symmetric Measures
Value
Ordinal by Ordinal Spearman
Correlation
-.123
tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
Pada tabel 5.24, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan negatif antara perputaran persediaan dengan ROI. Nilai Spearman menunjukan -0,123 yang berarti hubungan perputaran persediaan dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif yang berarti perusahaan manufaktur yang memiliki perputaran persediaan yang rendah maka cenderung memiliki ROI tinggi dan sebaliknya apabila perputaran persediaan tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah.
6. Pembahasan
1. Hubungan Perputaran Modal Kerja dengan Return On Investment Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja memiliki hubungan yang lemah dan negatif dengan Return On Investment. perusahaan dengan tingkat perputaran modal kerja yang semakin rendah maka ROI cenderung tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran modal kerja yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,163 yang berarti hubungan perputaran modal kerja dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif (berlawanan arah).
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat lemah dan negatif, walaupun perusahaan memiliki tingkat ROI yang tinggi namun memiliki Perputaran modal kerja rendah yang menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau saldo kas yang terlalu besar (Munawir, 2010: 80). Hal tersebut tidak sejalan dengan Butar (2009) dan Lamia (2016) dalam penelitiannya menunjukan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap
Return on Investment, menunjukan bahwa modal kerja digunakan
oleh perusahaan secara efektif.
2. Hubungan Perputaran Kas dengan Return On Investment
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan negatif antara perputaran kas dengan ROI. perusahaan dengan tingkat perputaran kas yang semakin rendah maka ROI cenderung tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran kas yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,107 yang berarti hubungan perputaran kas dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif. Dalam penelitian ini walaupun tingkat profitabilitas tinggi namun memiliki perputaran kas rendah. Perputaran kas yang rendah mencerminkan adanya over investment dalam kas dan perusahaan kurang efektif dalam mengelola
kas (Munawir, 2010: 158) sehingga terjadi penumpukan saldo kas di perusahaan.
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan Penelitian Rahma (2011) dan Anindya (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas berpengaruh positif terhadap Return on
Investment, hal tersebut disebabkan karena pada periode penelitian
terjadi perputaran kas yang tinggi dan penggunaan kas yang efisien oleh perusahaan.
3. Hubungan Perputaran Piutang dengan Return On Investment
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan positif antara perputaran piutang dengan ROI. perusahaan dengan tingkat perputaran piutang yang semakin rendah maka ROI cenderung rendah. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran piutang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan 0,086 yang berarti hubungan perputaran piutang dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan positif.
Semakin tinggi rasio perputaran piutang menunjukkan modal modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah(Munawir, 2010: 75). Hal tersebut yang menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
perputaran piutang maka semakin efektif dalam pengumpulan piutang dan menambah pendapatan perusahaan dari penjualan kredit.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Janotama (2013), Setiorini (2009), dan Annisa (2013) menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap Return on Investment. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengumpulan piutang yang efektif dalam periode tersebut, sehingga perusahaan mendapat profitabilitas yang tinggi dari penerimaan piutang.
4. Hubungan Perputaran Persediaan dengan Return On Investment Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan negatif antara perputaran persediaan dengan ROI. perusahaan dengan tingkat perputaran persediaan yang semakin rendah maka ROI cenderung tinggi. Perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka cenderung memiliki ROI yang rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,123 yang berarti hubungan perputaran persediaan dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif.
Perputaran persediaan yang rendah menandakan adanya kurangnya pengendalian terhadap persediaan yang efektif (Hanafi, Halim, 2005:82). Walaupun memiliki tingkat profitabilitas dalam hal ini ROI yang tinggi namun perputaran persediaannya rendah hal
tersebut terjadi karena perusahaan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi tetapi memiliki jumlah persediaan yang tinggi juga di perusahaan sehingga terjadi penumpukan persediaan. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai dari persediaan.
Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kadarwati (2009), Setiorini (2009), dan Annisa (2013) menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap
Return on Investment, hal ini menunjukan bahwa pada periode
tersebut tingkat perputaran persediaan cukup tinggi sehingga tingkat profitabilitas perusahaan juga tinggi.
85 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa perputaran modal kerja memiliki hubungan yang lemah dan negatif dengan Return On Investment. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,163 yang berarti hubungan perputaran modal kerja dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif (berlawanan arah). Pada perputaran kas diperoleh hasil terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara perputaran kas dengan ROI. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,107 yang berarti hubungan perputaran kas dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif. Pada perputaran piutang terdapat hubungan yang lemah dan positif antara perputaran piutang dengan ROI. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan 0,086 yang berarti hubungan perputaran piutang dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan positif (searah). Pada perputaran persediaan diperoleh hasil terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara perputaran persediaan dengan ROI. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Spearman menunjukan -0,123 yang berarti hubungan perputaran persediaan dengan ROI sangat lemah. Kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan negatif.