• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teknikal

Analisis teknikal saham adalah metode yang untuk menganalisis pola dan grafik harga saham yang terjadi berulang kali dimasa lalu (Bodie at. al, 2006).

Analisis teknikal juga dapat digunakan sebagai teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham berdasarkan data historis (Tandelilin, 2010) Definisi lain dari analisis teknikal adalah suatu metode evaluasi pergerakan harga saham, komoditas, forex, atau jenis sekuritas lainnya di masa lampau dengan menggunakan bantuan grafik beserta indikator-indikator teknikal untuk meramalkan pergerakan harga sekuritas di masa yang akan datang (Ong, 2010) Variabel yang digunakan pada analisis teknikal adalah data harga, volume transaksi dan indeks harga saham secara individual maupun gabungan. Pada prinsipnya analisis teknikal mencakup tiga aspek berikut ini:

1) Aksi pasar mempunyai banyak arti, konsekuensinya bahwa harga saham pada saat ini mencerminkan segala sesuatu yang diketahui oleh pelaku pasar dan akan berpengaruh pada pasar dan berakibat pada harga saham. Misalnya faktor makro ekonomi, faktor politik dan sentimen harga. Analis teknikal hanya berkonsentrasi pada perubahan harga saham, bukan pada faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan harga saham tersebut.

2) Eksistensi pola. Analisis teknikal digunakan untuk mengidentifikasi pola-pola yang dapat dikenali dan dipercaya. Banyak pola yang mampu memprediksi arah pergerakan saham dan pola tersebut selalu menggunakan basis yang konsisten 3) Sejarah selalu berulang. Pola-pola grafik yang telah terjadi bahkan untuk jangka

waktu yang sangat lamapun akan terulang kembali di masa yang akan datang sebagai cerminan psikologi manusia. Bagaimanapun juga bursa adalah pertemuan antara pembeli dan penjual sehingga selalu ada permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga saham.

Aplikasi analisis teknikal didukung oleh 2 jenis indikator, yaitu Trendline Indicator dan Mometum Indicator atau Oscillator yang dapat dijadikan panduan dalam memprediksi harga dan trend saham melalui grafik yang telah terbentuk, sehingga para pelaku pasar mendapatkan suatu indikasi dan sinyal negatif, positif dan netral. Trendline Indicator dapat digunakan ketika market sedang trending dan memiliki kegunaan utama untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung pada periode tertentu, di samping itu indikator ini juga dapat digunakan untuk mengetahui titik support dan resistance. Termasuk jenis trendline indicator di antaranya adalah: Moving Average, Bollinger Band dan Price Channels Index dan lain lain. Sedangkan Mometum Indicator atau Oscillator digunakan sebagai alat pengukur kekuatan trend pada suatu periode tertentu. Indikator ini tidak dapat menunjukkan apakah trend sedang naik atau turun, tetapi hanya mengukur seberapa kuat atau lemah trend yang terjadi. Sehingga dapat digunakan pada saat market non trending. Termasuk jenis Oscillator, di antaranya adalah: Stochastic, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Average Directional Index (ADX).

3.4.1. Trendline

Trendline adalah garis yang menghubungkan dua buah titik atau lebih dari harga saham yang menunjukkan kecenderungan (trend) pergerakan harga saham.

Ada tiga macam trendline, yaitu: Uptrend, dibuat dengan menghubungkan dua buah titik support (batas bawah). Downtrend, dibuat dengan menghubungkan dua buah titik resistance (batas atas). Sideways trend, yaitu garis mendatar yang menghubungkan dua buah titik harga yang sedang dalam kondisi konsolidasi.

3.4.2. Support and Resistance Lines

Gambar 3.3. Support and Resistance Line Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016)

Support and resistance lines merupakan salah satu unsur penting dalam analisis teknikal dan dasar untuk mengetahui hubungan trend yang telah terjadi

dengan pola keberlanjutan atau pola pembalikan dari trend tersebut. Pada prakteknya support dan resistance merupakan momentum dimana kekuatan penawaran/penjualan dan permintaan/pembelian bertemu.

Support adalah suatu level pada grafik harga saham, dimana permintaan atau minat beli cukup kuat dibanding tekanan jual, sehingga harga tidak turun dibawah level ini. Pada prakteknya, saat harga mengalami penurunan dan menjadi lebih murah, maka para buyer cenderung membeli dan seller menjadi berkurang, sehingga ketika harga mencapai level support, diyakini bahwa akan terjadi kondisi dimana permintaan/pembelian lebih besar dari penawaran/ penjualan sehingga dapat mencegah harga jatuh di bawah level support.

Sedangkan Resistance adalah kebalikan dari support, dimana penawaran atau minat jual lebih kuat dibanding hasrat beli dan akibatnya harga pasar tidak akan melebihi level ini. Pada prakteknya di pasar para seller lebih banyak dan cenderung untuk menjual dan buyyer semakin berkurang. Pada saat harga mencapai level resistance, diyakini bahwa supply akan mengatasi demand sedemikian sehingga mencegah harga naik di atas resistance.

3.4.3. Moving Average

Moving Average (MA) adalah salah satu Trendline Indicator yang digunakan untuk mengetahui trend yang sedang berlangsung pada periode tertentu dan memberi prediksi arah pergerakan trend. Di samping itu indikator ini juga dapat digunakan untuk mengetahui titik support dan resistance serta menemukan sinyal jual ataupun sinyal beli. Moving Average dihitung dengan menjumlahkan data seri dari harga penutupan saham (closing price) dalam periode tertentu lalu dibagi

dengan angka yang dijadikan periodenya. Periode moving average dapat disesuaikan dengan kebutuhan analis. Moving Average terdiri dari 3 macam, yaitu:

1) Simple Moving Average (SMA)

Adalah rata-rata bergerak sederhana, dihitung dengan menjumlahkan harga saham selama ā€œnā€ periode kemudian membaginya dengan ā€œnā€. Rumusnya:

š‘†š‘€š“š‘› =( š‘ƒ1+ š‘ƒ2… + š‘ƒš‘› )

š‘› (3.14) Dimana:

š‘†š‘€š“š‘› : Rata-rata bergerak sederhana

n

periode š‘ƒ1… š‘ƒš‘›

:

Harga saham pada hari ke-1 sampai hari ke-

n n

: Periode yang diamati

2) Weighted Moving Average (WMA)

Adalah rata-rata bergerak tertimbang, dihitung dengan mengalikan harga pada ā€œnā€

hari yang lalu dengan bobot 1, kemudian ditambah dengan perkalian harga pada n -1 hari yang lalu dengan bobot 2 dan seterusnya, kemudian dibagi dengan penjumlahan 1 + 2 +....+ n periode pengamatan. Rumusnya:

š‘Šš‘€š“š‘› = ( š‘ƒ1 Ɨ 1 + š‘ƒ2 Ɨ 2 + ⋯ + š‘ƒš‘› Ɨ š‘› )

(1 + 2 + ⋯ + š‘› ) (3.15) Dimana:

š‘Šš‘€š“š‘›

:

Rata-rata bergerak tertimbang

n

periode š‘ƒ1… š‘ƒš‘› : Harga saham pada hari ke-1 sampai hari ke-

n

3) Exponential Moving Average (EMA)

EMA merupakan penyempurnaan dari metode WMA. Sebagaimana diketahui, pembobotan WMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya

keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot pada EMA sama seperti pada WMA, juga melibatkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode, maka bobot yang digunakan semakin besar, sedangkan pada EMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjang periode yang dipakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir.

3.4.4. Moving Average Crossovers

Adalah suatu keadaan dimana garis moving average periode pendek memotong / menyilang ke atas moving average periode lebih panjang. Dan kedua garis moving average tersebut sedang berada dalam trend mengarah atau mulai mengarah ke atas. Pada kondisi ini diprediksi merupakan sinyal beli.

Gambar 3.4. Moving Averages Crossovers Antara MA20 dan MA50 Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016)

3.4.5. Stochastic

Indikator stochastic merupakan salah satu indikator momentum yang dapat mengidentifikasi titik ekstrem oversold/overbought (titik jenuh jual dan jenuh beli) yang memicu uptrend dan downtrend yang berguna untuk titik masuk dan keluar pasar. Titik ekstrim ini merupakan sinyal akan adanya perubahan harga. Namun sinyal jual dan beli tersebut membutuhkan konfirmasi terhadap saham dan indikator pendukung lainnya.

Gambar 3.5. Indikator Stochastic

Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016)

3.4.6. Breakout

Breakout adalah sinyal beli saham ketika grafik harga saham menembus ke atas garis resistance yang kuat setelah sebelumnya berada dalam pola konsolidasi.

Posisi breakout dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan posisi buy.

Dalam menetapkan apakah grafik harga saham terjadi breakout atau hanya terjadi breakout palsu, dibutuhkan suatu kecermatan tersendiri sebagaimana akan dijelaskan pada bab lima.

Gambar 3.6. Breakout dan Entry Buy Point Sumber: ChartNexus dan Olahan Penulis (2016)

Dokumen terkait