• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.6 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat

4.6.5 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Seluruh Tahap

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Adat Ngadas dapat diketahui dengan menjumlahkan seluruh skor pada tiap tahap pengembangan, yaitu dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan dan tahap pengawasan. Hasil skor dan tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.24

Tabel 4. 24

Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Seluruh Tahap Partisipasi dalam Pengembangan

No. Tahap Pengembangan Skor Tingkat Partisipasi

1. Tahap perencanaan 620 Informing

2. Tahap pelaksanaan 461 Informing

3. Tahap pemanfaatan 612 Informing

4. Tahap pengawasan dan evaluasi 502 Informing

Total 2195

Dari Tabel 4.24 dapat disimpulkan bahwa pada tahap perencanaan menghasilkan skor 620 yang termasuk tingkat informing. Tahap pelaksanaan menghasilkan skor 461 yang termasuk tingkat informing. Tahap pemanfaatan menghasilkan skor 612 dan tahap

pengawasan evaluasi menghasilkan skor 502, dimana keduanya termasuk pada tingkat

informing. Setelah masing-masing tahap diketahui skornya, maka dapat diketahui pula skor

secara keseluruhan, yaitu 2195. Kemudian skor tersebut dirata-rata yang akhirnya menghasilkan skor 548,75. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Adat Ngadas dapat dilihat pada Tabel 4.25

Tabel 4. 25

Interval Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat

No Tangga Tingkat Partisipasi Jumlah Skor

8 Citizen Control 1589 - 1815 7 Delegated Power 1362 – 1588 6 Partnership 1135 – 1361 5 Placation 908 – 1134 4 Consultation 681 – 907 3 Informing 454 – 680 2 Therapy 227 – 453 1 Manipulation 0 - 226

Berdasarkan Tabel 4.25 diatas, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Adat Ngadas adalah termasuk dalam tingkat partisipasi

informing karena memiliki skor 548,75. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan

dipersilahkan berpendapat dan akan didengar, namun tidak ada kekuatan negosiasi dari masyarakat atau tidak adanya jaminan bahwa yang disampaikan oleh masyarakat dapat mempengaruhi keputusan. Dapat diartikan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Adat Ngadas disebabkan karena.

1. Pada tahap perencanaan, masyarakat dilibatkan dalam pertemuan hanya sebagai peserta dimana rencana atau bahan yang akan didiskusikan sudah tersusun terlebih dahulu terkait rencana pengembangan wisata maupun kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya, dimana yang dilibatkan hanya aparat desa, tokoh masyarakat, anggota lembaga desa wisata dan ketua RT serta ketua RW. Masyarakat mendapat kesempatan untuk bertanya maupun memberikan pendapat dan saran. Masyarakat juga aktif berdiskusi ketika ada kepentingan mereka yang berkaitan dengan perencanaan tersebut. Biasanya, penyebaran informasi kegiatan wisata akan digabung dengan topik pembahasan lainnya dalam satu pertemuan. Tidak ada petemuan khusus yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk merencanakan kegiatan pengembangan wisata. Hanya dilakukan dalam lingkup internal lembaga saja. Walaupun informasi perencanaan pada akhirnya disampaikan kepada masyarakat dan terjadi dialog, keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah desa.

2. Pada tahap pelaksanaan, yaitu pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai pariwisata dari instansi pemerintah, KKN mahasiswa maupun LSM. Sebelum terbentuknya lembaga desa wisata, masyarakat pemilik mobil jeep, pemilik homestay dan pemandu wisata dilibatkan dalam kegiatan pelatihan. Setelah lembaga desa wisata terbentuk, hanya anggota lembaga dan para pelaku wisata yang terdaftar dibawah naungan lembaga serta anggota dari PKK yang dilibatkan ketika ada pelatihan kepariwisataan. Selain itu, masyarakat akan ikut dalam kegiatan fisik untuk pengembangan wisata seperti pada kegiatan yang sudah terlaksana yaitu pembuatan lahan parkir wisatawan, spot foto, pavingisasi jalan pertanian penanaman tanaman Adas dan penyiapan perlengkapan upacara adat jika mendapat ajakan untuk ikut serta. Semua kegiatan sudah ditentukan oleh pihak lembaga desa wisata dan hanya beberapa yang disampaikan apabila kegiatan tersebut berhubungan langsung kepada masyarakat. 3. Pada tahap pemanfaatan hasil, keterlibatan masyarakat maupun lembaga desa wisata

untuk memanfaatkan peluang masih kurang. Dapat dilihat dari belum baiknya sistem pengelolaan yang diterapkan bagi pemilik homestay dan mobil jeep yang terdaftar sebagai anggota lembaga. Hal tersebut menyebabkan banyak dari pemilik jeep yang tidak terdaftar sebagai anggota lembaga desa wisata karena mereka melepaskan diri dan menjalin kerjasama dengan agen tour and travel maupun mencari wisatawan secara mandiri. Selain itu, belum terlihat perkembangan yang terjadi secara spesifik dari hasil pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan. Sebagai contoh yaitu pelatihan pembuatan oleh-oleh seperti makanan dan minuman olahan khas Ngadas yang diikuti oleh ibu-ibu anggota PKK. Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat dan Kepala Desa Ngadas, belum ada masyarakat yang fokus untuk mengolah, menjual dan menyimpan stok oleh-oleh tersebut secara rutin. Oleh-oleh tersebut hanya diolah ketika ada pesanan khusus dari tamu atau bahan untuk kegiatan pameran produk khas desa. Sedangkan untuk adanya iuran dana atau sumbangan dari masyarakat pada kondisi eksistingnya belum ada, namun menjadi pertimbangan apabila ada kebutuhan yang mendesak dan kegiatan pengembangan tersebut belum ditunjang dengan ketersediaan dana dari Pemkab Kabupaten Malang, Disparbud Kabupaten Malang maupun dari sumber dan lainnya yang diajukan.

4. Pada tahap pengawasan dan evaluasi, masyarakat dapat memberikan kritik dan saran terhadap kinerja dari pengurus anggota lembaga terhadap pengelolaan kegiatan wisata yang telah dijalankan dengan menyampaikan kepada anggota dari lembaga

desa wisata tersebut maupun kepada ketua RT untuk disampaikan ketika pertemuan, karena belum ada pertemuan khusus bersama seluruh masyarakat untuk berdiskusi khususnya mengenai seluruh kegiatan pengembangan desa wisata. Belum adanya ruang khusus untuk berdiskusi, menyebabkan tidak adanya jaminan bahwa kepedulian, kritik dan saran masyarakat akan didengar dan diperhatikan. Begitu pula dengan masyarakat yang menjadi anggota lembaga yang ada di desa tidak dapat menyampaikan kritik mereka karena tidak ada forum untuk berdiskusi. Penyampaian kritik dan saran hanya dari mulut ke mulut antar anggota masyarakat, serta tidak dapat mempengaruhi apapun. Proses evaluasi pun hanya terjadi antara Ladesta Dewi Adas dengan Disparbud maupun lembaga yang menjalin kerjasama. Sehingga, keterlibatan masyarakat Desa Wisata Adat Ngadas dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan pengembangan desa wisata masih kurang. Hanya mendapat informasi seadanya yang beredar diantara masyarakat.

Dokumen terkait